SYDNEY – Australia tengah mempertimbangkan memakai pesawat militer tanpa awak atau drone yang dapat terbang sejauh Asia Utara. Ini berlawanan dengan pendirian Canberra dulu yang menganggap drone terlalu mahal.
Dalam sebuah wawancara, Menteri Pertahanan Australia David Johnston mengatakan Canberra mungkin mengumumkan keputusannya tahun ini. Pemerintah Australia akan mengumumkan prioritas anggaran pertahanannya—yang bernilai 25 miliar dolar Australia (AUD) per tahun—dalam sebuah cetak biru strategis pada tahun depan.
“Kami sangat membutuhkan pesawat yang dapat lepas landas dari Darwin, memutar beberapa kali di Sri Lanka, lalu pulang,” kata Johnston. Darwin terletak di pesisir utara Australia dan merupakan basis Marinir Amerika Serikat (AS). Kota itu juga terletak dekat beberapa kilang minyak dan gas.
Kementerian Pertahanan Australia telah menaruh drone MQ-4C Triton milik Angkatan Laut AS dalam prioritas daftar belanja mereka tahun lalu. Meski demikian, Negeri Kanguru batal membelinya karena didesak mengurangi belanja pemerintah. Ekonomi Australia tengah melamban akibat berkurangnya investasi di sektor pertambangan.
“Tak dapat disangkal bahwa pesawat tanpa awak, yang dapat terbang sampai sekitar 55.000 kaki dan tak bersenjata, adalah alat yang tepat bagi misi kami. Hal ini tidak perlu diragukan lagi,” kata Johnston. “Saya berharap tahun ini saya dapat mengumumkannya.”
Triton adalah pesawat buatan Northrop Grumman Corp. Ukurannya setara dengan satu pesawat penumpang kecil, dan harganya sekitar $100 juta. Triton dapat terbang selama lebih dari 30 jam.
Pemerintahan Partai Buruh sebelumnya ingin membeli 6 atau 7 drone tersebut berikut peralatan terkait, dengan harga sekitar AUD 3 miliar.
Di bawah pemerintahan Partai Buruh, belanja militer menyusut menjadi sekitar 1,56% dari produk domestik bruto Australia—anggaran militer terendah sejak 1938.
0 komentar:
Posting Komentar