Kelihaian seorang Putin
Nama Vladimir Putin terus mencuat semenjak keberhasilannya membawa negeri beruang merah meraih kebanggaannya dihadapan barat yang sempat terpuruk pasca bubarnya Uni Soviet. Pelan namun pasti Federasi Rusia dibawah Putin terus bermanuver untuk merebeut kembali hegemoni nya dari tangan Barat khususnya Uni Eropa. Setelah berhasil menunjukan kedigdayaannya pada Georgia 2008 silam, Putin kemudian merancang pembentukan blok tandingan Eropa, Eurasian Union dan mendukung habis habisan sekutu Arab satu satunya, Suriah. Impian Vladimir Putin untuk menyatukan seluruh negara eks Uni Soviet dilakukan dengan rencana dan taktik yang matang, sehingga tak terlalu memancing resiko terlalu besar yang dapat merusak Rusia seperti ancaman sanski dari Amerika dan Uni eropa. Terganggunya proses merangkul Ukraina melalui Presiden Yanukovich yang memilih pro Rusia tak membuat Putin patah arang, justru kesempatan ini dimanfaatkan dengan sebaik baiknya dan terkesan telah dipersiapkan sebelumnya. Usahanya membuahkan hasil dengan kembalinya Crime ke pangkuan Rusia, yang lagi lagi melalui kecerdikan Putin yang luar biasa. Militer Rusia terus diperkuat oleh Putin, meski sejatinya kekuatan fisik hanyalah alat bantu untuk mengamankan rencana putin untuk menciptakan permainan jangka panjang melalui Perundingan dan Upaya diplomatik yang diplot sebagai senjata peredam perlawanan Barat. Disisi lain, Eropa dan Amerika dibuat panik, gerah dan bermain tebak tebakan karena mereka belum memahami apa langkah putin selanjutnya.
Di Ambang Perang Besar
Setelah Crimea jatuh ke dekapan Putin, kini Wilayah Timur dan Selatan Ukraina yang mayoritas dihuni penduduk keturunan Rusia mulai mengumandangkan suaranya untuk berpisah dari Ukraina. Sejurus kemudian, munculah pasukan pemberontak pro Rusia yang menduduki seluruh pos penting pemerintah ukrainan di kota kota wilayah Timur dan Selatan, aksi ini kemudian dibalas Pemerintah pusat Ukraina dengan melancarkan serangan militer. Bentrokan antara pro Rusia dan militer Ukrainan tak terbendung lagi, aksi baku tembak sempat terjadi namun belum menjadi sebuah perang besar antar keduanya. Agaknya Ukrainan memahami bahwa tindakan militernya adalah blunder bagi kebijakan Ukraina sendiri pasca kejatuhan Presiden Yanukovich, selain berakibat pecah perang saudara yang pasti makin menyengsarakan rakyat dan masa depan Ukraina, Ultimatum Rusia yang siap menerjukan militer membantu kelompok Pro Rusia menjadi pertimbangan intents pemerintah Ukraina. Invasi Rusia terhadap Ukraina bukan lagi bualan, karena sejak aksi militer Ukraina terhadap wilayah timur dan selatannya, Putin memberikan komando kepada militer Rusia untuk siaga di perbatasan ukraina. Beberapa pesawat tempur Rusia juga telah beberapa kali terbang memasuki wilayah udara Ukraina, invasi militer Rusia tinggal menunggu waktu dan perintah dari Putin.
Menanggapi ancaman Invasi Rusia, Amerika Serikat juga telah menyiagakan pasukannya di negara negara Baltik seperti Polandia dan Romania, Latihan militer juga telah dilakukan AS dan Romania dilaut Hitam, berjarak beberapa kilometer dari pangkalan AL Rusia di Sevastopol, Crimea. AS juga dikabarkan kembali menyuplai pasukannya di Estonia, sumber menyebut sebanyak 150 prajurit dari brigade Linud ke 173 tiba di Amari, Estonia Barat, Sebelumnnya, AS sudah mengirim 450 pasukan ke Latvia dan Polandia untuk memperkuat pasukan yang telah siaga sebelumnya. Kanada pun dikonfirmasi tengah mengirimkan beberapa jet tempur dan kapal perangnya untuk bergabung dengan NATO yang telah berada dalam posisi siap tempur. Melihat serangkaian aktivitas militer Amerika dan sekutnya di sekitar Ukraina tersebut menjadi pertanda nyata bahwa AS kapan pun siap menerjukan militer ke Ukraina apabila Rusia menginvasi Ukraina.
Ukraina yang terjepit
Saat ini kartu Truf Ukraina sudah dipegang oleh Putin, yakni hutang pembayaran Gas Ukraina yang cukup besar. Ancaman Banned Gas oleh Rusia adalah senjata mematikan Putin untuk Rusia. Pilihan dilematis kini menjalar di tubuh pemerintahan Ukraina saat ini, tetap bergabung dengan Uni Eropa dan melawan Rusia atau kembali merapat ke pangkuan Rusia. Semua pilihan ini memiliki plus minusnya sendiri, sama sama berbobot imbang, Apalagi Amerika dan Uni Eropa kali ini memantapkan diri untuk melepaskan Ukraina dari belenggu Rusia demi mengembalikan ‘nama baik’ nya pasca kegagalan di Georgia, Suriah, Venezuela dan tentu saja Iran. Demi menjaga masa depan Ukraina yang cerah, pemerintahan Ukraina harus wajib dan segera mengambil langkah langkah taktis, tepat agar selamat dari perang antara dua raksasa, Rusia vs Amerika.
At least, semoga saja, persaingan Barat vs Rusia di Ukraina tak menjadi Trigger meletusnya Perang Dunia ke 3, Sejarah menceritakan bahwa perang hanyalah menyisakan kepedihan, kemenangan ataupun kekalahan hanyalah ilusi yang dibuat oleh mereka yang menginginkan perang terjadi demi kepentingannya.
0 komentar:
Posting Komentar