F-22 Raptor pertama kali dioperasikan pada bulan Desember 2005. Awalnya untuk digunakan oleh Angkatan Laut AS guna menggantikan jet tempur F-14. F-22 memang pantas disebut sebagai jet tempur terbaik di dunia karena dilengkapi dengan sensor yang prima sehingga pilot bisa memonitor kondisi pesawat dan keadaan sekitar penerbangan dengan baik. Sistem persenjataan yang melengkapinya bisa memastikan bahwa jet siluman ini yang memiliki kesempatan pertama untuk menyerang dibandingkan dengan lawan.
Sensor pada F-22 memungkinkan pilot untuk melacak, mengindentifikasi, dan menembak target sebelum kehadirannya terdeteksi oleh lawan. Teknologi avionik yang sudah dikembangkan memungkinkan sistem sensor pada F-22 dapat mengumpulkan, mengintegrasikan, dan menampilkan informasi penting bagi pilot guna mempermudah operasi tempurnya.
Peningkatan kemampuan siluman (stealth) membuat jet tempur ini secara signifikan menunjukkan kemampuannya dalam mengurangi ancaman serangan berupa tembakan missil udara ke udara atau permukaan ke udara. Kemampuan supercruise (melaju dengan kecepatan supersonik tanpa afterburner) juga bisa memberikan efek kejut yang memberikan keuntungan taktis.
Kemampuan supercruise yang dimiliki F-22 Raptor membuat pesawat ini memiliki daya jelajah yang lebih jauh dibandingkan jet tempur berkecepatan supersonik lainnya. Sedangkan pada jet tempur lainnya harus menggunakan afterburner untuk mencapai kecepatan supersonik sehingga cenderung membuat pemakaian bahan bakar menjadi lebih boros dengan konskwensi jarak jelajah terbang menjadi berkurang.
Selain itu, F-22 juga terbukti memiliki kemampuan manuver yang sempurna. Pada kecepatan tinggi pesawat ini masih tetap bisa melakukan manuver taktis yang prima. Kemampuan ini didukung oleh desain aerodinamis yang maju sehingga bisa mengungguli pesawat musuh maupun kondisi cuaca pada penerbangan.
Sejarah
Program ATF (Advanced Technology Fighter) yang melahirkan F-22 Raptor dimulai pada bulan September 1983. Saat itu kontrak pengembangan desain jet tempur siluman ini diberikan kepada 7 perusahaan. Pada oktober 1986, kontrak pengembangan diberikan kepada dua konsorsium, salah satunya terdiri dari perusahaan Lockheed (kontraktor utama), Boeing, dan General Dynamics. Sementara konsorsium yang lain terdiri dari perusahaan Northrop (kontraktor utama) dan McDonnel Douglas.
Desain pesawat yang dibuat oleh Northrop dan McDonnel Douglas, sebuah jet tempur siluman yang diberi nama YF-23A, banyak kalangan menjulukinya Black Widow II. Black Widow II diterbangkan pertama kali pada 27 Agustus 1990. Kemudian menyusul desain pesawat hasil rancangan Lockheed, Boeing, dan General Dynamics yang diberi nama YF-22A dengan julukan yang terkenal Lightning II dan diterbangkan perdana pada tanggal 29 September 1990. Dan pada bulan April 1991, desain jet tempur YF-22A yang terpilih untuk dikembangkan lebih lanjut.
Setelah terjadi pemangkasan anggaran untuk proyek ini, membuat jet tempur F-22A buatan Lockheed dan Boeing (General Dynamics telah menjual divisi tempurnya kepada Lockheed sejak Desember 1992) menjadi lambat diproduksi. Hingga akhirnya dapat dioperasikan perdana pada tahun 2005. Rencana awal akan diproduksi hingga 648 unit F-22 Raptor, tapi berkenaan dengan pemotongan anggaran yang sudah terjadi, jet tempur siluman ini hanya diproduksi sebanyak 339 unit.
Ada laporan yang berbeda mengenai pemberian nama resmi untuk jet tempur F-22A. Untuk sementara pihak Pentagon menyebutnya dengan nama "Superstar". Tapi beberapa kalangan di media bahkan sudah memberinya nama "Rapier". Sementara itu, Chris Ridlon mewakili USAF (Angkatan Udara AS) lebih memilih nama yang disebutkan oleh pabrikan Lockheed, Lightning II. Dan akhirnya kita semua tahu bahwa jet tempur siluman super canggih ini bernama Raptor…
Spesifikasi Jet Tempur Siluman F-22 Raptor
SPESIFIKASI UMUM | |
Pembuat | Lockheed Martin dan Boeing |
Jumlah Crew | 1 Orang |
Harga per Unit | US$.360 juta |
DIMENSI | |
Lebar Sayap | 13,56 meter |
Panjang Keseluruhan | 18,92 meter |
Tinggi Keseluruhan | 5,08 meter |
Luas Sayap | 78 meter² |
TENAGA PENGGERAK | |
Mesin Pendorong | 2 Unit Pratt & Whitney F119-PW-100 |
Rasio Bypas | 0.2:1 |
Daya Menengah | 116 kN |
Daya Tambahan | 155 kN |
BERAT | |
Operasional Kosong | 14.375 kg |
Bahan Bakar Internal | 11.400 kg |
Lepas Landas Normal | 27.200 kg |
Maksimum Lepas Landas | 36.288 kg |
Daya Angkat Sayap | 470 kg/m² |
KINERJA | |
Kecepatan Maksimum | Mach 1,9 (beberapa sumber menyebut Mach 2,4) |
Kecepatan Suprcruise | Mach 1,6 |
Radius Tempur | 1.400 kilometer |
Jarak Jelajah Terbang | 3.200 kilometer |
Ceiling | 18.000 meter |
Dorongan / Berat | 1.3 ~ 1.4 |
Gaya Gravitasi Maksimum | 9,5 g |
PERSENJATAAN | |
Senapan Mesin | 1 × M61A2 Vulcan 20 mm Gatling dengan 480 putaran |
Misil Udara ke Udara | 6 Unit AIM-120 AMRAAM, 2 Unit AIM-9 Sidewinder |
Misil Udara ke Permukaan | 2 Unit 1,000 lb JDAM atau 2 Unit 1.000 £ JDAM, 2 Unit Wind Corrected Munitions Dispensers (WCMDs) atau 8 Unit 250 lb GBU-39 Small Diameter Bombs |
Keterangan Tambahan | Diperkirakan kabin persenjataan internal dapat mengangkut sekitar 907 kg bom atau rudal. Empat cantelan yang terpasang dibawah sayap pesawat dapat digunakan untuk membawa senjata atau tanki bahan bakar tambahan yang masing-masing memiliki kapasitas 2.267 kg, tapi dengan mengorbankan kemampuan silumannya sebab benda-benda itu tidak anti radar / deteksi. |
fighter-planes.com, defenseindustrydaily.com
0 komentar:
Posting Komentar