Select Language

Selasa, 30 Juli 2013

Indikasi Kuat Pembelian Kapal Selam Rusia Oleh Indonesia

Presiden SBY memandangi model kapal selam Kilo Rusia (photo: setneg)
Presiden SBY memandangi model kapal selam Kilo Rusia.

JKGR-(IDB) : Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y. Galuzin melakukan kunjungan ke Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro,  Selasa (23/7) di Kementerrian Pertahanan, Jakarta. Tujuan kunjungan ini membicarakan beberapa hal menyangkut kerjasama teknik militer antara kedua negara, termasuk kerjasama Angkatan Laut kedua negara dalam penyediaan material dan renovasi untuk Kapal Selam.

 
Duta besar Rusia juga menyampaikan bahwa pemerintahnya akan mengadakan pameran senjata “Rusian Arms Expo” bulan September mendatang di kota sebelah timur Moskow. Pameran itu merupakan pameran terbesar yang akan menampilkan persenjataan militer khususnya untuk Angkatan Darat. Dubes Rusia berharap Menteri Pertahanan Indonesia dapat menghadiri pameran persenjataan militer tersebut.

 
Yang menjadi pertanyaan dari kunjungan ini adalah soal kerjasama Angkatan Laut kedua negara dalam hal penyediaan material dan renovasi untuk Kapal Selam. Sejak kapan Indonesia memiliki kapal selam buatan Rusia. Yang diketahui saat ini Indonesia hanya memiliki dua kapal selam gaek yakni U-209 Cakra dan Nanggala buatan Jerman Barat. Jika demikian,  penyediaan material dan renovasi kapal selam dari Rusia, untuk kapal selam yang mana ?.

 
Pernyataan Dubes Rusia yang baru ini, seakan hendak memperkuat pengakuan dari Dubes Rusia untuk Indonesia yang terdahulu, Alexander A. Ivanov. Situs tempo.co edisi Rabu, 21 Desember 2011 menyampaikan hasil wawancara mereka dengan Ivanov, perihal pembelian alutsista Indonesia dari Rusia dan jaminan bebas embargo militer dari negeri beruang merah tersebut.

 
Berikut petikan pembicaraan wartawan tempo dengan Alexander A. Ivanov, 21 Desember 2011 :
 
Sehubungan dengan kerja sama militer antara Rusia dan Indonesia, Ivanov menekankan tentang kerja sama antara angkatan laut kedua negara. Sebagai negara kepulauan yang terluas di dunia, ujarnya, Indonesia perlu memiliki angkatan laut yang kuat. Indonesia telah membeli kapal selam tipe BNV dengan tipe terbaru dengan teknologi termodern dari Rusia. Kapal selam ini antara lain mampu mengejar target dalam posisi di dalam laut ataupun di permukaan laut.
 
Bentuk kerja sama lainnya, ujar Ivanov, adalah pembentukan pusat pelayanan kapal selam tersebut dan akan dikelola oleh Angkatan Laut Indonesia. “Ini langkah lebih maju dari kerja sama untuk transfer teknologi dari Rusia ke Indonesia,” kata Ivanov.

 
Bandingkan pernyataan Dubes Rusia Ivanoviv 21 Desember 2011, dengan pernyataan Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro seperti yang dikutip Kompas 11 Agustus 2011, usai rapat kabinet:
 
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan hal itu seusai sidang kabinet terbatas bidang keamanan yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Kamis (11/8), di Kantor Presiden. Estimasi kebutuhan anggaran pertahanan itu, menurut Purnomo, termasuk pengadaan 10 kapal selam yang baru terealisasi dua buah.
 
Dubes Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov mengatakan Indonesia telah memiliki kapal selam tipe BNV dengan tipe terbaru dengan teknologi termodern dari Rusia, tanggal 21 Desember 2011. Sementara Dubes Rusia yang baru Mikhail Y. Galuzin mengatakan adanya kerjasama Angkatan Laut kedua negara dalam hal penyediaan material dan renovasi untuk Kapal Selam, tanggal 23 Juli 2013.

 
Apakah kita hendak mengatakan kedua Dubes Rusia untuk Indonesia ini, ngawur semua ngomongnya ?.

 
Global Security Newswire/ NTI.0rg tanggal 11 Juli 2013 menyebutkan:
 
Contracts for 37 Varshavyankas have been concluded to date, including three to Iran in the early 1990s, as well as boats sold to India, China, Poland, Romania and Algeria. Additional countries that have recently purchased Project 636 Kilo-class submarines include Indonesia, who ordered two in 2007 at a cost of $200 million each, and Vietnam, who ordered six of the vessels in December 2009 at a cost of $2 billion. (Indonesia termauk negara lain yang telah membeli kapal selam Kilo Class Project 636 sebanyak 2 unit pada tahun 2007 dengan harga 200 usd/per kapal).
 
Sekarang mari kita dengarkan hasil wawancara RIA Novosti dengan Pakar Militer Rusia Igor Korotchenko 11 Juli 2013:

 
Igor Korotchenko tells RIA Novosti (galangan kapal) ”Krasnoye Sormovo” could provide extra buildingways if  (galangan kapal) Admiralty can’t meet all its export contracts.  He says Admiralty is now building five subs under the GOZ, six for Vietnam, and:
 
“In the event new contracts are signed for sub construction with Venezuela and Indonesia there will be an obvious problem with inadequate buildingway space, and then a backup could be required.” (Dalam kontrak baru yang telah ditandatangani untuk Venezuela dan Indonesia, ada persoalan nyata dengan ruang pembangunan yang memadai sehingga dibutuhkan sebuah  backup -mencari lokasi lain untuk pembangunan kapal selam tambahan tersebut, yakni di Krasnoye Sormovo -red).
 
RIA Novosti mencatat Rusia agak kesulitan untuk memenuhi permintaan ekspor kapal selam karena keterbatasan kapasitas industri modern negara mereka. Dengan demikian dibutuhkan:
 
One wonders what, if any, work and investment would be required to bring “Krasnoye Sormovo” and Amur back into the sub-building business. (Dibutuhkan investasi agar Krasnoye Sormovo” dan Amur kembali ke dalam bisnis kapal selam).
 
Apakah ketiga orang Rusia tersebut: Alexander A. Ivanov, Mikhail Y. Galuzin dan Igor Korotchenko berbohong semua tentang aktivitas Rusia yang menggarap kapal selam Indonesia ?. Tentu tidak. Mereka tidak punya motif untuk itu. Motif yang ada justru mereka ingin mempublikasikan pembelian kapal selam Rusia tersebut, agar negara lain ikut membelinya.

 
Dari uraian Igor Korotchenko bisa ditangkap galangan kapal Rusia kesulitan tempat untuk membangun kapal selam pesanan (tambahan) dari Venezuela dan Indonesia, karena banyaknya order kapal selam. Rusia membutuhkan galangan kapal selam lain untuk merakitnya.

Apakah persoalan yang dihadapi Rusia dengan tempat pembuatan kapal selam  tersebut, terkait dengan pembangunan Pangkalan Kapal selam yang baru di Palu ?. Belum tahu, yang jelas Rusia membutuhkan drydock dengan segala teknologinya untuk membangun pesanan kapal selam Venezuela dan Indonesia. 





Sumber : JKGR

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner