Select Language

Minggu, 26 Januari 2014

China tingkatkan patroli di Laut China Selatan

BEIJING - China akan menempatkan sebuah kapal patroli sipil berbobot 5.000 ton di salah satu dari pulau-pulau utama dalam sengketa Laut Cina Selatan (LCS) guna memulai patroli rutin di wilayah tersebut, kata surat kabar nasional China pada Selasa.
Tindakan China tersebut kemungkinan besar akan membuat sengketa teritorial antar negara tetangga terkait Laut China Selatan menjadi "semakin panas".

Harian "China Ocean" yang diterbitkan oleh Badan Administrasi Kelautan China mengatakan kapal tersebut akan ditempatkan di Pulau Woody, atau yang disebut pihak China sebagai kota Sansha, yang terletak di Kepulauan Paracel.
Berdasarkan laporan harian itu, China akan secara bertahap membangun sistem patroli reguler di kota Sansha untuk bersama-sama melindungi kepentingan maritim negara itu.
"Pemerintah China akan terus membangun infrastruktur di pulau Woody serta 'sebuah platform bersama untuk berbagi data keamanan maritim'," demikian dilaporkan Harian "China Ocean".
Pihak China tampaknya semakin marah dengan tetangga-tetangganya dalam sengketa Laut Cina Selatan tersebut karena adanya klaim terhadap pulau-pulau  yang diperebutkan, khususnya yang memiliki potensi minyak mentah dan kaya gas alam.  
China sendiri mengklaim hampir seluruh bagian dari Laut China Selatan, yang wilayahnya dilalui oleh jalur pelayaran penting.
China membuat kesal pihak Filipina dan Amerika Serikat ketika negara itu memberlakukan peraturan yang mewajibkan perahu nelayan meminta izin untuk memasuki wilayah perairan di bawah yurisdiksi Provinsi Hainan di China selatan, dimana area tersebut meliputi  sebagian besar Laut Cina Selatan.
Patroli oleh pihak China di Laut Cina Selatan umumnya dilakukan oleh kapal-kapal patroli sipil, meskipun angkatan laut China secara rutin melakukan latihan militer di sana.
Surat kabar China itu tidak mengatakan kapan pastinya patroli rutin di Laut China Selatan itu akan dimulai, namun menyatakan bahwa salah satu fokus dari patroli tersebut adalah operasi pencarian dan penyelamatan serta "respon cepat, tertib dan efektif untuk keadaan darurat di laut".
China secara resmi telah menyetujui pembentukan sebuah garnisun militer di Kota Sansha dua tahun lalu. Pemda Sansha mengelola pulau- pulau tak berpenghuni di Laut Cina Selatan yang diklaim China.
China mengontrol penuh Kepulauan Paracel, yang terdiri dari 40 pulau, singkapan, dan perairan berterumbu, di mana pada 1974 terjadi pertikaian antara angkatan laut China dengan Vietnam Selatan di wilayah itu.
Sejak saat itu sering terjadi insiden di wilayah Kepulauan Paracel, yang juga diklaim oleh Taiwan.
Pihak Vietnam menuduh China telah mengganggu dan bahkan menembaki kapal nelayan di dekat Kepulauan Paracel.
Selain China, Vietnam, Taiwan, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Filipina juga mengklaim bagian-bagian lain dari Laut Cina Selatan, termasuk Kepulauan Spratly.
Disamping itu, China sendiri masih memiliki sengketa lainnya dengan Jepang, yakni sengketa di Laut Cina Timur.

http://www.waspada.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner