Select Language

Senin, 14 Juli 2014

Kabupaten Bulukumba, Bumi tempat Ahli Pembuat Perahu Pinisi

Tempat pembuatan Perahu Pinisi di Bulukumba. (Foto: Indonesia Tourism)

Penulis: Adityo Nugroho
Bulukumba, JMOL ** Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di daerah Tana Beru merupakan sentra pembuatan Perahu Pinisi. Daerah ini berjarak sekitar 176 kilometer dari Kota Makassar atau 23 kilometer dari Kota Bulukumba.
Perjalanan dari Kota Bulukumba ke Tana Beru dapat ditempuh dengan menggunakan mobil pribadi maupun angkutan umum selama kurang lebih dua jam.
Nama Pinisi melekat sebagai simbol bahari orang Bugis-Makassar dalam mengarungi samudera. Dari tempat ini semua bermula. Ahli pembuat Perahu Pinisi, Arief Saenong, menuturkan, pembuatan perahu Pinisi dimulai sejak abad ke-14.
“Diperkirakan, abad ke-14 saat orang ingin berlayar mengarungi samudera, membutuhkan perahu yang besar maka dari abad ke abad dan generasi ke generasi muncullah Perahu Pinisi di awal abad ke-19,” kata Arief.
Arief sendiri mendapatkan ilmu pembuatan pembuatan, turun-temurun. Ia hanya meneruskan warisan nenek moyangnya.
Pengakuan itu diperkuat catatan sejarah dalam naskah Lontarak I Babad Lagaligo. Menurut cerita di dalam naskah itu, Perahu Pinisi sudah ada sekitar abad ke-14. Dalam naskah tersebut dijelaskan, Perahu Pinisi pertama kali dibuat oleh Sawerigading, Putra Mahkota Kerajaan Luwu. Bahan untuk membuat perahu diambil dari pohon welengreng atau pohon dewata yang terkenal sangat kokoh dan tidak mudah rapuh.
Namun, sebelum pohon itu ditebang, terlebih dahulu dilaksanakan upacara khusus agar penunggunya bersedia berpindah ke pohon lainnya. Sawerigading membuat perahu tersebut untuk berlayar menuju negeri Tiongkok, hendak meminang Putri Tiongkok bernama We Cudai.
Sawerigading akhirnya berhasil ke negeri Tiongkok dan memperistri Putri We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri Tiongkok, Sawerigading kembali ke kampung halamannya dengan Pinisi ke Luwu.
Menjelang masuk Perairan Luwu kapal diterjang gelombang besar dan Pinisi terbelah tiga, lantas terdampar di Desa Ara, Tanah Beru, dan Lemo-lemo. Masyarakat ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapal menjadi perahu, yang kemudian dinamakan Pinisi.
Ketika berada di Pusat Kerajinan Perahu Pinisi di Tana Beru, para pengunjung akan berdecak kagum melihat kepiawaian para pengrajinnya. Mereka mampu membuat perahu yang sangat kokoh dan megah hanya berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa menggunakan gambar atau kepustakaan tertulis.
Sejarah membuktikan, Perahu Pinisi Nusantara telah berhasil berlayar ke Vancouver Kanada, Amerika Serikat, pada 1986. Oleh karena kepiawaian para pengrajin tersebut, Kabupaten Bulukumba dijuluki sebagai Butta Panrita Lopi, yaitu bumi atau tanah para ahli pembuat Perahu Pinisi.
Bulukumba dan perahu menjadi simbol kejayaan bahari Nusantara di masa lalu. Tentunya kejayaan tersebut dapat diwariskan pada generasi masa kini dan masa yang akan datang.

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner