Select Language

Jumat, 17 April 2015

MENGENAL DENJAKA – DETASEMEN JALA MENGKARA TNI AL

Denjaka TNI AL (Foto: EPA/MADE NAGI)
Denjaka TNI AL (Foto: EPA/MADE NAGI)
Detasemen Jala Mangkara Atau dikenal dengan nama DENJAKA adalah sebuah detasemen Khusus Marinir Angkatan Laut Tentara Nasional Indonesia, Anggotanya merupakan Gabungan dari anggota Komando Pasukan Katak (KOPASKA) dan Batalion Intai Amfibi (TAIFIB)nggota Denjaka dididik di Bumi Marinir Cilandak dan harus menyelesaikan suatu pendidikan yang disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut).
Lama pendidikan ini adalah 6 bulan. Intinya Denjaka memang dikhususkan untuk satuan anti teror walaupun mereka juga bisa dioperasikan di mana saja terutama anti teror aspek laut. Denjaka dibentuk berdasarkan instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984. Denjaka memiliki tugas pokok membina kemampuan antiteror dan antisabotase di laut dan di daerah pantai serta kemampuan klandestin aspek laut.
Pada tahap pertama, direkrut 70 personel dari Batalyon Intai Amfibi (Taifib) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska). Komando dan pengendalian pembinaan di bawah Panglima Armada Barat dengan asistensi Komandan Korps Marinir. KSAL bertindak selaku pengendali operasional. Markas ditetapkan di Mako Armabar Komando Armada RI Kawasan Barat atau disingkat Koarmabar adalah salah satu Komando Utama TNI Angkatan Laut. Komando ini bermarkas besar di Jl Gunung Sahari 67 Jakarta Pusat,Jakarta.
Segala aktifitas Denjaka bersifat rahasia dan sangat jarang dipublikasikan. Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka dituntut memiliki kesiapan operasional, mobilitas, kecepatan, kerahasiaan, dan pendadakan yang tertinggi. medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal dari udara.
Mereka dikenal sangat tangguh di medan operasi sebagaimana para “saudara” lainnya, pasukan khusus di matra darat dan udara. Kemampuan Denjaka tak hanya dapat bertempur, tapi juga berperan sebagai satuan intelijen tempur yang handal. Pendidikan hampir 9 bulan dihabiskan untuk menciptakan pasukan Intai Amfibi yang handal, cepat dan rapih dalam menyelesaikan suatu misi khusus.
Tak heran manuver dan gerakan personel Denjaka dalam operasi klandestein membuat musuh kewalahan. Denjaka mampu bertempur di darat, laut, udara dan bawah permukaaan air. Mereka juga memiliki skill yang dimiliki pasukan Kopaska dan Linud (setingkat Parako) untuk menjalankan misinya di TNI. Denjaka juga biasa di libatkan untuk pengamanan Presiden (Paspampres).
PENANGKAPAN SUUD RUSLI ( Mantan Anggota Denjaka )
DEN JAKA merupakan pasukan khusus yang sangat mengerikan, kemampuan tempur mereka yang begitu handal, sehingga mereka bisa menjadi Mesin pembunuh yang sangat mengerikan, oleh itu TNI sangat menjaga pasukan ini, ada sebuah kisah mengenai salah satu personel dari pasukan DENJAKA yang terlibat Kriminal, Namanya SUUD RUSLI, merupakan perwira berpangkat Kopral Dua,Terpidana mati kasus pembunuhan Dirut PT Asaba, Budyharto Angsono, telah sering melarikan diri dari Rumah Tahanan Militer.
Bukan Hal mudah Memburu Kopral SUUD RUSLI Untuk menangkap mantan anggota Marinir itu, TNI-AL menerjunkan tim khusus.Rusli melarikan diri dengan cara memotong jeruji sel tahanan pakai gergaji besi. ”Dia meloloskan diri dengan cara memanjat dinding sel memakai sambungan sarung-sarung di mushala rumah tahanan itu, lalu menuruni dinding sel dengan tali dari sarung tersebut,” Dengan kemampuan khusus yang dimiliki sebagai anggota pasukan khusus, Suud Rusli mampu meloloskan diri dari Rumah Tahanan Militer Cibinong. Padahal, selama berada di rumah tahanan tersebut, kedua kaki Suud dirantai.
Suud berhasil melepaskan ikatan rantai dari kedua kakinya lantas menggergaji jeruji besi di kamar tahanannya. Selanjutnya, Suud melompat pagar rumah tahanan tersebut untuk melarikan diri.Saat ditangkap di Malang, Suud sempat dihadiahi tembakan oleh petugas yang memburunya, karena berusaha meloloskan diri.
KOMANDAN Tim Pomal Lantamal III, Letkol Laut (PM) Ananta pada Jumat dinihari tanggal 17 Agustus 2007, memimpin penyergapan beranggotakan empat orang yaitu Lettu Laut (PM) Dodi Prionggo, SH; Pelda Pom Eko Budi S, Kopda Pom Iwan Setiawan, dan Kopda Pom Sunanto.
Saat pelaksanaan penyergapan tersebut, dua anggota Pomal yaitu Lettu (PM) Dodi Prionggo, SH dan Kopda Pom Iwan Setiawan mendekat ke gubuk dengan gerakan senyap, sementara Pelda Pom Eko Budi S dan Kopda Pom Sunanto tetap di posisi masing-masing untuk melakukan perlindungan dan mengantisipasi Syam melarikan diri. Kemudian Komandan Tim mendobrak pintu gubuk sambil berteriak …jangan bergerak…!, dan menerobos ke dalam gubuk dengan pistol yang diarahkan ke Syam sambil menyalakan lampu senter ke wajah Syam. Namun diluar dugaan, dalam waktu singkat, Syam mengambil senjata dan menembak beberapa kali ke arah Komandan Tim yang mengenai tubuhnya. Atas tembakan tersebut, Komandan Tim melakukan tembakan balasan secara beruntun ke arah Syam, akibatnya Syam tersungkur.
Sementara itu, Lettu Laut (PM) Dodi dan Kopda Pom Iwan segera mendekat memberikan bantuan dengan melakukan penembakan ke arah posisi Syam, namun Syam masih sempat memberikan tembakan ke arah pintu gubuk yang mengenai Lettu Laut (PM) Dodi dan Kopda Pom Iwan. Aksi tembak menembak tersebut berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Menyadari bahwa dirinya dan anggotanya terkena tembakan, Komandan Tim memerintahkan anggotanya untuk menjauh dari gubuk sementara dua anggota lainnya tetap berjaga-jaga di posisi masing-masing.
Oleh karena rasa kuatir akan keselamatan kedua anak buahnya akibat luka yang dideritanya, maka Komandan Tim melapor kepada Komandan Pomal Lantamal III untuk mendapatkan arahan.
Komandan Pomal Lantamal III selanjutnya melapor kepada Wadan Puspomal yang selanjutnya segera meluncur ke TKP dan Tim Pomal selanjutnya menghubungi Polres Pandeglang dan Reskrim Polda Metro Jaya melalui telepon untuk meminta bantuan evakuasi anggotanya ke RS Pandeglang.
Setelah mendapatkan informasi tersebut, Tim Reskim Polda Pandeglang dipimpin AKP Yusup Rahmanto meluncur ke TKP bergabung dengan Tim Pomal, selanjutnya Lettu Laut (PM) Dodi dan Kopda POM Iwan dievakuasi ke RS Pandeglang untuk mendapatkan perawatan. Sementara itu, Dan Tim tetap bertahan untuk memimpin proses penangkapan Syam. Atas saran Komandan Tim Polres dengan mempertimbangkan luka yang dideritanya, akhirnya Komandan Tim Pomal juga dievakuasi ke RSU Serang bersama kedua anggotanya yang selanjutnya dilarikan ke RSAL Mintohardjo dengan menggunakan ambulans dari Diskes Lantamal III dan Lanal Banten.
PENGEPUNGAN terhadap Syam dilanjutkan dengan kekuatan tambahan dari Polres Pandeglang kemudian sekitar pukul 06.30 WIB setelah cuaca terang, Tim Pomal yang tersisa dibantu Tim Polres Pandeglang setelah melalui berbagai pertimbangan segera melakukan penyisiran atau pembersihan ke gubuk dengan memberikan tembakan ke dalam gubuk dan tidak ada lagi perlawanan dari Syam. Selanjutnya ditemukan Syam dalam posisi tergeletak di dekat tempat tidur dan sudah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Tim Pomal dan Tim Polres segera melakukan identifikasi dan olah TKP yang selanjutnya membawa jenazah Syam ke RSU Pandeglang untuk divisum dan membawa seluruh barang-barang milik Syam ke Polres Pandeglang.
Kemudian pada hari yang sama pukul 10.30 WIB jenazah Syam dibawa ke RSAL Dr Mintohardjo Jakarta dan pada pukul 12.00 WIB jenazah tiba di RSAL Dr Mintohardjo untuk selanjutnya dilakukan perawatan jenazah. Pada pukul 16.00 WIB jenazah selanjutnya diserahkan Wadan Puspomal kepada pihak keluarga yang diwakili oleh Lukas, adik kandung dari Syam. Kemudian dengan menggunakan ambulans RSAL Dr Mintohadjo dan pengawalan dari petugas Pomal jenazah Syam diberangkatkan ke kediaman orang tuanya di Desa Sukabakti, Curug, Tangerang, Banten untuk dimakamkan. Seluruh biaya perawatan jenazah ditanggung oleh Pomal. Disamping itu, pihak Pomal juga memberikan bantuan uang duka.
Akibat dari operasi penyergapan Syam, terdapat korban luka tembak yaitu Letkol Laut (PM) Ananta yang mengalami luka tembak di dada sebelah kiri, kemudian Lettu Laut (PM) Dodi Prionggo mengalami luka tembak di bagian perut tembus hingga belakang, kecuali Kopda POM Iwan yang mengalami luka tembak di lengan sebelah kanan dan proyektilnya masih bersarang, pada malam harinya proyektilnya sudah dapat dikeluarkan, Pada tubuh Syam didapati lima tembakan yaitu satu tembakan di dada di perut yang tembus ke belakang, satu di sekitar kemaluan dan juga di kaki sebelah kanan dan kiri masing-masing satu tembakan.
Selain memberikan keterangan pers kepada wartawan, pihak TNI AL juga memperlihatkan sejumlah barang-barang milik tersangka Syam yang dipergunakan selama pelariannya sebagai barang bukti, antara lain pistol jenis FN beserta 13 peluru dan selonsong 20 butir, satu set senjata tajam, satu kapak, satu gergaji, satu set perlengkapan lapangan, satu buah sepeda motor, satu buah sepeda gunung, dua pasang sepatu renang, satu baju PDL loreng TNI, dan beberapa peralatan militer lainnya.
REKRUTMEN
Tidak heran, di antara ratusan prajurit yang mengikuti seleksi pendidikan Denjaka, hanya sekitar 50 an orang yang diterima. Mereka akan dilatih keras di kawah candradimuka di Situbondo. Tahun-tahun sebelumnya, sering hanya belasan prajurit yang memenuhi syarat. Mereka yang tak lulus dikembalikan ke kesatuannya semula. Setelah masuk tahap seleksi ke II, Tidak semua yang mengikuti pendidikan tersebut lolos. beberapa di antara mereka dimungkinkan akan dikembalikan ke kesatuannya karena tidak mampu mengikuti pendidikan
Selain fisik prima, calon Denjaka juga dituntut memiliki IQ tinggi. Sebab, pasukan elite yang sering digunakan untuk penyusupan di daerah operasi itu harus mampu menghadapi berbagai masalah, baik secara individu maupun kelompok.
Selama menjalani pendidikan. Teori di kelas hanya 20 persen. Selebihnya di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Mereka harus mempunyai kemampuan terbaik di darat, laut, dan udara. Mereka dituntut mampu melaksanakan tugas rahasia secara sempurna. Untuk mencapai semua itu, diperlukan pendidikan yang sangat keras dan ketat. Mereka harus mampu menyusup dengan terjun payung, bergerak lincah di laut dengan daya tahan tinggi, serta survive di darat.
Mereka ditempah di tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi, yang biasanya menghanyutkan perahu nelayan. Dengan tangan dan kaki diikat, para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.“Latihan mereka cukup berat. Kaki dan tangan diikat pun bisa hidup.
Kenapa sampai demikian? Bila sewaktu-waktu prajurit trimedia (menguasai medan darat, laut, dan udara) itu dibuang ke laut dalam keadaan tangan dan kaki terikat oleh musuh, mereka akan mampu menyelamatkan diri. Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun. Untuk menguji daya tahannya itu, para prajurit terpilih tersebut dilepas di tengah hutan dengan hanya bermodalkan garam. Air minum pun tidak diperkenankan dibawa. Selebihnya, cari sendiri di hutan. Latihan itu dilakukan di Alas Purwo.Di sana, mereka dilepas untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan per orangan.
Di tengah hutan, mereka harus bertahan berhari-hari. Mereka tak jarang hanya makan binatang buas, seperti ular. Bila mampu menangkap monyet, hewan itu pulalah yang disantap. Selama tiga hari tiga malam, mereka tidur di tengah hutan rimba tersebut. Kadang-kadang, juga lebih.
Itu semua belum cukup. Soal pukul-memukul oleh instruktur untuk melatih mental bukanlah hal aneh di kalangan mereka. Mereka benar-benar harus siap mental dan fisik. Begitu kerasnya, tidaklah heran kalau di awal pendidikan itu, ada yang mengundurkan diri.
Untuk latihan udara, mereka bukan lagi dilatih terjun tempur seperti prajurit biasa. Kalau terjun tempur, begitu keluar dari pintu pesawat, payung sudah terbuka. Tapi, Denjaka dilatih terjun bebas. Yang menarik, terjun bebas itu tidak saja dilakukan siang, tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan. ParaDenjaka juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh.
Untuk menghindari pendeteksian musuh, mereka harus piawai menyelam. Dengan menggunakan kompas, sambil menghitung derajat daerah sasaran, para Denjaka harus bisa muncul di titik yang tepat. Itu baru tahap latihan. Bila pelantikan atau dikenal dengan pembaretan, mereka harus jalan kaki siang malam. Itu sering dilakukan Banyuwangi-Surabaya. Mereka dilepas di Banyuwangi dan diperintahkan kumpul di Surabaya dalam waktu yang ditentukan. Bila naik kendaraan dan ketahuan instruktur, hukuman berat bakal dirasakan. Baretnya pun bakal tak hinggap di kepala.
Sumber by :
http://youchenkymayeli.blogspot.com/2013/11/mengenal-detasemen-jala-mangkara.html

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner