Select Language

Kamis, 05 September 2013

AU Jepang, Korea Selatan berlatih bersama pertama kali

Pelatihan isi bahan bakar: Pesawat AU AS F-22 Raptor dari Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson, Alaska, melepaskan diri setelah diisi bahan bakar oleh pesawat KC-135 Stratotanker dari Pangkalan Udara Kadena, Jepang, di atas Kompleks Latihan Alaska Pasifik Gabungan saat Exercise RED FLAG-Alaska. [Foto Angkatan Udara AS]
Pelatihan isi bahan bakar: Pesawat AU AS F-22 Raptor dari Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson, Alaska, melepaskan diri setelah diisi bahan bakar oleh pesawat KC-135 Stratotanker dari Pangkalan Udara Kadena, Jepang, di atas Kompleks Latihan Alaska Pasifik Gabungan saat Exercise RED FLAG-Alaska. [Foto Angkatan Udara AS]
Pelatihan multinasional Exercise RED FLAG-Alaska yang yang diselenggarakan oleh Angkatan Udara [AU] AS di Pangkalan Udara Eielson di luar Kota Fairbanks menandai momen bersejarah pertama: kontingen dari Pasukan Bela Diri Udara Jepang dan AU Republik Korea [Korea Selatan] terlibat, membuat acara ini pertama kalinya mereka berlatih bersama.
Latihan itu dimulai pada tanggal 12 Agustus dan berakhir pada tanggal 23 Agustus.  Letkol Tom Pagano, komandan Skuadron Latihan Tempur ke-353 yang merencanakan dan menyelenggarakan latihan militer RED FLAG-Alaska, mengatakan ini pertama kalinya AU kedua bangsa Asia itu berlatih bersama.
Termasuk dalam latihan adalah empat pesawat tempur F-15 Korea Selatan yang memberikan kawalan terhadap transportasi udara militer C-130 Pasukan Bela Diri Udara Jepang.
Pagano mengatakan bahwa melihat kedua AU tersebut berlatih bersama memberikan tanda positif dalam kerja sama pertahanan antara Seoul dengan Tokyo.
“Kami punya sekutu yang kini dalam aliran yang sama mampu bekerja sama, berpadu, dan menghadapi lawan yang sama,” kata Pagano kepada harian Daily News-Miner Kota Fairbanks [Alaska].
Keturutsertaan kontingen Jepang dan Korea Selatan yang serentak menunjukkan kesiapan para pemimpin baru kedua negara tersebut, Presiden Park Geun-hye di Seoul dan Perdana Menteri Shinzo Abe di Tokyo, untuk memajukan kerja sama pertahanan mereka secara hati-hati tetapi serius.  Pemerintah AS mendorong kedua negara untuk bergerak ke arah ini.
Seorang pimpinan awak pesawat Angkatan Udara Republik Korea memandu F-15K Slam Eagle untuk parkir setelah misi pagi hari selama Latihan RED FLAG-Alaska. [Foto Angkatan Udara A.S.]
Seorang pimpinan awak pesawat Angkatan Udara Republik Korea memandu F-15K Slam Eagle untuk parkir setelah misi pagi hari selama Latihan RED FLAG-Alaska. [Foto Angkatan Udara A.S.]
“Penting bagi Amerika Serikat bahwa para sekutu terpenting dan tepercaya kami di Asia saling akur,” kata Jae H. Ku, Direktur Institut AS-Korea di Fakultas Studi Internasional Lanjutan di Johns Hopkins University, di sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Pusat Kepentingan Nasional di Washington, DC, pada tanggal 30 Juli.
Ku mengatakan di konferensi bahwa Park, khususnya, harus bergerak secara hati-hati karena masih adanya sentimen tak percaya terhadap Jepang di antara masyarakat Korea Selatan dikarenakan pendudukan kolonial oleh Kekaisaran Jepang selama 35 tahun dari tahun 1910 hingga 1945.
Jet Korea Selatan terbang tanpa henti ke Alaska
Kantor berita Jepang, Kyodo News International, melaporkan bahwa jet tempur F-15K buatan AS milik Korea Selatan yang ikut serta dalam RED FLAG “terbang tanpa henti ke Alaska, menggunakan pengisian bahan bakar di udara untuk turut serta.”
“Penerbangan ke Alaska menjadi pertama kalinya bagi pesawat tempur kami terbang tanpa henti dengan cara pengisian bahan bakar di udara untuk ikut serta dalam latihan gabungan di luar negeri,” kata juru bicara Korea Selatan Wi Yong-seop kepada wartawan di Seoul.
Keenam F-15K Korea Selatan meninggalkan pangkalan udara mereka di bagian selatan dari Kota Daegu pada tanggal 2 Agustus, untuk menempuh jarak lebih dari 7.000 kilometer [4.200 mil] melintasi Pasifik ke Pangkalan AU Eielson, “mengisi bahan bakar [di udara] beberapa kali.”
Pesawat F-15K Slam Eagle Angkatan Udara Republik Korea dan F-15 Eagle Angkatan Pertahanan Bela Diri Jepang parkir sebelum lepas landas selama Latihan RED FLAG-Alaska di Pangkalan Udara Eielson, Alaska. [Foto Angkatan Udara A.S.]
Pesawat F-15K Slam Eagle Angkatan Udara Republik Korea dan F-15 Eagle Angkatan Pertahanan Bela Diri Jepang parkir sebelum lepas landas selama Latihan RED FLAG-Alaska di Pangkalan Udara Eielson, Alaska. [Foto Angkatan Udara A.S.]
Kyodo mencatat bahwa Korea Selatan membeli 60 pesawat F-15K buatan Boeing-McDonnell-Douglas “sejak tahun 2002 dalam dua tahap pertama dari program pemodernisasian pesawat tempurnya.”
Keturutsertaan Jepang dalam latihan ini menegaskan pola lama kerja sama pertahanan antara Washington dan Tokyo.  Shihoko Goto, seorang ahli urusan Asia di Woodrow Wilson Center di Washington, DC, berkata kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF] dalam sebuah wawancara.
“Langkah Perdana Menteri Abe untuk meningkatkan sedikit pembelanjaan pertahanan rupanya mengkhawatirkan tetangga-tetangga Jepang.  Namun dia melakukan ini dalam konteks memenuhi keinginan Amerika bahwa Jepang dan sekutu Amerika lainnya di Asia agar maju dan berbagi beban pembelanjaan pertahanan,” katanya kepada APDF.
Sama sekali bukan untuk meningkatkan kecurigaan pada Jepang, Abe berharap bahwa kebijakannya akan membuahkan hubungan dan kerja sama yang meningkat dengan sekutu America lainnya dan negara-negara demokrasi Asia lainnya, kata Goto.
“Dia menginginkan Jepang mengambil peran yang semakin aktif tetapi konstruktif dan menikmati hubungan lebih dekat dengan para sekutu di kawasan,” katanya.
AU Australia ikut serta dalam pelatihan
Pesawat E-7A Wedgetail milik Angkatan Udara Kerajaan Australia [Royal Australian Air Force atau RAAF] juga ikut serta dalam Exercise RED FLAG-Alaska.
Majalah Australian Aviation mencatat bahwa “latihan yang dihadiri banyak pasukan ini … dirancang untuk meniru suasana pertempuran tingkat tinggi selama dua pekan pada bulan Agustus.”  Keturutsertaan dalam RED FLAG-Alaska punya nilai tersendiri untuk 60 personil RAAF Skuadron No. 2 dari Pangkalan Williamtown yang ikut serta karena mereka “terpapar pada jumlah peserta yang besar dengan skala yang tak mungkin ada di Australia, ketika mereka melakukan pengelolaan pertempuran udara atas aset koalisi di berbagai kedisiplinan ilmu tempur.”
Latihan itu diadakan di atas Kompleks Latihan Alaska Pasifik Gabungan seluas 173.529 kilometer persegi [67.000 mil persegi], “yang memberikan ruang dan jarak yang cukup bagi para kru untuk mensimulasikan pertempuran udara skala penuh,” kata laporan itu.  Latihan-latihan RED FLAG-Alaska diadakan di Pangkalan Udara Eielson dan Pangkalan AU Elmendorf hingga empat kali dalam setahun.  Latihan-latihan itu resmi digambarkan sebagai operasi tempur yang terkoordinasi multi-layanan dan multi-platform, yang sesuai dengan kemampuan operasional unit peserta.
Sebelumnya, latihan multinasional ini melibatkan peserta dari Australia, Kanada, Prancis, Jerman, India, Italia, Jepang, Malaysia, Mongolia, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Singapura, Korea Selatan, Spanyol, Swedia, Thailand, Turki, dan Inggris.
Kegiatan pasukan pertahanan selama latihan digambarkan mencakup “pencegatan kendali darat dan pasukan pertahanan darat-ke-udara untuk mensimulasikan ancaman yang ditimbulkan oleh bangsa berpotensi tak bersahabat.”
Keturutsertaan Jepang dan Korea Selatan tahun ini yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam latihan RED FLAG-Alaska menyusul keberhasilan latihan AL tiga negara mereka dengan Amerika Serikat pada bulan Mei.
Setelah keberhasilan latihan itu, dan kemenangan pemilu Partai Demokratik Liberal-nya Perdana Menteri Abe dalam mengambil balik kendali Dewan Penasihat, Majelis Tinggi Parlemen Jepang, pada tanggal 26 Juli, pemerintahannya mengeluarkan laporan pertahanan interim baru yang membayangkan kerja sama pertahanan yang meluas dengan Seoul sebagai bagian dari komitmen Jepang yang meluas untuk bekerja lebih dekat dengan negara-negara demokrasi yang didukung AS di seluruh Asia.

Kantor berita resmi Yonhap Korea Selatan melaporkan pada tanggal 14 Juli bahwa pemerintahan Presiden Park juga sedang mengerjakan sebuah strategi ambisius untuk membangun hubungan jangka panjang yang kuat dengan Jepang dan China.

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner