24/10/2016 – Perlombaan untuk program penggantian pesawat tempur Angkatan Udara Indonesia F-5E, masih berlangsung. Meskipun angkatan udara mengekspresikan minat yang kuat terhadap Sukhoi Su-35 pada awal September 2015, kesepakatan ini belum ditandatangani
Saab, Lockheed Martin, Sukhoi dan Eurofighter masih berharap mendapatkan kesepakatan yang diperkirakan bernilai sekitar $ 1,5 milyar untuk menggantikan 11 pesawat Northrop Grumman F-5E Tiger IIs yang didapatkan Indonesia tahun 1980.
Negara ini menginginkan pesawat pertama akan disampaikan dalam waktu 12-18 bulan dari penandatanganan kontrak.
Hukum Industri Pertahanan Indonesia mengharuskan investor asing untuk sepenuhnya melibatkan industri lokal, yang bisa melakukan transfer teknologi atau mengembangkan kemampuan lokal. perusahaan-perusahaan Indonesia harus memiliki setidaknya 51% dari setiap proyek bersama.
Saab berharap bisa memasarkan pesawat Gripen C/D setelah kisah sukses di Republik Ceko dan Hungaria di mana kedua angkatan udara menyewa pesawat dan kemudian akhirnya membelinya. Demikian pula di Brazil, angkatan udara Brazil akan mengembangkan varian sendiri dari Gripen dengan bantuan Saab.
“Kami ingin memberikan kemampuan merdeka yang berdaulat,” kata Rob Hewson, kepala komunikasi Saab Asia-Pasifik, dalam briefing media yang pada bulan Juli. Saab juga menawarkan paket pertahanan udara yang lebih luas termasuk radar berbasis darat dan sistem pertahanan seperti RBS 70NG.
Eurofighter menyatakan pada tahun 2015 bahwa ia siap untuk mendirikan sebuah jalur perakitan di Bandung, Indonesia.
TNI-AU saat ini mengoperasikan satu skadron pesawat tempur Su-27SK / Su-30MKK serta menerima pesawat eks USAF Lockheed Martin F-16 C / D Block 25 yang diperbarui (dikenal sebagai Blok 52ID).
Akan menarik untuk melihat bagaimana TNI-AU mengevaluasi pilihan-nya di antara platform yang dioperasikan saat melawan paket baru yang menarik.
Sumber : Shephardmedia.com
0 komentar:
Posting Komentar