Select Language

Minggu, 16 Februari 2014

Kisah Lukminto bangun Sritex & pasok seragam militer 30 negara

Pendiri sekaligus Bos PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Sukoharjo, H Muhammad Lukminto meninggal dunia, Rabu (5/2) malam, di Singapura. Lukminto dikenal sebagai raja tekstil Indonesia, bahkan Asia Tenggara.

Tahun 1966, Lukminto hanya seorang pedagang pakaian di pasar klewer. Dengan keuntungan yang dimiliki, tahun 1968 Lukminto membangun pabrik tekstil di Solo.

Tahun 1982 Sritex mendirikan pabrik Weaving. 10 Tahun kemudian, tahun 1992 mereka memperbesar pabrik dan produksi besar-besaran. Mereka mulai memproduksi pakaian militer untuk kebutuhan TNI, Polri dan PNS.

Tahun 1994, Sritex mulai mengerjakan seragam pesanan pasukan negara-negara di bawah North Atlantic Treaty Organization (NATO). Mereka telah mengantongi sertifikat dari organisasi pakta pertahanan Atlantik Utara itu. Pesanan dari negara lain pun berdatangan.

Sritex lolos dari krisis ekonomi 1998, bisnis mereka makin berkembang hingga tujuh kali lipat dibanding tahun 1992.

Tahun 2013 lalu Sritex resmi melantai di bursa saham. Mereka mengumumkan laba perseroan pada 2012 sebesar Rp 229 miliar. Capaian itu mengalami peningkatan sebesar Rp 68 miliar dibanding tahun sebelumnya.

Sritex kini memproduksi kebutuhan tekstil militer untuk sedikitnya 30 negara. Di antaranya Amerika, Jerman, Inggris, Australia, Swedia, Belanda, Indonesia, Norwegia, Saudi Arabia dan lain-lain.

Tak cuma itu Sritex juga memproduksi rompi anti peluru, seragam anti radiasi hingga tali senjata dan pelindung tubuh untuk militer. 

Tak cuma militer, mereka juga memproduksi pakaian untuk berbagai merk dunia.


0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner