Select Language

Minggu, 02 Maret 2014

Indonesia darurat kapal selam

Indonesia darurat kapal selam
Peta. www.indonesia-tourism.com
Merdeka.com - Wilayah Republik Indonesia yang terdiri dari pulau dan 
dihubungkan laut yang membentang luas memiliki tantangan tersendiri 
dalam bidang pertahanan. Sayangnya hal itu tidak ditopang dengan alat 
utama sistem persenjataan laut mumpuni.

Staf Ahli Kementerian Pertahanan bidang kerjasama dan hubungan 

kelembagaan Komite Kebijakan Industri Pertahanan, Zilmi Karim, 
mengatakan, sampai saat ini Indonesia sangat kekurangan armada 
pertahanan laut, utamanya kapal selam. Bayangkan, dari kebutuhan 
minimal 12 kapal selam, Indonesia hanya punya dua unit.

"Indonesia butuh 12 kapal selam. Tapi cuma punya 2 unit," kata Zilmi 

dalam jumpa pers di Gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta, 
Rabu (19/2).

Dua kapal selam milik Indonesia masih aktif itu adalah KRI Cakra and KRI 

Nenggala. Keduanya merupakan buatan Jerman pada era 1980-an. Dua 
kapal selam itu pun tak lama lagi bakal pensiun, yakni tepatnya 2020.

Maka dari itu Kementerian Pertahanan ngotot menambah kekuatan kapal 

selam sebagai salah satu pilar pertahanan laut. Masalahnya adalah, lanjut 
Zilmi, biaya membeli kapal selam sangat mahal.

Dia mencontohkan, pemerintah mesti merogoh kocek USD 1,07 juta buat tiga 

kapal selam buatan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), 
Korea Selatan. Meski satu dari tiga kapal itu bakal dikerjakan di tanah air, 
tepatnya di galangan kapal milik PT PAL di Surabaya, Jawa Timur, tetap saja 
terasa berat. Itu baru tiga, sedangkan Indonesia minimal butuh sembilan unit 
lagi buat menjaga kawasan perairan dari penyusupan negara lain.

Meski begitu, tambah Zilmi, pemerintah berkeras membangkitkan industri alat 

tempur dalam negeri, salah satunya kapal perang dan kapal selam, dengan 
tujuan supaya mandiri. Maka dari itu, meski dengan jalan kerjasama operasi, 
dia optimis banyak keuntungan diraih negara jika berhasil melakukan alih 
teknologi, syukur jika bisa melakukan ekspor senjata dan mesin tempur.

"Berapa banyak devisa negara yang keluar kalau hanya mengimpor alutsista? 

Satu kapal selam saja harganya Rp 3 sampai 4 triliun. Kalau industri dalam 
negeri mandiri, kan bisa ada pemasukan pajak. Industri lain juga tumbuh," 
ujar Zilmi.
[ren]

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner