Pemerintah Papua Nugini (PNG) mengaku tertarik untuk membeli alutsista buatan Indonesia. Hal itu diungkapkan Menhan Papua Nugini, Fabian Pok, setelah bertemu Menhan RI Purnomo Yusgiantoro, di kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa, 18 Juni 2013.
Fabian menilai, industri pertahanan Indonesia sedang berkembang. Ini tentunya berdampak kepada kewibawaan dan kedaulatan pertahanan Indonesia. Karena itu, kata Fabian, selain membuka kerja sama pengadaan alutsista, PNG juga akan mewacanakan kerja sama penjagaan perbatasan laut dengan Indonesia.
Menhan Fabian menuturkan negaranya membutuhkan alutsista darat dan laut. Untuk darat, alutsista bisa digunakan untuk mengamankan perbatasan dari tindak penjualan orang (human traficking). Sementara alutsista laut diperlukan untuk mengawal wilayah laut mereka dari praktik pencurian ikan, termasuk mengawasi hasil penebangan pohon ilegal yang diselundupkan lewat laut.
"Kami tertarik membuat kerja sama. Kami butuh alutsista yang berhubungan dengan laut karena banyak kasus illegal logging dan illegal fishing yang diangkut lewat laut," kata Fabian.
Namun, Fabian belum bisa memastikan pembelian alutsista ini. Sementara itu, Menteri Purnomo Yusgiantoro menyambut baik ketertarikan Papua Nugini. Menurut Purnomo, jika ketertarikan ini serius maka bisa mendorong kelangsungan industri pertahanan Indonesia. "Ini baru sebatas lobi dulu," kata Purnomo.
Saat menemui Menteri Purnomo, Fabian sempat diajak berkeliling lobi kantor Kementerian Pertahanan melihat miniatur dan contoh alutsista buatan lokal. Ditemani Sekjen Kemhan, Letjen Budiman, Fabian melihat senjata laras panjang produksi PT Pindad, miniatur pesawat CN-212, CN-235, dan CN-295produksi PT DI. Termasuk melihat miniatur kapal cepat rudal produksi PT PAL.
Sumber Tempo di Kementerian Pertahanan menyebutkan, Indonesia tertarik menawarkan alutsista produksi lokal. Terlebih, usai pemerintah Papua Nugini mendapat banyak duit dari penemuan cadangan minyak. Bahkan disebutkan cadangan minyak itu sudah dikontrak perusahaan minyak asal Amerika Serikat senilai Rp 170 triliun. "Dari segi dana mereka potensial membeli alutsista Indonesia," ucapnya. Sebelumnya, Papua Nugini sudah terjalin kerja sama dengan beberapa industri pertahanan Indonesia. Antara lain akuisisi senjata perseorangan dari PT Pindad, pemeliharaan pesawat terbang, hingga seragam tentara buatan PT Sritex.
[TEMPO]
0 komentar:
Posting Komentar