Ursula von der Leyen menerangkan, situasi keamanan di Afrika punya pengaruh besar pada perkembangan di Eropa, karena Afrika letaknya tidak jauh dari Eropa. Ini terlihat pada tragedi pengungsi di Lampedusa. Banyak penduduk Afrika berusaha melarikan diri ke Eropa untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Dalam wawancara dengan televisi ARD, Menteri Pertahanan
Itu sebabnya, militer Jerman Bundeswehr harus ikut membantu mengamankan situasi di Afrika, kata Von der Leyen.
Tapi Menteri Luar Negeri Frank-Walter Steinmeier bersikap lebih menahan diri. Ia mengatakan, belum ada rencana konkrit tentang penambahan pasukan Jerman yang saat ini bertugas di Mali. Juga belum ada keputusan untuk mengirim misi ke Republik Afrika Tengah yang masih dilanda perang saudara.
Saat ada ada 99 tentara Jerman yang bertugas di Mali. Parlemen Jerman Bundestag sudah menyetujui pengiriman sampai 180 tentara. Mandat misi militer ini berlaku sampai akhir Februari. Pengiriman pasukan Jerman ke luar negeri harus mendapat persetujuan parlemen.
Bantuan logistik dan fasilitas medis
Menteri Pertahanan Von der Leyen menekankan, Jerman tidak akan mengirim satuan tempur, melainkan bantuan transportasi dan sarana perawatan medis. Jerman memiliki pesawat yang dilengkapi fasilitas perawatan medis modern. "Dalam pangung global, Eropa tidak bisa selalu menahan diri kalau menyangkut pengerahan militer, sementara pihak lain beraksi sendiri tanpa koordinasi", kata Von der Leyen.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Martin Schäfer menerangkan, perbedaan antara Menhan Von der Leyen dan Menlu Steinmeier bukan perbedaan ideologi. "Ini soal pandangan pragmatis saja, tentang perkembangan yang sedang terjadi di sebuah negara", ujarnya.
Ia menambahkan, kasus Mali dan Republik Afrika Tengah adalah situasi darurat kemanusiaan, yang juga menjadi kepentingan Jerman. Karena itu, pemerintah Jerman dan mitra-mitranya akan memikirkan, kontribusi apa yang bisa diberikan oleh Jerman.
Dukungan dari parlemen
Ketua komisi pertahanan di parlemen Jerman, Hans-Peter Bartels (SPD) menerangkan, rencana peluasan misi Bundeswehr di Mali cukup realistis. "Kami ingin Uni Eropa berbagi beban. Jadi kita bersama-sama membantu situasi di Mali. (Pasukan) Kami sudah bertugas di Mali, jadi kami tahu keadaan di sana."
Partai Hijau memberi isyarat mendukung peluasan misi militer di Mali. Dengan syarat, misi tersebut "harus menjadi bagian dari proses rekonsiliasi di kawasan itu", kata anggota parlemen Agnieszka Brugger.
Tapi Die Linke (Partai Kiri) menerangkan, mereka tetap menolak pengerahan militer Jerman ke luar negeri. Politik luar negeri yang agresif hanya akan "membangkitkan ingatan buruk" tentang peran Jerman dalam Perang Dunia, kata Alexander Neu dari Die Linke.
Pejabat khusus urusan militer, Hellmut Königshaus mengingatkan, Bundeswehr sudah mencapai batas kapasitasnya. Untuk misi militer di luar negeri, ada anggota Bundeswehr yang harus bertugas selama 4 bulan tanpa masa jeda. "Kita tidak punya cukup banyak personal untuk tugas semacam itu. Perlengkapan kita juga tidak memadai." Ia menuntut pemerintah agar memperhatikan kesejahteraan personal dan memperbarui perlengkapan militer.
0 komentar:
Posting Komentar