Select Language

Minggu, 22 September 2013

Pasukan Filipina dan MILF Berhadap-hadapan di Zamboanga

Pasukan Filipina mengambil posisi di sejumlah sudut jalan di kota Zamboanga, mengepung pasukan pemberontak MILF yang menyandera puluhan warga kota dalam sebuah serangan yang dilakukan pada Senin (9/9/2013) dini hari. | AP Photo

ZAMBOANGA:(DM) — Pasukan Filipina, Senin (9/9/2013), menghadapi kebuntuan dengan pemberontak Muslim bersenjata yang menewaskan enam orang dan menyandera 20 orang di kota pelabuhan Zamboanga di sebelah selatan negeri itu.

Juru bicara militer Letnan Kolonel Ramon Zagala menyatakan, Manila mengerahkan pasukan bersenjata lengkap ke Zamboanga setelah sekitar 200-300 orang anggota Front Nasional Pembebasan Moro (MNLF) yang menyerbu enam desa pesisir di Zamboanga saat dini hari.

"Mereka mencoba menyerbu balai kota dan kami tak akan membiarkan itu," kata Zagala dalam jumla pers di Manila sambil menambahkan dua anggota MNLF sudah ditangkap.

Presiden Filipina Benigno Aquino mengecam serangan maut itu, yang oleh sejumlah pengamat diyakini adalah bagian dari upaya menyabotase pembicaraan dama untuk mengakhiri pemberontakan MNLF yang sudah berlangsung 42 tahun.


"Pemerintah merespon situasi itu dengan cara mengurangi risiko untuk warga sipil tak berdosa dan mengembalikan suasana damai serta ketertiban di Zamboanga sesegera mungkin," ujar juru bicara kepresidenan, Edwin Lacerda.

Sementara itu di Zamboanga, kota berpenduduk satu juta jiwa itu, ledakan masih terdengar, jalan-jalan kota terlihat sepi, sekolah, kantor-kantor hingga bandara ditutup akibat insiden ini.

Pasukan keamanan swasta dan militer bersenjata lengkap terlihat menjaga ketat bandara, hotel, bank, dan gedung-gedung penting lainnya.

"Kami masih bisa mendengar suara tembakan sporadis. Kami tidak tahu apakah tembakan itu dilepaskan pasukan pemerintah atau pemberontak MNLF," kata Ramon Bocoy, seorang pegawai balai kota Zamboanga.

Sementara itu, Wali Kota Zamboanga Isabelle Climaco-Salazar mengatakan, dua anggota aparat keamanan dan empat warga sipil tewas. Selain itu, 1.500 orang memilih meninggalkan kediamannya mencari tempat yang lebih aman.

Serangan ini terjadi di saat Pemerintah Filipina dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) bersiap untuk kembali menggelar pembicaraan damai untuk merancang kesepakatan politik yang akan ditandatangani Presiden Aquino sebelum masa jabatannya habis pada 2016.

Setelah kesepakatan awal ditandatangani tahun lalu, negosiasi berikutnya ditujukan untuk memantapkan pembagian wewenang antara pemerintah nasional dan MILFP yang akan mengepalai sebuah pemerintahan otonomi.

Pembicaraan lain yang sedang berlangsung adalah cara melucuti persenjataan sekitar 12.000 anggota gerilyawan MILF.

KOMPAS

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner