JAKARTA - TNI AD bakal memborong alutsista di akhir masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Paling lambat Agustus tahun ini, TNI AD menargetkan bisa mendatangkan 60 sampai 80 persen alutsista yang sudah masuk daftar pembelian. Selebihnya, akan dicicil hingga 2017.
ahun ini, anggaran keseluruhan TNI AD mencapai Rp 15 Triliun. Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman mengungkapkan, cukup banyak unit alutsista yang akan dibeli TNI AD tahun ini. Sebagian besar merupakan unit bergerak berupa tank dan helikopter taktis. Salah satu pembelian terbesar tahun ini adalah main battle tank (MBT) Leopard 2A4 Revolution. Sedikitnya 52 unit Leopard anyar akan melengkapi kekuatan TNI AD.
"Masih ada sekitar 71 lagi Leopard dan Marder yang didatangkan setelah 2014," ujarnya usai penandatanganan MoU penelitian dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di Mabes AD kemarin.
Selain itu, TNI AD juga membeli 81 rudal anti serangan udara, serta meriam Caesar 155 mm dan Multi Launcher Rocket System (MLLRS) masing-masing dua batalion. TNI AD juga membeli sejumlah helikopter, seperti Eurocopter Fennec 12 unit dan Bell Helicopter 16 unit. "Apache juga akan didatangkan tapi tahun 2017," lanjutnya. Penandatanganan MoU dengan LAPAN sendiri bakal memperkuat TNI AD di bidang penelitian. Beberapa manfaat menggandeng LAPAN, TNI AD bisa lebih cepat dalam mengembangkan teknologi penerbangan, roket, penginderaan jarak jauh, hingga pemetaan wilayah.
Hasil kerjasama itu nantinya akan membuat teknologi pertahanan makin canggih. Teknologi satelit penginderaan jauh misalnya, bisa digunakan untuk memetakan setiap sudut wilayah NKRI, terutama perbatasan. Teknologi itu bisa juga digunakan untuk menanggulangi bencana. Budiman mengatakan, pengembangan alutsista saat ini memberi porsi cukup besar pada penelitian. Kerjasama tidak hanya dilakukan dengan LAPAN, namun juga BPPT dan sejumlah Universitas. Untuk penelitian awal yang bekerjasama dengan LAPAN, telah disediakan anggaran Rp 3,5 miliar
"Overall, termasuk kerjasama dengan BPPT dan lainnya telah dianggarkan hingga Rp 56 miliar," tambahnya. Bahkan, secara keseluruhan, Kementerian Pertahanan menganggarkan antara Rp 200-300 miliar untuk keperluan research and development. Kepala LAPAN Bambang S Tedjasukmana mengungkapkan, pihaknya telah membuat sebuah konsorsium roket nasional. Anggotanya termasuk Pindad dan Kementerian Pertahanan. Konsorsium tersebut telah menghasilkan Roket dengan jangkauan 15 dan 23 kilometer.
"Saat ini, kami sedang mengembangkan yang jangkauan 36 kilometer, serta memulai pengembangan untuk daya jangkau 70 dan 100 kilometer," terangnya kemarin. Jika pengembangan tersebut selesai, barulah LAPAN mengembangkan roket dengan jangkauan hingga 300 kilometer seperti Yakhont milik Rusia. Kerjasama dengan militer akan membuat LAPAN memiliki lebih banyak peran dalam industri pertahanan. Terutama, dalam hal pengembangan teknologi pertahanan dan persenjataan. "Hasil kerjasama nanti hanya akan berupa prototipe. Jika akan diproduksi masal, maka akan digarap oleh industri," ucapnya. (byu)
Selain itu, TNI AD juga membeli 81 rudal anti serangan udara, serta meriam Caesar 155 mm dan Multi Launcher Rocket System (MLLRS) masing-masing dua batalion. TNI AD juga membeli sejumlah helikopter, seperti Eurocopter Fennec 12 unit dan Bell Helicopter 16 unit. "Apache juga akan didatangkan tapi tahun 2017," lanjutnya. Penandatanganan MoU dengan LAPAN sendiri bakal memperkuat TNI AD di bidang penelitian. Beberapa manfaat menggandeng LAPAN, TNI AD bisa lebih cepat dalam mengembangkan teknologi penerbangan, roket, penginderaan jarak jauh, hingga pemetaan wilayah.
Hasil kerjasama itu nantinya akan membuat teknologi pertahanan makin canggih. Teknologi satelit penginderaan jauh misalnya, bisa digunakan untuk memetakan setiap sudut wilayah NKRI, terutama perbatasan. Teknologi itu bisa juga digunakan untuk menanggulangi bencana. Budiman mengatakan, pengembangan alutsista saat ini memberi porsi cukup besar pada penelitian. Kerjasama tidak hanya dilakukan dengan LAPAN, namun juga BPPT dan sejumlah Universitas. Untuk penelitian awal yang bekerjasama dengan LAPAN, telah disediakan anggaran Rp 3,5 miliar
"Overall, termasuk kerjasama dengan BPPT dan lainnya telah dianggarkan hingga Rp 56 miliar," tambahnya. Bahkan, secara keseluruhan, Kementerian Pertahanan menganggarkan antara Rp 200-300 miliar untuk keperluan research and development. Kepala LAPAN Bambang S Tedjasukmana mengungkapkan, pihaknya telah membuat sebuah konsorsium roket nasional. Anggotanya termasuk Pindad dan Kementerian Pertahanan. Konsorsium tersebut telah menghasilkan Roket dengan jangkauan 15 dan 23 kilometer.
"Saat ini, kami sedang mengembangkan yang jangkauan 36 kilometer, serta memulai pengembangan untuk daya jangkau 70 dan 100 kilometer," terangnya kemarin. Jika pengembangan tersebut selesai, barulah LAPAN mengembangkan roket dengan jangkauan hingga 300 kilometer seperti Yakhont milik Rusia. Kerjasama dengan militer akan membuat LAPAN memiliki lebih banyak peran dalam industri pertahanan. Terutama, dalam hal pengembangan teknologi pertahanan dan persenjataan. "Hasil kerjasama nanti hanya akan berupa prototipe. Jika akan diproduksi masal, maka akan digarap oleh industri," ucapnya. (byu)
0 komentar:
Posting Komentar