Jakarta -PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) melakukan penandatanganan kesepakatan pembelian satelit US$ 250 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun. Dari mana uang ini didapat?
Sekretaris Perusahaan BRI Budi Satria mengatakan, anggaran pembelian satelit ini akan didapat dari internal perusahaan, atau kas pribadi BRI. Bank BUMN ini tidak akan mencari uang dari surat utang atau obligasi.
“Kita sisihkan anggaran untuk investasi. Jadi budget yang kita anggarkan US$ 250 juta,” kata Budi saat dihubungi detikFinance, Senin (28/4/2014).
Budi mengatakan, harga pembelian pesawat ini akan berada di bawah US$ 250 juta, karena ada negosiasi yang dilakukan oleh BRI. Kemudian, pembayarah satelit ini juga akan dicicil selama 2 tahun.
“Itu jumlahnya (harga satelit) tidak segitu (US$ 250 juta). Karena proses negosiasi bagus sekali. Angkanya jauh di bawah itu, dan itu dibayar bertahap selama 2 tahun terhitung sejak kontrak. Misalnya, kita siapkan uang Rp 100 juta untuk beli mobil, tahunya dapat harga di bawah itu. Seperti itu,” pungkas dia.
Rencananya, satelit yang diberi nama BRISAT itu akan menjangkau wilayah layanan Indonesia, dan negara-negara ASEAN, Asia Timur termasuk sebagian Tiongkok, sebagian Pasifik termasuk Hawaii serta Australia Barat. BRISAT akan memiliki 36×36 MHz transponder C-Band dan 9×72 Mhz Ku-band.
BRI membeli satelit tersebut dari perusahaan profesional asal Amerika Serikat, Space Systems/Loral, LLC (SSL). Sementara yang meluncurkannya adalah Arianespace yang merupakan perusahaan dari Perancis.
Satelit itu akan memiliki 45 transponder, yang akan digunakan BRI untuk keperluan operasional perbankan adalah sebanyak 22-23 transponder. Sedangkan 4 transponder akan diberikan kepada pemerintah Indonesia untuk keperluan pemerintahan, seperti sensus data kependudukan, data pertanian, dan lainnya.
Proses desain final dan pembuatan BRISAT akan dilaksanakan di pabrik SSL di Palo Alto, California, yang diperkirakan akan memakan waktu 24 bulan. Sehingga diperhitungkan shipment and launch campaign akan dilakukan 25-26 bulan yang akan datang atau sekitar pertengahan tahun 2016 di Kourou, French Guiana.(http://finance.detik.com)
BRI Beli Satelit Rp 2,5 Triliun, Dahlan: Jangan Sampai
Nanti Dijual!
Jakarta -Menteri BUMN Dahlan Iskan mewanti-wanti sejak dini agar satelit yang akan dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) jangan sampai dijual. Ia mengusulkan tak boleh ada anak usaha di bawah BRI yang khusus mengurus soal satelit senilai Rp 2,5 triliun tersebut.
“Yang penting adalah kita harus amankan jangan sampai ini nanti dijual. Karena itu tidak dibentuk anak perusahaan di bawah BRI karena kalau dibentuk bisa saja anak usaha ini dijual. Organisasinya harus BRI, itu menjadi bagian,” kata Dahlan usai acara penandatanganan kontrak antara BRI, dengan Space Systems Loral, LLC dan Arianespace, di Gedung BRI, Senin (28/4/2014).
Dahlan mengatakan capaian ini merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi BRI. Jika satelit sudah mengorbit 2 tahun mendatang, maka BRI menjadi bank pertama yang memiliki satelit di dunia.
Adanya satelit ini, tak hanya membantu kinerja BRI sebagai bank yang fokus pada kredit mikro di seluruh Indonesia, namun juga bisa menghemat biaya operasional BRI dari sewa satelit yang cukup mahal per tahun.
“Selama ini BRI untuk sewa jaringan komunikasi 1 tahun hampir Rp 500 miliar. Dengan beli satelit ini tinggal Rp 200-250 miliar per tahun. Jadi menghemat Rp 250 miliaran (per tahun),” katanya.
Namun untuk merealisasikan itu, BRI harus merogoh triliunan rupiah. “Investasinya Rp 2 triliun lebih. Sekitar Rp 2,5 triliun,” katanya.(http://finance.detik.com)
Ini Alasan BRI Beli Satelit Rp 2,5 Triliun
Foto: MoU Pembelian Satelit BRI yang Dihadiri Presiden SBY (Zulfi-detikFInance)
Jakarta -PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) bakal meluncurkan satelit pertama seharga Rp 2,5 triliun pada 2016. Ini latar belakang BRI membeli satelit tersebut.
Direktur Utama BRI Sofyan Basyir mengatakan, tujuan utama BRI membeli satelit ini adalah untuk meningkatkan pelayanannya kepada nasabah.
“Tujuan dari BRI melaksanakan ini dalam rangka pelayanan, bagaimana lebih baik bagi para nasabah. Kedua bagaimana kami mampu melakukan sebaran lebih luas. Komunikasi yang penting,” kata Sofyan ditemui di kantor BRI, Bendungan Hilir, Jakarta, Senin (28/4/2014).
Sofyan memaparkan, saat ini masih ada gangguan-gangguan komunikasi yang menyebabkan layanan BRI terkadang menurun. Karena menurut Sofyan, komunikasi menggunakan kabel saat ini belum begitu optimal. Dengan adanya satelit ini, layanan bisa ditingkatkan.
“Kalau anda diskusi sama BRI, kasir terlampau lama, ATM mati. Itu karena komunikasinya yang kualitasnya rendah atau diturunkan. Kadang pelayanannya cuma 65% kalau lagi sibuk. Itu pelayanan kami terhambat luar biasa, kami tidak bisa memonitor. Kalau ini punya kita sendiri, kualitas menjadi prima. Dan reputasi kita BRI menjadi bagus,” papar Sofyan.
Selain itu, dia juga menjelaskan, dengan kepemilikan satelit yang akan mulai diorbitkan di Juni 2016 ini, efisiensi biaya produksi BRI akan dapat tercapai.
“Rata-rata biaya Rp 400-500 miliar per tahun dan mungkin tahun depan sudah Rp 500-600 miliar per tahun. Umur satelit 15 tahun, dengan nilai investasi Rp 2,5 triliun, bisa dihitung sendiri berapa efisiensinya,” jelas Sofyan.(finance.detik.com)
0 komentar:
Posting Komentar