Select Language

Selasa, 13 Mei 2014

Wawasan Kelautan Minim, Ancaman Lingkungan Maksimal

KERJA KERAS - Kehidupan masyarakat pesisir Jakarta Utara. Mereka masyarakat pekerja keras. (Foto: Polaris Photographer)

Penulis: Anwar Iqbal
Jakarta, JMOL ** Minimnya wawasan kelautan menyebabkan ancaman, berupa banjir, kemacetan, dan kemiskinan yang urung teratasi.
"Jakarta memiliki 13 sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta. Potensi besar yang seharusnya dapat menjadi solusi perkembangan transportasi air dan pariwisata," ujar Iman Sunario, Ketua Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB), kepada JMOL, Kamis (6/3).
YSNB menilai, politik kebijakan penataan ruang di Indonesia belum mempertimbangkan aspek kebudayaan bahari. Hal ini berdampak pada meluasnya banjir, kerusakan lingkungan, dan kemiskinan di kota-kota pantai Indonesia.
Berdasarkan data pemantauan 13 sungai oleh BPLHD DKI Jakarta pada bulan September 2012, diketahui sebanyak 82,6% dari 67 titik pemantauan berstatus tercemar berat, 10,1% tercemar sedang, 7,2% tercemar ringan, dan 0% kondisi baik. Pada kondisi demikian, pesisir Teluk Jakarta ditandai pula dengan kemiskinan dan kerusakan lingkungan yang parah.
"Sebagai Kota Pantai, Jakarta adalah barometer pembangunan Indonesia. Jika kondisi sosial dan lingkungan di Teluk Jakarta, yang jaraknya hanya beberapa kilometer dari Istana Negara, sudah rusak parah, bagaimana kita dapat berharap banyak dengan pembangunan kota-kota pantai di timur Indonesia? Atau bahkan di pulau-pulau terdepan?" tegas Iman.
Dalam budaya luhur kebaharian Indonesia, tambahnya, sungai dan sumber daya alam adalah milik komunal, bukan individual. Karenaya, membiarkan sungai kotor, hutan gundul, dan laut di kapling-kapling, bukanlah adab pembangunan yang mencerminkan kebudayaan Indonesia," pungkasnya.
Untuk menggali dan mengungkap modalitas budaya bahari dalam pembangunan Indonesia ke depan, YSNB menyelenggarakan sebelas serial diskusi bulanan.
Sabtu (8/3), berlangsung serial diskusi ke-6 dengan tema, ‘Ekspresi Budaya dalam Komunikasi Masyarakat Maritim’.
Hadir sebagai pembicara Prof Dr Edi Sedyawati, Prof Dr Yasraf Amir Piliang, dan Prof Eko Budihardjo MSc.
Acara yang akan berlangsung di Hotel Sultan (ASEAN Room), diharapkan menghasilkan gagasan alternatif kepada calon-calon pemimpin Indonesia ke depan.

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner