Select Language

Minggu, 08 September 2013

POSTUR PERTAHANAN, RI MENGEJAR KESEIMBANGAN KAWASAN

Betanas – Pada saat ini, Indonesia tidak melihat adanya negara yang berpotensi menjadi ancaman secara langsung terhadap kedaulatan wilayahnya. Akan tetapi, hal itu tidak berarti Indonesia tidak perlu membangun kemampuan pertahanan dan keamanannya.

Sebagai negara yang berdaulat, wajar saja jika Indonesia memiliki kemampuan untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengemukakan hal itu dalam percakapan di kantornya, pekan lalu.

Ia menambahkan, postur pertahanan dan keamanan yang dibangun Indonesia harus disesuaikan dengan perkiraan ancaman yang ada, kemampuan anggaran untuk membiayai, dan kemampuan personel untuk menjalankannya. Selain itu, perlu dijaga agar dalam membangun kemampuan pertahanan dan keamanan itu, jangan sampai membuat negara-negara tetangga merasa terancam.

Ia mengemukakan,”Agar negara tetangga tidak merasa terancam, kita sampaikan kepada mereka bahwa pada saat ini, kemampuan pertahanan dan keamanan kita masih tertinggal di bandingkan dengan mereka. Penambahan kemampuan pertahanan dan keamanan yang kita lakukan itu hanya untuk menciptakan keseimbangan (ekuilibrium) dengan negara-negara tetangga.”

“Kekuatan pertahanan dan keamanan kita tak boleh jauh tertinggal. Jika tertinggal, TNI tak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,”tambahnya.

Dalam kaitan inilah, menurut Sjafrie, keterbukaan sangat penting. Bahkan, jika diperlukan, selain memberikan informasi secara terbuka, kecurigaan negara-negara tetanggajuga dapat diredam dengan menyelenggarakan latihan gabungan (joint training) angkatan bersenjata dari waktu ke waktu.

Perbatasan bersama
Menurut Sjafrie, Indonesia memiliki perbatasan bersama dengan 10 negara, antara lain Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, Papua, Nugini, Australia dan Timor Timur. Kita harus mencermati fenomena-fenomena yang mungkin timbul, dan sekaligus juga memperkuat kehadiran kita di perbatasan atau di pulau terluar.

“Apabila timbul masalah di perbatasan, penanganannya, tidak harus dengan mengerahkan kekuatan militer. Langkah diplomasi dan penyelesaian masalah dengan cara-cara damai harus di utamakan,” ujarnya.

Ia menegaskan, pola Indonesia menangani masalah perbatasan sangat menentukan persepsi negara tetangga. Itu sebabnya, diplomasi adalah hal yang sangat penting. (bn/kom)

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner