(Foto: presstv.ir)
Liputan6.com, Jakarta - Target produksi minyak dan gas (migas) yang diusulkan oleh Pemerintah dalam nota keuangan dan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2014 mengalami penurunan cukup signifikan dari sebelumnya. Penurunan tersebut diperkirakan membuat anggaran semakin defisit.
Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Rofi Munawar mengatakan, APBN tertekan karena nilai tukar rupiah terus melemah sampai di luar koridor. Hal tersebut diperparah dengan melesetnya target produksi migas.
“Lifting migas yang rendah tidak bisa dipungkiri telah menyebabkan defisit pada anggaran negara," kata Rofi dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa (27/5/2014).
Realisasi produksi minyak bumi selama periode Desember 2013 hingga Maret 2014 baru mencapai sekitar 797 ribu barel per hari (bph). sedangkan target lifting minyak dalam APBN 2014 ditetapkan sebesar 870 ribu barel per hari diperkirakan hanya akan terealisasi sebesar 818 ribu bph.
"Tentunya akan semakin memperburuk struktur anggaran karena importasi minyak masih cukup tinggi selama ini,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, Satuan kerja Khusus Pelaksana Kegiatan hulu Minyak dan gas bumi (SKK Migas) tidak pernah memenuhi target yang ditetapkan oleh APBN, setiap tahun perolehan lifting migas mengalami penurunan secara berarti.
"Lifting minyak sendiri sudah lama mengalami penurunan, namun janji SKK Migas akan mengkompensasinya dengan kenaikan gas pun tidak kunjung nampak hasilnya," pungkasnya.(Pew/Gdn)
Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Rofi Munawar mengatakan, APBN tertekan karena nilai tukar rupiah terus melemah sampai di luar koridor. Hal tersebut diperparah dengan melesetnya target produksi migas.
“Lifting migas yang rendah tidak bisa dipungkiri telah menyebabkan defisit pada anggaran negara," kata Rofi dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa (27/5/2014).
Realisasi produksi minyak bumi selama periode Desember 2013 hingga Maret 2014 baru mencapai sekitar 797 ribu barel per hari (bph). sedangkan target lifting minyak dalam APBN 2014 ditetapkan sebesar 870 ribu barel per hari diperkirakan hanya akan terealisasi sebesar 818 ribu bph.
"Tentunya akan semakin memperburuk struktur anggaran karena importasi minyak masih cukup tinggi selama ini,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, Satuan kerja Khusus Pelaksana Kegiatan hulu Minyak dan gas bumi (SKK Migas) tidak pernah memenuhi target yang ditetapkan oleh APBN, setiap tahun perolehan lifting migas mengalami penurunan secara berarti.
"Lifting minyak sendiri sudah lama mengalami penurunan, namun janji SKK Migas akan mengkompensasinya dengan kenaikan gas pun tidak kunjung nampak hasilnya," pungkasnya.(Pew/Gdn)
0 komentar:
Posting Komentar