Pemasok peralatan pertahanan udara bertarung sebagai pesaing untuk memberikan tawaran kepada Indonesia dalam membangun sistem pertahanan jarak pendek menengah.
Tentara Indonesia mengoperasikan beberapa sistem very short range air defence (VSHORAD) dari berbagai pemasok yang berbeda dan akan digantikan. Sejumlah perusahaan memulai pertarungan.
Produsen pertahanan Swedia Saab telah mengumumkan kemitraan dengan produsen dalam negeri Indonesia PT Pindad untuk menyediakan sistem NG RBS 70 dengan radar Giraffe 1X untuk menggantikan sistem RBS 70 yang sudah tua, yang juga mencoba menyingkirkan sistem VSHORAD dari kontraktor Thales.
Thales mengalahkan Saab di tahap terakhir dari kompetisi sistem pertahanan udara Indonesia pada awal 2014. Thales mendapatkan kontrak £ 100 juta untuk penyediaan sistem pertahanan udara ForceShield yang mencakup rudal Starstreak yang ditembakkan dari sebuah peluncur Rapid Ranger yang dipasang pada kendaraan 4×4 Vamtac ST5 dari perusahaan URO, Spanyol.
Integrasi sedang diselesaikan oleh perusahaan Indonesia PT Len dan pengiriman sedang berlangsung. Ini juga mencakup penyediaan kendaraan-mount radar CM200 – meskipun pada IndoDefence 2016 pesaing lainnya tetap memasarkan produknya.
Seorang juru bicara dari Thales mengatakan kepada Shephard bahwa wajar bagi Saab untuk mencoba dan melemahkan posisi mereka di Indonesia sebagai mana Thales akan melakukan hal yang sama kepada mereka. Namun dia menambahkan bahwa meskipun Indonesia ingin menambah sistem pertahanan udara, “dari perspektif operasional, sama saja, [Starstreak] akan menjadi yang terbaik ‘.
Ada lagi MBDA yang berbicara kepada militer Indonesia tentang sistem pertahanan udara termasuk Enhanced Modular Air Defence Solution (EMADS), Mistral ATLAS vehicle-mounted air defence system dan VL MICA.
Tentara Indonesia sudah menggunakan sistem Mistral VSHORAD yang dipasang pada kendaraan Komodo PT Pindad yang diperkirakan berlangsung hingga 2020. Diharapkan tentara akan membutuhkan sistem dengan jangkauan yang lebih panjang.
Kongsberg juga masuk dengan sistem NASAMS dan mengatakan Shephard: ‘Indonesia memiliki kebutuhan untuk pertahanan udara jarak menengah’, dan meskipun itu adalah sistem yang lebih besar tidak ada alasan mengapa perusahaan tidak bisa mencoba dan memperluas jangkauannya untuk menutupi rentang pendek dan menengah.
Juru bicara Kongsberg menjelaskan bahwa negara-negara yang berbeda memiliki definisi yang berbeda untuk jarak pendek dan menengah dan karena pertahanan udara tampaknya seperti a moveable feast for the hungriest beast.
Sumber : Shephardmedia.com
0 komentar:
Posting Komentar