Select Language

Jumat, 29 Agustus 2014

Fly Pass Pesawat Tempur TNI AU pada HUT RI ke-69 dan Imbangan Kekuatan dengan Australia

pespur dan bendera

Ilustrasi fly pass pesawat tempur TNI AU (foto : tempo.co)

Ramalanintelijen (MI) : Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia usai upacara Peringatan ke-67 Hari Bhakti TNI Angkatan Udara di Kesatrian AAU Yogjakarta, Kamis (7/8/2014) menyatakan bahwa pada peringatan HUT RI ke-69 tanggal 17 Agustus 2014, TNI AU akan melakukan fly pass (terbang lintas) diatas panggung kehormatan.

Fly Pass akan dilakukan oleh  32 pesawat TNI AU dalam dua formasi besar.  Flight kesatu terdiri dari formasi  10 pesawat tempur latih  T-50 Golden Eagle asal Korea dan 6 pesawat tempur ringan  Hawk 100/200. Sementara flight kedua terdiri dari 8 pesawat F-16 versi lama  dan termasuk 3 pesawat yang baru tiba, hibah dari pemerintah AS, F16 blok C/D 52ID, juga gabungan dari  8 pesawat Sukhoi-27/30. Dengan demikian maka  masing-masing flight akan terdiri  terdiri dari 16 pesawat, dimana jumlah masing-masing formasi merupakan kekuatan satu skadron udara.

Terbang lintas tersebut merupakan sebuah pertanggung jawaban TNI AU sebagai abdi negara dalam mempertahankan kedaulatan di udara. Dimana pemerintahan Presiden SBY telah menambah kekuatan pesawat latih dan tempur udara. Dalam fly pass akan ditampilkan berbagai pesawat produk dari  empat  negara. Pesawat T-50 tempur taktis adalah pesawat terbaru buatan Korea Selatan, pesawat Hawk 100/200 buatan Inggris, pesawat F-16 buatan Amerika Serikat dan pesawat Sukhoi 27/30 buatan Rusia. Dengan demikian maka dari pengalaman pahit di masa lalu soal embargo, kini TNI AU menjadi lebih fleksibel dan akan selalu mampu melaksanakan pertahanan udara apabila terulang kembali kasus embargo.

Terkait dengan datangnya alutsista TNI AU yang baru dan kesiapan penerbangnya, Kasau mengatakan, paralel dengan penambahan pesawat sudah disiapkan dan di programkan jumlah pesawat serta penerbang dan pelatihnya sehingga pesawat yang ada akan siap operasional, paling tidak 75 persen harus siap operasi dan 25 persen untuk perawatan.
Kasau mengharapkan, paling tidak 40 penerbang dapat dihasilkan dari setiap angkatan sekolah penerbang dengan masukan dari sekolah penerbang PSDP dan AAU serta lulusan sekolah penerbang dari negara sahabat di luar negeri seperti Amerika Serikat.

Menyiapkan seorang penerbang tempur bukanlah pekerjaan mudah, jenjang pendidikannya bertingkat dan selalu seorang penerbang harus siap baik dalam masalah kesehatan, skill maupun sikap mentalnya. Semakin canggih sebuah pesawat tempur, maka dibutuhkan skill penerbang yang semakin tinggi. Oleh karena itu dengan penambahan 102 pesawat bermacam jenis dalam dua renstra, maka kebutuhan penerbang sekaligus para ground crew menjadi tugas berat dan mutlak yang sukses disiapkan oleh para pimpinan TNI AU.

Kabinet Indonesia Bersatu Jilid-II dibawah Presiden SBY yang memutuskan meningkatkan kemampuan militer (TNI) dalam konsep MEF yang akan dilaksanakan melalui rencana strategis 5 tahunan. Kementerian Pertahanan  optimis pencapaian kekuatan pokok minimal (MEF) lebih cepat lima tahun dari target yang telah ditentukan. Jika awalnya pencapaian MEF akan tercapai pada 2024, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro yakin MEF bisa tercapai pada 2019. "Awalnya pencapaian MEF ditargetkan selesai dalam tiga kali renstra (2009-2024). Namun, ternyata bisa dicapai dalam dua kali renstra (2009-2019)," kata Menhan.

Walaupun jumlah skadron masih dapat dikatakan belum memenuhi kebutuhan pertahanan secara penuh dibandingkan dengan luas wilayah, tetapi dengan penambahan kekuatan pesawat tempur unggulan, TNI AU sudah mampu melindungi wilayah kedaulatan dari penerbangan gelap serta ancaman udara. Penggelaran kekuatan dapat dilakukan merata baik di wilayah Indonesia Barat, Tengah maupun Timur.

Balance of Power dengan Australia

Kini Indonesia sudah dalam taraf selangkah lebih maju, bangkit berdiri tegak sejajar dengan negara tetangga. TNI AU sudah memiliki Flanker Family, SU-27SKM dan SU-30MK2 disamping Fighting Falcon F-16. Untuk Su-27 dirancang sebagai pesawat interceptor dan pesawat tempur superioritas udara jarak jauh, masuk generasi ke-4, menjadi saingan utama pesawat tempur buatan Amerika Serikat (F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet). Sementara Sukhoi-30 (Flanker C)  adalah pesawat tempur multifungsi generasi ke-4+, yang efektif dipakai sebagai pesawat serang darat.

Dari pengalaman perbandingan kekuatan, kini TNI AU bisa berbangga diri, dimana alutsista tempur yang dimiliki telah mampu mengimbangi negara-negara tetangga, dan bahkan dalam kondisi terkini Sukhoi TNI AU sempat membuat kejutan di Australia. Saat TNI AU mengikuti latihan bersama Pitch Black 2012, pemerintah Australia, khususnya RAAF merasakan kegundahan dan keterkejutan, dimana Su-30 TNI AU ternyata lebih unggul dibandingkan F-18F Super Hornet hampir disemua lini.  (Baca ; "Australia makin Gundah dengan Modernisasi Alutsista TNI AU",  http://ramalanintelijen.net/?p=6833 ).Dari hasil latihan tersebut,  Australia kini telah memutuskan akan membeli  58 buah pesawat tempur F-35 Joint Strike Fighter.

Dari keputusan tersebut, ternyata The Business Spectator, media di Australia masih tetap juga meragukannya. Dikatakan, bahwa Indonesia bisa sewaktu waktu membeli Su-35 atau juga nanti pesawat tempur generasi kelima PAK-FA T-50. Apabila tidak membeli F-35, maka Australia akan menjumpai masalah besar. Para pengamat militer di Australia menyatakan bahwa dalam memegang slogan RAAF  (first look, first shoot, first kill), para pejabat Australia harus berjuang keras.

Lebih jauh analis Bisnis Spectator menyatakan, "Sebagai contoh, F-35 JSF (Joint Srike Fighter) dapat beroperasi secara efektif hanya untuk ketinggian maksimal sekitar 40.000 feet (walau masih bisa beroperasi lebih tinggi tetapi kalah di tingkat yang lebih tinggi). Sebaliknya, Sukhoi dapat beroperasi pada kapasitas penuh di tingkat yang jauh lebih tinggi dan dengan kelebihan dan keuntungan, mereka memiliki sistem dan senjata yang bisa meruntuhkan sebuah JSF Australia sebelum mereka memiliki kesempatan menerapkan slogannya." Ditegaskan oleh BS bahwa tidak ada pertempuran udara yang diperlukan. Pesawat Australia sudah runtuh sebelum bertempur, karena disergap jauh sebelum dia menyadarinya.

Jalan keluar terbaik yang disarankan adalah apabila Australia (RAAF) memiliki F-22 Raptor atau teknologi Raptor yang diterapkan pada pesawat tempur pilihan yang dipilih. Yang menjadi masalah, Amerika tidak mengijinkan F-22 dijual kepada negara lain selain untuk kepentingan pertahanan dalam negerinya. Dengan demikian walau kini Australia akan membeli 58 buah F-35 yang akan diterima pertama tahun 2018, BS masih meragukan, karena tinggal selangkah lagi Indonesia bisa memiliki Sukhoi-35.

Karena belum adanya pilihan lain, mengingat Indonesia kini sudah memiliki Sukhoi  yang mampu mendikte Super Hornet mereka, pemerintah Australia  meyakinkan masyarakatnya. PM Abbott saat mengumumkan keputusan pembelian F-35 menurut SMHU (23/4/2014) menyatakan, "The fifth-generation F-35 is the most advanced fighter in production anywhere in the world and will make a vital contribution to our national security." Diberitakan juga keyakinan pemerintah Australia, bahwa pesawat F-35 yang akan beroperasi bersama-sama dengan pesawat tempur Super Hornet serta pesawat electronic warfare Growler akan memastikan Australia mampu mempertahankan keunggulan udara di kawasan regional.

Selain itu Australia juga memutuskan akan membeli tujuh  pesawat tanpa awak (drones/UAV)  Triton MQ-4C buatan pabrik Northrop Grumman, seperti yang kini dipergunakan oleh US Navy. Menteri Pertahanan Australia David Johnston kini sedang berjuang keras untuk mendapat persetujuan kabinet agar kebutuhan pengadaan tujuh Triton sebesar US$2,5 milyar dapat terpenuhi. Triton adalah satu-satunya UAV yang bisa terbang di 20.000 meter (60.000 feet) selama 30 jam dan dapat memantau hingga seluas 40.000 kilometer persegi lautan dalam misi tunggalnya .

Triton memiliki lebar sayap 40 meter dan sensor suite akan mencakup radar 360 derajat yang kuat , seluruh elektro optik dan kamera infra merah , pelacakan sasaran dan auto motion video penuh . Versi Global Hawk juga telah digunakan sebagai simpul komunikasi untuk suara dan data untuk pasukan AS atas Afghanistan dan menurut Northrop Grumman, sebuah Triton tunggal bisa menutupi area yang sama dengan 14 sampai 21 UAV lain .

Mengapa pemikiran balance of power dengan Australia? Karena dari beberapa negara tetangga, Australia salah satu negara yang sangat paranoid apabila Indonesia meningkatkan kemampuan alutsistanya, dengan pemahaman balance of power. Australia yang menurut pengamat militer, selalu merasa sebagai Deputy Sherif AS  di kawasan Asia Tenggara, selalu menaruh curiga kepada Indonesia. Dalam buku putih pertahanannya, sebagai dasar pijakan pertahanan,  disebutkan bahwa musuhnya akan datang dari Utara, berarti jelas  dari wilayah Indonesia.

Australia beberapa waktu lalu  terbukti bersama-sama Amerika telah melakukan operasi penyadapan kepada pejabat Indonesia (termasuk Presiden SBY  dan Ibu negara). Berarti memang apabila militer strategis dan pertahanan udara kita lemah seperti saat Operasi Seroja, maka Australia kembali akan mengacak-acak wilayah Indonesia. Mereka saat itu bebas merdeka membantu Fretilin dengan melalui unsur udara tanpa terlacak. Tetapi kini TNI AU telah dilengkapi dengan Radar di wilayah Timur, yang berarti dari Barat ke Timur sudah di cover radar Kohanudnas. Australia sudah tidak bisa bebas bermain-main seperti dahulu lagi.

Dari sejarah konflik militer, Australia pernah sangat gundah saat Indonesia mempunyai TU-16 pada tahun 1961 (Operasi Trikora). Kemampuan udara strategis TNI AU mampu melintasi wilayah udaranya dan juga wilayah udara Singapura dan Malaysia. Kekuatan pembom strategis TNI AU membuat Belanda tanpa banyak ribut melepaskan Irian Barat (kini Papua). Semua adalah atas saran AS sebagai sekutunya, yang melakukan pengintaian dengan pesawat mata-mata U-2, membenarkan bahwa di Lanud Iswahyudi, Madiun terparkir pembom berat itu. Jadi kekuatan udara yang canggih bisa dipergunakan untuk kepentingan  diplomasi, lebih efektif karena adanya unsur "pressure" disitu.

Dari pembahasan singkat diatas, penulis menyarankan, dalam waktu beberapa bulan lagi akan terjadi pergantian pemerintahan. Pemikiran akan pentingnya kepemilikan alutsista yang agak mengimbangi negara tetangga sangatlah diperlukan.  Upaya untuk mencapai kekuatan pokok minimum, MEF (Minimum Essential Force) pertahanan yang kini baru tercapai sekitar 40 persen penulis harapkan masih menjadi fokus kebijakan pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI ke depan. Kita membutuhkan kekuatan tempur handal, tanpa itu maka negara ini tidak mempunyai bargaining power, lebih khusus lagi kita tidak punya bargaining position. Kira-kira  kesimpulannya, dibutuhkan kesinambungan kebijakan.
Inilah Pesawat-pesawat yang akan melakukan Fly passs Pada 17 Agustus 2014 :

F-16 terbang 

Pesawat tempur F-16 merupakan salah satu tulang punggung Pertahanan Udara Indonesia, tergabung di Skadron 3 (Lanud Iswahyudi, Madiun) dan Skadron-16   Lanud Rusmin Nuryadin, Pekanbaru. Kedua Skadron akan diperkuat F-16 A/B-15OCU (versi terdahulu TNI AU)  dan F-16 C/D-52ID (versi upgrade) yang baru tiba dari AS.

F-16 ID yang baru di upgrade mampu menggotong persenjataan kanon 20mm, bomb standar MK 81/82/83/84, Laser Guided Bomb Paveway, JDAM (GPS Bomb), rudal AGM-65 Maverick, AGM-84 Harpoon antikapal, AGM-88 HARM antiradar, AIM-9 Sidewinder L/M/X, AIM-120 AMRAAM-C untuk penembakan “Beyond Visual Range”.

ACMI Pod serta mampu menggunakan navigation dan targeting pod untuk operasi malam hari serta misi Suppression Of Enemy Air Defence (SEAD), yaitu menghancurkan pertahanan udara musuh.

Sukhoi-SU-30-1 

Sukhoi Su-27 (kode NATO: Flanker) adalah pesawat tempur yang awalnya diproduksi oleh Uni Soviet, dan dirancang oleh Biro Desain Sukhoi. Pesawat ini direncanakan untuk menjadi saingan utama generasi baru pesawat tempur Amerika Serikat (yaitu F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet). Su-27 memiliki jarak jangkau yang jauh, persenjataan yang berat, dan kelincahan yang tinggi. Sukhoi TNI AU adalah Su-27 MKM sebanyak 10 buah di Skadron-11, dengan dislokasi di Lanud Hasanudin, Makassar. Bentuk Su-27 dan Su-30 hampir mirip karena itu hanya satu yang ditayangkan (perbedaan utama pada warna lorengnya, Su-27 Abu-abu, Su-30 Biru).

Sukhoi Su-30 (kode NATO: Flanker-C) adalah pesawat tempur yang dikembangkan oleh Sukhoi Rusia pada tahun 1996. Pesawat ini adalah pesawat tempur multi-peran, yang efektif dipakai sebagai pesawat serang darat. Pesawat ini bisa dibandingan dengan F/A-18E/F Super Hornet and F-15E Strike Eagle Amerika Serikat, (unggul dari Super Hornet saat latihan Pitch Black 2012).  Pesawat ini adalah pengembangan dari Su-27UB, dan memiliki beberapa varian. Seri Su-30K dan Su-30MK telah sukses secara komersial. Varian-varian ini diproduksi oleh KNAAPO dan Irkut, yang merupakan anak perusahaan dari grup Sukhoi. KNAAPO memproduksi Su-30MKK dan Su-30MK2. Enam buah Su-30 MK2 kini memperkuat Skadron 11, Wing-5 Koopsau-II.

Persenjataan Sukhoi TNI AU  adalah peluru kendali (rudal) Zvezda Kh-31P atau sandi NATO, AS-17 Krypton  dikenal sebagaimediun range air to surface missile. Rudal Krypton buatan Rusia ini dilengkapi sensor hybrid active-pasive guidance untuk menyergap sasaran darat maupun udara, misalnya sistem pertahanan musuh atau pesawat mata-mata seperti AWACS.  Rudal anti-radar ini bisa mematikan penjejaknya saat diserang.

Komponen tercanggih  rudal Kh-31P adalah  kombinasi 5 roket, booster dan ramjet, yang dipadukan pada sistem  roket pendorongnya (propulsi ganda). Pada tahap awal rudal ini berakselerasi menggunakan solid-fuel rocket engine, untuk mendapatkan kecepatan 1,8 mach. Setelah itu mesin pendorong pertama dilepas, digantikan 4 mesin jet pendorong, hingga mencapai kecepatan 3,5 mach. Kecepatan tinggi ini berguna untuk mengurangi resiko rudal disergap oleh anti rudal, termasuk apabila  harus menerobos sistem pertahanan musuh untuk menghancurkan radar penjejak (air search radars) dan (fire control radar).

 Krypton memiliki kecepatan hingga Mach 3,5, mampu terbang sejauh 110 Km. Memiliki kemampuan sea skimming, dan bisa mematikan penjejaknya. Krypton yang termasuk ke dalam keluarga ARM (Anti Radiation Missile), dapat diluncurkan dari pesawat Sukhoi-27, dan Sukhoi-30 TNI AU. Pada tahun 1988 Krypton dikembangkan sebagai jawaban terhadap pengembangan sistem pertahanan udara Patriot  dan Aegis dari AS.

Krypton memiliki panjang 5, 2 meter dengan berat 600 Kg,  tidak dibebani hulu ledak besar  hanya 90 Kg (Blast Frag). Karena rudal ini ditugaskan untuk menghancurkan kapal perang, fasilitas radar, drone , ataupun pesawat mata-mata. Karena itu maka  Krypton mendapat julukan “ The AWACS killer”.

Untuk varian Kh-31P yang dimiliki TNI AU menggunakan pemandu radar pasif untuk sistem rudal anti radiasi. Bila pada versi Kh-31A jarak tembak hanya 50 km, maka pada versi Kh-31P jarak tembak ditingkatkan hingga 110 km, type Kh-31PKM jarak tembaknya 200km.  Hingga kini KH-31P masih diandalkan oleh AU Rusia, Cina, India, Venezuela, Kuba, Suriah, Vietnam dan kini Indonesia. Ini hanyalah adalah salah satu senjata Sukhoi yang diketahui, masih ada beberapa lagi yang tidak dipublikasikan.

T50i-Golden-Eagle-TNI-AU-Prokimal-Online 

Pesawat T-50i Golden Eagle memberikan total sistem pelatihan lanjutan yang akan menjembatani kesenjangan antara pelatihan terbang dasar kepada pesawat tempur dengan kinerja tinggi. Ini adalah pesawat latih yang akan memperkenalkan kepada para penerbang generasi baru pesawat tempur yang modern dan canggih.

T-50 adalah pesawat produksi perusahaan Korea Aerospace Industries (KAI) yang dalam proses pembuatannya pembiayaanya 13 persen dibiayai oleh   Lockheed Martin (AS) , 17 persen oleh  KAI  dan sisanya, 70 persen ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan. T-50 telah dikembangkan lebih lanjut menjadi pesawat  aerobatic (T-50B, digunakan tim aerobatik AU Korea Selatan/ ROKAF).

Varian T-50A untuk latih lanjut, T-50B untuk LIFT (lead-in fighter trainer) yang disebut juga FA-50 oleh Republic of Korea Air Force (RoKAF), yaitu multirole fighter mirip dengan multirole KF-16 (F-16 versi Korsel).    Negara lain yang memesan T-50A adalah Irak, Polandia, Spanyol dan Philipina.

Pada awalnya pesawat ini lebih dikenal dengan KTX-2 pesawat latih dan tempur ringan yang diproduksi dan diperuntukan bagi Republik of Korea Air Force (ROKAF). Pesawat latih supersonik seharga US $21 juta dolar (tahun 2008) ini menjanjikan banyak fitur canggih didalamnya.  Pesawat ini juga sebagian akan dipergunakan sebagai pesawat aerobatic, (Jupiter Aerobatic Team). Dalam kondisi khusus, Golden Eagle juga akan dipergunakan sebagai pesawat serang ringan.

Pesawat ini dilengkapi dengan sistem avionik canggih seperti  Active Electronically Scanned Array (AESA) radar,  dilengkapi dengan engine General Electric F404-102 tunggal mesin turbofan lisensi diproduksi oleh Samsung Techwin, di upgrade dengan Full Authority Digital Engine Control (FADEC) sistem yang dikembangkan bersama oleh General Electric dan Korea Aerospace Industries.  T-50 juga dilengkapi dengan Honeywell H-764G embedded global positioning/ inertial navigation system dan HG9550 radar altimeter. Ini adalah pesawat latih pertama  yang memiliki fitur digital triple kontrol fly-by-wire yang maju.

T-50  juga dilengkapi dengan persenjataan General Dynamics A-50,  20 mm meriam internal. Meriam  versi tiga laras dari Vulcan M61  dengan 205 butir amunisi linkless. Misil AIM-9 Sidewinders dapat dipasang pada wing tip (ujung sayap), dan senjata tambahan lainnya dapat dipasang pada underwing. Kompatibel peluru kendali air to ground,  RUPS-65 Maverick, Hydra 70 dan peluncur roket LOGIR, CBU-58 dan MK-20 kluster bom , Mk-82, -83, dan -84 general purpose bombs.
BAE-Hawk-200-TNI-AU 
Pesawat Tempur Hawk 100/200, yang dioperasikan TNI AU, oleh  pabrik pembuatnya British Aerospace (BAe) diberi kode tambahan angka 9 hingga  dikenal dengan seri Hawk 109/209. Hawk 109  adalah   jet tempur latih advance trainer / LIFT (Lead In Fighter Trainer). Dengan pesawat ini, pendidikan bagi pilot tempur akan lebih singkat, karena teknologi dan kemampuannya mendekati kemampuan jet tempur sejati.

Hawk 209 TNI AU yang berkursi tunggal telah  dilengkapi dengan avionic yang lebih canggih ini adalah  pesawat tempur ringan yang berkemampuan multirole. Karena sudah sangat mendekati fungsi tempur sesungguhnya,  pihak pabrik menambah radar  APG 66H adalah buatan Northrop Grumman, yang juga digunakan pada pesawat F-16A/B, serta dilengkapi dengan air refuelling probe. Selain itu pesawat latih ini dilengkapi dengan sistem navigasi LINS 300 Ring Laser Gyroscope, Air Data Sensor dan Display Processor and Mission Computer.

Sebagai jet tempur, Hawk 209 dilengkapi berbagai persenjataan. Kombinasi senjata untuk misi combat air patrol adalah gabungan dari kanon ADEN 30mm dan dua rudal AIM-9 P4 Sidewinder yang dipasang pada  wingtip. Pesawat ini juga dapat membawa peluru kendali (rudal) udara ke darat AGM-65 Maverick, udal anti kapal Sea Eagle, Torpedo, serta berbagai macam jenis bom.  Khusus untuk kanon ADEN dipasang diluar tubuh pada cantelan bagian tengah. Selain itu, karena fisiknya yang kecil, radius tempur jet ini juga terbatas. Kelemahan ini bisa diatasi  dengan dukungan pesawat tanker KC-130B
Pada awal kedatangannya, Hawk 109/209 berjumlah 40 pesawat yang terdiri dari 8 pesawat Hawk 109, 32 pesawat Hawk 209 dan ditempatkan di Skadron Udara 1 Elang Khatulistiwa Lanud Supadio, Pontianak dan Skadron Udara 12 Black Panthers, Lanud Roesmin Nuryadin, Pekanbaru, Riau.
Penutup

Demikian gambaran singkat serta beberapa informasi dengan data dari beberapa jenis pesawat tempur kebanggaan TNI AU yang akan melakukan terbang lintas pada saat peringatan detik-detik proklamasi Hari Ulang Tahun Republik Indonesia  ke-69, tanggal 17 Agustus 2014. Fly Pass semacam ini juga pernah dilakukan pada peringatan HUT RI tahun lalu dan mendapat sambutan meriah, karena para putera terbaik insan dirgantara yang terpilih menerbangkan pesawat tempur ini juga merasa bangga memberikan bukti kepada bangsa, negara dan rakyat Indonesia.

Inilah kami, bagian dari abdi negara yang akan berjuang mempertahankan negara ini melalui wahana udara. Selamat Ulang Tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia ke-69, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melindungi Indonesia menuju cita-cita mulianya, adil, makmur, sejahtera. Indonesia I Love You, sampai kapanpun.


Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net

Senjata Rusia SAM Tor-M2E dan Osa-AKM Cocok untuk Indonesia

Senjata Rusia SAM Tor-M2E dan Osa-AKM Cocok untuk Indonesia

Senjata baru Rusia SAM Tor-2ME dan Osa-AKM akan dipamerkan dalam pameran internasional Tank Biathlon 2014 di daerah Alabino, Moskow, bersamaan dengan Hari Inovasi Kementerian Pertahanan Rusia. Ahli Rusia memprediksi, sistem ini kelak akan dibeli oleh Indonesia.  

RBTH (MI) : SAM Tor dan Osa adalah sistem rudal antipesawat untuk pertahanan udara jarak dekat yang dibuat untuk berbagai obyek. Di samping itu, sistem ini dapat digunakan dalam penyerangan sebagai pelindung kelompok tank.

Kompleks ini awalnya dikembangkan sebagai senjata utama untuk melawan serangan udara yang masif di medan perang. Tor dan Osa berada di garis terakhir pertahanan, menetralkan senjata musuh yang mendekati sasaran, bertindak selaras dengan sistem rudal pertahanan udara jarak dekat sebagai alat perlindungan langsung, seperti Tunguska atau Pantsir.

Dalam beberapa dekade terakhir, Osa dan Tor tidak hanya melayani angkatan bersenjata Rusia, tapi juga digunakan oleh angkatan bersenjata lain. Kedua senjata ini sering digunakan dalam konflik bersenjata di seluruh dunia.
SAM Tor-M1 dan Osa juga digunakan di Mesir, India, Suriah, Ekuador, Kuba, Yordania, Venezuela, dan Tiongkok.
Sistem ini terus mengikuti zaman, karena AAMS (Sistem Antirudal Udara) mereka selalu ditingkatkan dan diperbaiki. Modifikasi baru Osa, Osa-AKM, telah dilengkapi dengan peralatan elektronik baru yang melengkapi senjata ini dengan alat identifikasi dan navigasi satelit modern. Osa-AKM kini dapat secara efektif melawan segala jenis senjata udara cerdas, mulai dari UAV hingga rudal presisi.

Andal, Dinamis, Cepat

Sistem SAM Tor-M2E hasil modifikasi kini dapat menyerang empat sasaran udara dengan empat rudal antipesawat dalam jarak hingga 15 kilometer.
Seperti generasi kompleks jarak dekat sebelumnya, SAM Tor-M2 bertujuan melawan dan mengalahkan rudal pesawat kelas udara-darat dan bom udara terkontrol dan terkendali, rudal antiradar, pesawat aviasi taktis dan militer, rudal jelajah, helikopter, dan kendaraan udara tanpa awak.

Pemeran Hari Inovasi Kementerian Pertahanan Rusia adalah kegiatan bagi khalayak profesional yang diselenggarakan untuk menunjukkan gagasan dan perkembangan menjanjikan dari industri Rusia oleh eksekutif dan spesialis Kementerian Pertahanan dan Angkatan Bersenjata Rusia.
Menurut pakar militer Igor Korotchenko, Tor memiliki banyak keunggulan dibanding kompleks sejenis yang dibuat di negara lain. Salah satu keunggulan tersebut adalah waktu respons kompleks yang cepat karena pengerahannya hanya membutuhkan waktu tiga menit, serta mobilitas yang tinggi. Setelah menembak, kompleks ini dapat dengan cepat mengubah lokasinya sehingga dapat menghindari tembakan musuh dan kru Tor tetap aman. Hal itu membuat risiko bagi kru dan senjata itu sendiri dapat diminimalkan. Korotchenko juga menambahkan, Tor mudah dipadukan dengan sistem pertahanan udara yang sudah ada sambil berupaya membuat sistem penggunaan secara otonom.

Merambah Indonesia

Kedua sistem ini digunakan juga di Yunani, salah satu negara NATO. Hingga Jumat (1/8), Uni Eropa telah mengenakan sanksi pada Rusia dalam bidang kerja sama militer-teknis. Embargo militer tersebut membuat kerja sama militer-teknis antara Rusia dan Uni Eropa dihentikan, termasuk Yunani yang produk negaranya disuplai oleh Pabrik Elektromekanis Kupol di Izhevsk, bagian dari PVO Almaz-Antey Concern yang memproduksi sistem pertahanan udara.

Untungnya, SAM jarak dekat ini memiliki prospek ekspor yang bagus di negara-negara Asia Tenggara. Menurut editor majalah perdagangan Vestnik PVO Said Aminov, sistem Tor mungkin akan dibeli oleh Indonesia. “Pembelian peralatan militer semacam ini dapat memperbaiki stabilitas militer dan politik negara yang berada di wilayah Asia Tenggara yang cukup aktif,” kata Aminov.

Sumber : Rbth

Media Australia: RI Kalah dalam Isu Penyadapan

Penandatanganan CoC RI-Australia (Foto: Antara)Penandatanganan CoC RI-Australia (Foto: Antara)NUSA DUA - Media Australia Sydney Morning Herald (SMH) mengeluarkan tajuk yang bisa dikatakan mengherankan. Meskipun Indonesia dan Australia sudah menandatangani tata perilaku di Bali, SMH menilai hal ini adalah kemenangan bagi Australia.

"Melihat siapa yang menang dalam argumen panas antara dua negara ini, jelas sekali Australia yang menang dalam masalah tersebut," tulis analisis yang berjudul 'Australia wins the spy war with Indonesia', yang dimuatSidney Morning Herald, Kamis (28/8/2014).

Seperti diketahui sebelumnya, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa sepakat untuk menandatangani tata perilaku atau code of conduct (CoC) hubungan Indonesia dengan Australia, bersama dengan Menlu Australia Julie Bishop. Penandatanganan itu dilakukan di Nusa Dua, Bali Kamis 28 Agustus 2014 hari ini.

Menurut analisis yang ditulis oleh Michael Bachelard itu, penandatanganan CoC RI-Australia dapat diartikan bahwa Negeri Kangguru bisa melanjutkan kegiatan mengumpulkan informasi dan intelijen apapun dari Indonesia. Selain itu, Penandatanganan ini juga mengartikan bahwa kegiatan pengumpulan informasi dan intelijen di Indonesia dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam metode teknis.

"Bahkan dari sisi pemerintahan Perdana Menteri (Australia) Tony Abbott, waktu 9 bulan membekunya hubungan antara kedua negara (RI-Australia) memungkinkan dirinya melakukan kebijakan Operation Sovereign Borders. Kebijakan ini termasuk mendorong sembilan kapal imigran pencari suaka ke dalam wilayah laut Indonesia, tanpa merusak hubungan karena pada dasarnya hubungan itu sudah membeku," tulis Bachelard.

"Ini membantu mengirimkan pesan kepada sekira 10 ribu pencari suaka (yang ditahan) di Indonesia, bahwa 'jalannya sudah ditutup," imbuhnya.

Kata yang digunakan dalam CoC ini menunjukkan bahwa Australia tidak bergeser satu inci pun dari posisi awal mereka, ketika skandal penyadapan terbongkar 18 November 2013 lalu. Saat itu, PM Abbott berkata, 'Pemerintah Australia melakukan semua sumber tenaganya, termasuk informasi, guna membantu teman daan sekutu bukan untuk melukai mereka'.

Bagian dari pidato Abbott tersebut membuat panas Presiden SBY dan menyebut tingkah Abbott sebagai pengkhianatan. Tetapi Abbott menurut Bachelard, memberikan kepastian bahwa pihaknya tidak akan menggunakan intelijen mereka untuk melakukan tindakan yang merusak kepentingan.

"Dalam kata lain, 'kami akan terus memata-mati tetapi kami berjanji tidak akan melakukannya terhadap kalian'. Tentunya hal ini sejalan dengan sensitivitas Indonesia," lanjut Bachelard dalam artikelnya.

Bachelard menambahkan, Menlu Marty sempat menyebutkan tindakan Australia dianggap melanggar konvensi PBB. Tetapi, meskipun jelas pelanggaran tersebut, Fairfax Media menyebutkan bahwa Kedutaan Besar Australia di Jakarta dipenuhi peralatan pengintaian.

Ada penilaian unik dari Bachelard mengenai kerjasama intelijen RI-Australia ke depannya, usai CoC ditandatangani. Menurutnya, kesepakatan yang ada tidak akan menang melawan perjanjian yang dimiliki oleh Australia dalam kerangka "Five Eyes". Kerangka "Five Eyes" itu merupakan bentuk kerjasama intelijen antara Australia, Amerika Serikat (AS), Inggris, Selandia Baru dan Kanada. Atas dasar kerangka ini lah, penyadapan telepon Presiden SBY dilakukan.

"Butuh waktu sembilan bulan untuk melakukan negosiasi agar kesepakatan ini tercapai, khususnya karena penghinaan terhadap SBY sangat luar biasa dan memicu sikap politik ekstrem dari Menlu Indonesia. Butuh waktu sembilan bulan bagi Indonesia untuk melangkah mundur. Langkar mundur di mana posisi awal Australia yang tetap dipegang teguh," tegas Bachelard dalam pendapatnya.

"(Menlu) Julie Bishop dan Kedutaan Australia di Jakarta dan badan intelijen Australia tentunya akan senang dengan hasil ini. Kita berharap mereka tidak akan terlalu besar kepala," imbuhnya.

Australia Tak Berani Lagi Sadap Indonesia

Australia Tak Berani Lagi Sadap IndonesiaPresiden Susilo Bambang Yudhoyono dan keluarga (Dok. Okezone)BALI – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyaksikan penandatanganan tata perilaku untuk kerangka kerjasama keamanan atau Code of Conduct (CoC) on Framework for Security Cooperation antara Indonesia dan Australia.  
 
Di dalam aturan itu disepakati untuk tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan kepentingan pihak-pihak tertentu, termasuk penyadapan.
 
"Penandatanganan CoC merupakan langkah maju dalam proses pemulihan secara penuh hubungan bilateral Indonesia-Australia pasca-penyadapan," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, seperti dikutip Okezone dari situs resmi Presiden RI, Kamis (28/8/2014).
 
Pembahasan CoC, kata Marty, sempat melalui tahapan yang sulit sebelum akhirnya ditandatangani. Kedua negara menyepakati beberapa tata perilaku, di antaranya, tidak akan melakukan tindakan yang dapat merugikan kepentingan pihak-pihak tertentu, temasuk penyadapan.
 
"Tentunya kita tidak dapat melihat atau membiarkan tindakan-tindakan penyadapan seperti terjadi di masa lalu. Tidak akan terjadi kembali. Kedua negara juga akan meningkatkan kerjasama intelijennya, karena memang akan banyak kepentingan dalam kerjasama tersebut," paparnya.
 
Menurutnya, dengan penandatanganan CoC ini hubungan RI-Australia semakin baik. Serta, kembali terjadi komunikasi antara angkatan bersenjata kedua negara.
 
"Ini akan memasuki babak baru bagi kedua negara yang lebih saling menghormati kepentingan masing-masing," pungkasnya.

Panglima TNI Minta DPR Baru Tak Salah Langkah

Dihadapan Anggota DPR Baru, Panglima TNI Minta Tak Salah Langkah Buat Kebijakan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko hadir sebagai pemateri pada kegiatan Pembekalan dan Pemantapan Wawasan Kebangsaan bagi Anggota DPR RI periode 2014-2019 di Aula Gd. Dwi Warna Purwa Lemhannas RI, Rabu (27/8/2014).
Dalam materi yang diberi judul ‘Peran TNI Dalam Menjaga Kedaulatan dan Keutuhan NKRI’, Panglima TNI menjelaskan mengenai perbedaan ciri-ciri masyarakat di negara maju, dengan negara berkembang. Negara maju di huni oleh masyarakat yang memiliki kebutuhan tinggi akan prestasi, memiliki disiplin yang tinggi, mempunyai tanggung jawab pribadi, menyukai tantangan, serta keunggulan dalam pekerjaan.
Sedangkan pada masyarakat di negara berkembang memiliki ciri sensitif terhadap reaksi orang lain, anti kritik, juga mudah melakukan penyelewengan.
“Saya yakin anggota DPR RI termasuk ke dalam ciri-ciri masyarakat maju,” kata Panglima TNI.
Lebih lanjut Panglima TNI mengatakan bahwa potensi konflik di Indonesia adalah masalah Ideologi (degradasi pengamalan Pancasila sebagai ideologi bangsa, keinginan kelompok tertentu merubah Pancasila dengan ideologi lain); Politik (sengketa Pemilu, demokrasi transaksional); ekonomi (masalah hutang luar negeri, masalah BBM, defisit anggaran perdagangan bebas, pencucian uang); Sosial Budaya (kemiskinan, pengangguran meningkat kerusakan lingkungan hidup, korupsi, konflik SARA, wabah penyakit, narkoba, TKI ilegal); Hankam (separatisme, terorisme, masalah perbatasan kejahatan lintas negara).
Kegiatan pembekalan dan pemantapan yang diselenggarakan atas kerjasama Lemhannas RI dengan DPR RI ini, menurut Panglima TNI adalah momentum yang tepat untuk mendiskusikan berbagai permasalahan kebangsaan yang sedang dihadapi saat ini.
“Ini adalah momentum, anggota DPR bisa berkumpul di Lemhannas RI untuk membicarakan persoalan-persoalan demi kemajuan bangsa,” ungkap Panglima TNI.
Panglima TNI berulang kali mengingatkan supaya anggota DPR RI tidak salah langkah dalam membuat kebijakan. Kemacetan politik yang terjadi dapat dimunculkan, dapat pula dipecahkan oleh anggota DPR RI.
“Hati-hati, begitu salah membuat kebijakan akan banyak prajurit yang menjadi korban,” kata Jenderal TNI Dr. Moeldoko.
Jenderal Moeldoko juga mengimbau agar anggota DPR RI selalu memperhatikan situasi geopolitik di kawasan Asia Pasifik.
“Lingstra mohon dipahami sebaik-baiknya oleh rekan-rekan anggota DPR,” kata Panglima TNI.
Bertindak selaku moderator dalam kegiatan yang baru pertama kali diselenggarakan oleh Lemhannas RI ini adalah Deputi bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhannas RI, Laksda TNI Ir. Leonardi. (www.tribunnews.com)

TNI AL Butuh 48 Kapal Perang

KCR 60 M (photo bumn.go.id)
KCR 60 M (photo bumn.go.id)
Kementerian Pertahanan mencatat besaran kebutuhan ideal alat utama sistem senjata (Alutsista) untuk memperkuat keamanan perairan Indonesia sesuai rencana strategis mencapai 48 unit kapal, termasuk armada untuk perang.
“Dari puluhan kapal itu sebanyak 16 unit berupa kapal cepat rudal (KCR) 60 meter, 16 unit KCR 40 meter, dan 16 unit kapal patroli cepat,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro ditemui usai menerima kapal pesanan TNI AL yang kedua, KCR 60 M dengan nama KRI Tombak-629, di Dermaga PT PAL Indonesia, di Surabaya, Rabu.
Mengenai pembangunan 16 unit KCR tersebut, ungkap dia, membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Apalagi, sampai sekarang kapasitas produksi PT PAL Indonesia hanya tiga unit kapal per tahun.
“Total KCR yang kami pesan tergolong multirole karena dipersenjatai dengan rudal, meriam, dan software yang bisa digunakan untuk perang elektronik,” ujarnya.
Sementara, jelas dia, desain kapal yang dilengkapi sistem multirole itu diyakini mampu bertempur dengan mengantisipasi serangan udara, laut, maupun darat.
“Bahkan terhadap perang warfare sekalipun,” katanya.
Pada kesempatan serupa, KSAL Laksamana Marsetyo, menambahkan, pembangunan KCR 60 meter akan diserahkan ke PT PAL Indonesia sebagai Lead Integrator. Sementara, untuk KCR 40 meter nantinya akan dibangun di galangan kapal di Batam.
“Dengan demikian, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui peningkatan produksi galangan kapal nasional,” katanya.
Di sisi lain, Direktur Utama PT PAL Indonesia, M Firmansyah Arifin, mengemukakan, terkait pembangunan satu unit KCR 60 m tersebut membutuhkan dana Rp 125 miliar. Besaran tersebut hanya pembangunan fisik atau belum termasuk biaya persenjataannya.
“Kini KCR kedua pesanan TNI AL tersebut diberi nama KRI Tombak-629. Kapal itu dipesan di tempat kami dan hari ini diterima langsung Menhan, Purnomo Yusgiantoro,” katanya.
Sebelumnya, lanjut dia, Kemenhan telah menerima kapal pertama pada 28 Mei lalu yang diberi nama KRI Sampari. Rencananya, kapal terakhir pesanan Kemenhan diserahkan pada September tahun 2014 dan sekarang masih dalam proses.(Antara).

The Jupiter Maneuver, Monas

Aksi The Jupiters TNI AU
Aksi The Jupiters TNI AU
Jakarta – Tim aerobatik kebanggan TNI Angkatan Udara, Jupiters Aerobatic Team (JAT) / “The Jupiters”, akan tampil pada Independence Day Run yang rencananya dilepas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Monas, Minggu 31 Agustus 2014.
Mulai Kamis, 28-30 Agustus jam 09.00 wib, The Jupiters akan melakukan latihan di sekitar Monas untuk pengenalan medan dan menyesuaikan kondisi terhadap gedung-gedung tinggi di sekitarnya, sedangkan pelaksanaannya pada Minggu (31/8).
The Jupiters menggunakan pesawat KT-1 Woong Bee buatan Korea Selatan, yang sehari-hari digunakan para instruktur penerbang TNI AU untuk melatih siswa penerbang di Skadron Pendidikan (Skadik) 102 Lanud Adi Sutjipto Yogyakarta.
The Jupiters yang dipimpin oleh flight leader (Jupiter 1) Letkol Pnb Feri Yunaldi sedikitnya akan melakukan 15 manuver aerobatik yang serasi, menarik bahkan menegangkan selama sekitar 20 menit. Sedangkan Right Wing (Jupiter 2) Kapten Pnb Idham Satria, Wing Left (Jupiter 3) Kapten Pnb Apri Arfianto, Slot (Jupiter 4) Mayor Pnb Ari Susiono, Lead Synchro (Jupiter 5) Mayor Pnb Sri Raharjo dan Synchro (Jupiter 6) Mayor Pnb H.S Romas.
Aksi The Jupiters TNI AU
Aksi The Jupiters TNI AU
Pada setiap penampilan The Jupiters menyiapkan dua bentuk manuver sebagai alternatif, yaitu Hight Show apabila kondisi cuaca baik dan memungkinkan untuk manuver formasi aerobatik secara vertikal seperti manuver Jupiter Roll, Loop, Clover Leaf, Vulcan & Leader Benefit, Loop & Break Off, Tanggo to Diamond Loop, Mirror, Screw Roll, Heart, Roll Slide, Solo Spin, Five Card Loop, Jupiter Roll Back dan Loop and Boom Burst.
Sedangkan manuver Low Show dilaksanakan apabila base cloud rendah sehingga tidak memungkinkan melaksanakan vertikal manuver, sehingga manuver yang akan dilaksanakan meliputi Jupiter Roll, Hi “G” Turn, Vulcan & Leader Benefit Pass, Break Off, Jupiter Wheel, Tanggo to Diamond Pass, Mirror, Screw Roll, Heart, Roll Slide, Knife Edge, Five Card Pass, Jupiter Roll Back dan Boom Burst.
The Jupiters selain tampil pada event nasional, juga tampil go internasional pada 100 tahun penerbangan Thailand pada 2012, Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition 2013 (LIMA’13) Februari 2013, “The 4th Brunei Darussalam International Defence Exhibition” (BRIDEX 2013) Desember 2013 dan Singapore Air Show Februari 2014 yang merupakan perhelatan kedirgantaraan terbesar di Asia Tenggara. Direncanakan The Jupiters akan tampil kembali pada Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition (LIMA’15) Februari 2015. (Dispenau / Poskota).
hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner