Pages
Diberdayakan oleh Blogger.
Archive
-
▼
2014
(1507)
-
▼
Maret
(128)
- Bahaya ketergantungan impor migas bagi kedaulatan ...
- RI Tidak Akan Pernah Jalin Hubungan dengan Israel
- Raja Yordania dijadwalkan kunjungi Indonesia
- Indonesia-Filipina bahas perkembangan masalah LCS
- Menang Tender, Sritex Garap Pesanan Baju Militer J...
- Potret : Krisis Crimea
- TNI Segera Bangun Shelter Sukhoi Di Natuna
- Pesanan Pesawat Tempur F-35 Australia Ditunda
- Usai Operasi SAR MH370, KRI Oswald Langsung Ikuti ...
- MNEK 2014 : Susun Protokol Penanggulangan Bencana
- Batalyon 413 Akan Menjadi Batalyon Mekanis
- Rusia Duduki Pangkalan Angkatan Laut Ukraina
- Marsekal Al Sisi menabuh genderang perang
- Investor Polandia akan bangun smelter
- Rusia perluas sanksi terhadap Barat
- Rusia "Akuisisi" Crimera, IMF Bantu Ukraina USD14,...
- Hawk 100/200 TNI AU Hancurkan Markas Separatis
- Kapal Peserta Latma Komodo Mulai Berdatangan Di Batam
- Pesawat Kargo Militer India Jatuh Saat Latihan
- Peresmian Landing Craft Utility (LCU) Pesanan TNI AL
- Penutupan Latihan Gaper 2014 Oleh Danlanud Abd Saleh
- Pramono Bantah Pembelian Leopard Tidak Sesuai Geog...
- KRI Usman Harun Sudah Rampung Dibuat di Inggris
- BUMN Produksi Alat Radar Untuk Militer
- TNI AU Terima Empat Pesawat Latih
- Kekuatan Alutsista TNI Bertambah
- TNI AU Bentuk Skadron Baru
- Menyaksikan "Top Gun" TNI AU beraksi di Jalak Sakt...
- Saat Ukraina berpaling ke Barat, Rusia melirik Timur
- Prancis: Qatar akan beli 22 helikopter militer NH90
- PBB nyatakan pemisahan Krimea dari Ukraina tidak sah
- Inalum-Antam investasi Rp20 triliun bangun smelter...
- Tabah Sampai Akhir
- Mengantisipasi Cuaca Ekstrim Konflik kawasan
- Arah Kebijakan NKRI
- [Gallery] APSDEX 2014, Untuk ke-4 Kalinya
- Merebut (Kembali) Hegemony Militer Dari Singapura
- Harap-harap Cemas Kehadiran Si Badai, Sang Ksatria...
- Potensi “Hedging Nuklir” Indonesia
- KSAU: Pesawat F-16 Hibah Amerika Serikat Tiba Oktober
- 800 PRAJURIT TNI SIAP BERANGKAT KE DARFUR
- SBY Mau Lengser, Paspampres Bikin Grup Pengaman Ma...
- Rusia tempatkan armada perang di Krimea
- Inilah Perbandingan Militer Ukraina dan Rusia
- Indonesia beri ijin lewat kapal perang pencari MH370
- Kendaraan Militer Eks US Army. Siapa Mau?
- Menerawang Road Map Kapal Selam Produksi PT PAL
- TNI AL Bangun Kembali KRI Klewang
- (Photo) Canberra-class LHD Tiba di Sidney
- China Klaim Wilayah Natuna
- Teknologi F-35 Yang Dicuri Muncul Pada Pesawat Sil...
- Dugaan Sabotase Malaysia Airlines MH370
- RKX-200 EDF, Kemajuan Teknologi Rudal Nasional
- Militer Amerika Kembali Ke Filipina
- Corvette ‘Penghancur Kapal Induk’ Taiwan
- Indonesia Kembangkan Roket R-Han Berdaya Jelajah 1...
- Kapal Mata-mata Rusia Muncul Mendadak di Kuba
- Referendum Krimea bisa benturkan Amerika Serikat-R...
- Putin tandatangani perjanjian jadikan Krimea bagia...
- Putin sulut kemarahan Barat dengan "pencaplokan" K...
- TNI Jajaki Kapal Selam Kilo yang Baru
- Negeri “Demam Panggung”
- Pilot Australia Memulai Pelatihan F-35A
- Presiden SBY: Kita siap perang demi mempertahankan...
- Presiden: Setiap Negara Perlu Pertahanan Cukup
- Di Surabaya, pasukan TNI AL pamer Alutsista modern...
- TNI AL Batal Beli 2 KS Kilo Hibah Rusia
- BPS salah masukkan data impor senjata Timor Leste
- Gelar Alutsista di Mako Armatim
- Tahun ini, Indonesia impor senjata dari Timor Leste
- Berita Foto : Penampakan CN-235 MPA Kedua TNI AL
- Skadron Udara 12 Lanud RSN Laksanakan Terbang Malam
- China Ingin Indonesia Miliki Peran Di Laut China S...
- Satgas Komplek Persiapkan Sarana Komunikasi Di Batam
- Sepulang Dari China Panglima TNI Perkuat Natuna
- Gudang Amunisi Satuan Komando Pasukan Katak Meledak
- Lapan Telah Miliki Roket Daya Jelajah 300 Km
- China Serahkan Teknologi Rudal C 705 kepada Indonesia
- Rusia Bakal Bentuk Komando Militer Strategis di Ku...
- Dubes: RI-Spanyol saling percaya untuk kerjasama i...
- Tan: Prajurit Jepang sambil ngopi rebut Singapura ...
- Hong Kong Setuju Ada Pelabuhan Militer Cina
- Juni, Militer Amerika Serikat Punya Jubah "Iron Man"
- Israel sita roket buatan Suriah
- China Minta Uang Tambahan untuk ToT Rudal C 705
- Menjaga Langit Barat dengan Elang “Hibah”
- Rusia dan Ukraina di Ambang Perang
- Segitiga Indonesia, Malaysia dan China
- Laut China Selatan : Asia Tenggara vs China
- Masyarakat Ekonomi Asean 2015
- Sukhoi Su-35 Pesawat Tempur Tercanggih Rusia
- Pembelian Apache dan F-16 Tetap Berlanjut
- Pesawat Generasi 5 Blok Barat
- LCS Memanas, TNI Perkuat Natuna
- Roket Pertahanan Indonesia RX-320
- Skadron F-16 Block 25 Pekanbaru Riau, Operasi Juni...
- Rusia ingin bekukan asset AS dan Uni Eropa
- Rusia tak jadi serbu Krimea
- Rusia balik ancam Amerika, akan stop gunakan dolar AS
- Gudang amunisi yang penuh persyaratan
-
▼
Maret
(128)
Sabtu, 01 Maret 2014
Agar Wilayah Laut Tak Diobok-Obok Asing, Indonesia percepat Beli Kapal Selam Rusia
Jakarta ☆ Komisi I DPR RI mulai melirik tawaran penjualan kapal selam kelas kilo dari pemerintah Rusia. Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengatakan keinginan komisi untuk melirik tawaran kapal selam oleh pemerintah Rusia bertujuan untuk meningkatkan wilayah keamanan Indonesia terutama di wilayah laut. "Saya juga sudah bicara dengan kedutaan Rusia, bahwa Komisi I tertarik dengan tawaran kapal selam mereka untuk kelas kilo. Itu kapal selam kelas kilo. Dalam waktu dekat akan kita kirim beberapa anggota untuk meninjau," kata Mahfudz Siddiq kepada Gresnews.com di gedung parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (13/2).
Mahfudz menambahkan kapal selam yang berjenis kelas kilo itu rencananya juga akan diminta untuk ditambahkan rudal jenis sea to air. Atau rudal yang dapat ditembakkan dari laut langsung ke udara. Sehingga dengan demikian kapal selam itu dapat meningkat tugas pengawasannya dalam mengamankan perairan nasional. Kapal ini aslinya didesain punya kemampuan bertempur melawan kapal permukaan dan sesama kapal selam di perairan yang relatif dangkal. Rencananya DPR RI akan meninjau tiga kapal selam yang ditawarkan oleh pemerintah Rusia.
Kapal selam itu rencananya akan di tempatkan di beberapa titik sistem keamanan laut di Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Rencana pembelian kapal selam itu sebenarnya sudah digagas sejak lama. Namun mengingat maraknya kejahatan yang terjadi di wilayah laut belakangan ini membuat DPR RI untuk mempercepat pembelian alutsista bagi TNI Angkatan Laut. Selain kapal selam, pada bulan Juni mendatang armada laut TNI akan diperkuat dengan datangnya tiga kapal perang baru yang dibeli dari Inggris. Kapal itu rencananya juga akan digunakan untuk operasi- operasi laut TNI AL.
Sebagaimana diketahui, Indonesia baru-baru ini banyak menerima imigran gelap yang masuk melalui jalur laut. Peristiwa terbaru adalah masuknya imigran asal Timur Tengah pada 6 Februari 2014 lalu di Pantai Pangandaran Jawa Barat. Mereka masuk dengan menggunakan kapal kapsul warna oranye, yang difasilitasi oleh Australia. Terdamparnya para imigran gelap itu lantaran, pemerintah Australia menolak untuk menerima mereka.
Menyikapi hal ini, Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq mengatakan masuknya para imigran itu ke Indonesia dilatar belakangi karena tidak tegasnya sikap pemerintah Indonesia. "Berlanjutnya tindakan- tindakan Australia ini khususnya kaitan dengan imigran ini, itu karena Australia melihat sikap pemerintah Indonesia ini lembek dan tidak tegas. Sehingga mereka terus merangsek ke Indonesia dengan berbagai cara," imbuhnya.
Mahfudz mengatakan bila pemerintah mampu tegas, maka seharusnya mampu bersikap tegas dengan pemerintah Australia. Dikatakan Mahfudz, Indonesia bukanlah negara yang tergabung dalam state party dimana Indonesia dapat memberi suaka pada imigran gelap. Menurut Mahfudz, pemerintah Australia seharusnya membicarakan masalah imigran gelap ini bila ingin menyelesaikan masalah.
Pembicaraan bukan hanya dengan negara-negara asal imigran, namun juga negara-negara yang menjadi transit termasuk Indonesia. Dikatakan Mahfudz bila Australia belum mengubah kebijakan luar negerinya, dengan tetap masih menerima para imigran gelap, namun seolah menolak menjadi tidak etis dalam hubungan kawasan. "Kalau Australia ingin menyelesaikan soal imigran dan tidak ingin bermasalah dengan Indonesia ya declare saja bahwa Australia menjadi negara tertutup bagi para pencari suaka dan imigran. Jadi clear!" pungkas Ketua Komisi I DPR RI.
Mahfudz menambahkan pemerintah Indonesia juga harus tegas terkait dengan masalah imigran gelap. Menurutnya, bila tidak dapat diselesaikan secara bilateral, Pemerintah sebaiknya membawa kasus ini ke forum PBB. Mahfudz Siddiq pun mengakui, Indonesia memang menjadi negara strategis yang mudah dimasuki oleh para imigran gelap lantaran wilayahnya yang merupakan kepulauan dan sangat luas, sehingga menjadi potensi baru untuk dimasuki para imigran gelap.
Sementara itu Wakil Ketua Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin mengatakan kasus imigran gelap memang menjadi isu yang selalu dibahas dalam hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia. Selama ini penyelesaian masalah itu dapat diselesaikan dengan baik.
Namun sejak terjadi kasus penyadapan beberapa waktu lalu, menjadi pemicu terjadinya berbagai peristiwa, termasuk di buangnya kapal yang berisi imigran gelap ke Indonesia. "Australia tadinya mau duduk bersama-sama, tapi tiba-tiba terjadi penyadapan, maka kita tunjukkan you akan repot kalau merepotkan Indonesia," kata TB. Hasanuddin kepada Gresnews.com, Rabu kemarin.
Menurut TB. Hasanuddin sebagai negara berdaulat yang menghormati hukum internasional, Indonesia bisa menegakkan haknya sesuai dengan aturan yang berlaku termasuk mengusir para imigran. Terkait masalah imigran gelap, TB. Hasanuddin mengatakan solusinya harus dibicarakan secara tri partiet antara Indonesia, Australia dan UNHCR.
Juru Bicara UNHCR Adrian Edwards dalam rilisnya beberapa waktu lalu katakan pihaknya akan mempertimbangkan kebijakan atau sikap pemerintah Australia yang mendorong kapal imigran gelap ke perairan Indonesia tanpa prosedur standar perlindungan. "Karena setiap tindakan itu akan meningkatkan berbagai isu terkait Konvensi Pengungsi PBB dan hukum internasional lainnya," kata Adrian Edwards di Genewa, Swiss beberapa waktu lalu.
Jubir UNHCR itu menambahkan bahwa pihaknya mendukung dan merekomendasikan masalah imigran gelap untuk segera dibicarakan di tingkat regional antara negara-negara yang berkepentingan.
Pengamat Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana mengatakan bila terbukti benar sekoci berwarna oranye sebagai tumpangan para pencari suaka kembali ke wilayah kedaulatan Indonesia dibeli dan dibiayai oleh uang pemerintah Australia, maka Australia secara nyata telah melakukan pelanggaran atas kedaulatan Indonesia. Menurutnya ada tiga alasan yang mendasari pelanggaran itu.
"Pertama dengan menggunakan uang resmi dari pemerintah Australia untuk membiayai dan membeli sekoci berarti sekoci tersebut merupakan milik pemerintah Australia, bukan milik orang perorangan atau badan hukum," kata Hikmahanto kepada Gresnews.com, Kamis (13/2). Menurut Hikmahanto hal ini berbeda dengan kapal-kapal nelayan Indonesia yang digunakan oleh para pencari suaka ke Australia. Kapal- kapal nelayan bukanlah milik pemerintah Indonesia. Kapal-kapal tersebut adalah milik pribadi para nelayan. Kedua, sekoci atau kapal milik Pemerintah Australia tersebut ternyata tidak memiliki surat, izin dan bendera kapal. Padahal dalam hukum laut tidak boleh ada kapal yang melakukan pelayaran internasional tanpa surat, izin dan bendera kapal. Oleh karenanya pemerintah Australia telah melakukan pelanggaran hukum dengan membiarkan sekoci milik mereka yang ilegal melakukan pelayaran internasional. Ketiga, pemerintah Australia telah dengan sengaja memasukkan barang atau orang secara ilegal ke wilayah Indonesia. "Tidak seharusnya suatu negara memfasilitasi barang, termasuk Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), atau orang ilegal ke negara lain," kata Hikmahanto. Didorongnya kembali para pencari suaka yang difasilitasi oleh otoritas Australia berarti pemerintah Australia telah memfasilitasi orang- orang tidak berdokumen resmi masuk ke wilayah Indonesia. Ini berbeda ketika para pencari suaka dari Indonesia masuk ke wilayah Australia. Pemerintah Indonesia sama sekali tidak memiliki keterlibatan untuk memfasilitasi mereka. Masuknya para pencari suaka ke Australia dari Indonesia merupakan upaya pencari suaka sendiri melalui jalur tidak resmi. Oleh karenanya wajar bila Indonesia melalui Menteri Luar Negeri melakukan protes keras. Bila perlu Menlu melakukan pengusiran atas sejumlah diplomat Australia. Guru Besar Hubungan Internasional UI itu katakan, Panglima TNI juga perlu mengerahkan armada AL dan pesawat AU untuk menjaga wilayah kedaulatan di wilayah perairan dan udara yang berbatasan dengan Australia secara intensif. "Menjaga dan menegakkan kedaulatan adalah segalanya bagi suatu bangsa dan negara. Apapun harus dilakukan tanpa ada kecuali," pungkasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Wikipedia
Hasil penelusuran
0 komentar:
Posting Komentar