Select Language

Kamis, 05 September 2013

AL India selidiki sebab bencana kapal selam

Menteri Pertahanan di TKP: Kepala Staf AL India Laksamana DK Joshi, kiri, menjelaskan kepada Menteri Pertahanan AK Antony di Galangan AL di Mumbai tempat INS Sindhurakshak tenggelam setelah meledak dan terbakar.  Sementara itu, personil AL, paling kiri, mengerjakan menara komando kapal selam. [AFP/Kementerian Pertahanan India]
Menteri Pertahanan di TKP: Kepala Staf AL India Laksamana DK Joshi, kiri, menjelaskan kepada Menteri Pertahanan AK Antony di Galangan AL di Mumbai tempat INS Sindhurakshak tenggelam setelah meledak dan terbakar.  Sementara itu, personil AL, paling kiri, mengerjakan menara komando kapal selam. [AFP/Kementerian Pertahanan India]
Kru India terus menyelidiki bencana terbesar dalam empat dasawarsa bagi Angkatan Laut [AL] India – 18 pelaut diduga tewas menyusul kebakaran dan ledakan di kapal selam INS Sindhurakshak di pesisir Mumbai bagian barat.
Para penyelam hingga 26 Agustus sudah menemukan delapan jasad.  Pejabat AL mengatakan sangat besar kemungkinan tak ada yang selamat.
INS Sindhurakshak, yang berarti “pelindung lautan,” bertambat di Galangan AL di Mumbai ketika terjadi ledakan yang mengguncangkan kapal itu pada tanggal 14 Agustus.  Kapal selam tersebut merupakan kapal diesel listrik kelas Kilo dari Rusia.
Karena ledakan terjadi pada dini hari, awak penuhnya sebanyak 53 orang tidak berada di dalam kapal.
Di antara yang diduga tewas adalah komandan kedua, perwira berpangkat mayor, dan dua perwira lainnya dengan pangkat yang sama.
“Sertifikat kematian kedelapan jenazah itu mencantumkan luka bakar yang luas sebagai penyebab kematian,” kata Antony.
Kapal selam kelas Kilo lainnya, INS Sindhuratna [permata laut], bertambat di sebelah kapal naas itu dan hanya mengalami kerusakan ringan.
Pelaut hilang: Suman Sharma bersama putrinya, Rashmi Sharma, memegang foto putranya, Atul Sharma, salah satu pelaut hilang yang diduga tewas. [AFP]
Pelaut hilang: Suman Sharma bersama putrinya, Rashmi Sharma, memegang foto putranya, Atul Sharma, salah satu pelaut hilang yang diduga tewas. [AFP]
Sindhurakshak, kapal selam kesembilan dari 10 kelas Kilo yang diimpor India dari Rusia antara 1985 hingga 1997, dibeli 16 tahun yang lalu seharga $113 juta AS.  Kapal selam tersebut baru saja tiba dari Rusia pada bulan April setelah dilakukan pemutakhiran di pertengahan masa gunanya yang memakan biaya $156 juta AS.  Kapal selam itu sudah menyelesaikan sekitar 1.000 jam pelayaran selam setelah reparasi.  Rencananya kapal itu akan dilepaskan untuk beroperasi hanya beberapa hari kemudian.
Pada tanggal 26 Februari 2010, satu pelaut India tewas dan dua lainnya terluka dalam sebuah ledakan di dalam kolong baterai kapal selam diesel listrik ketika baterainya sedang diisi di sebuah fasilitas AL di pesisir bagian timur India.
Dewan Pemeriksa lakukan penyelidikan
Dewan Pemeriksa AL [DPAL] punya waktu empat pekan untuk menyelidiki insiden tersebut, yang terbesar sejak AL India kehilangan kapal fregat INS Khurki.  Sebuah kapal selam AL Pakistan menorpedo kapal fregat itu di Laut Arab saat perang Desember 1971 antara kedua negara tetangga tersebut.
Menteri Pertahanan [Menhan] India AK Antony dan Kepala Staf AL Laksamana DK Joshi bergegas ke Mumbai dari New Delhi untuk mengawasi operasi penyelamatan.
“Sebab ledakan masih belum dipastikan,” kata Joshi pada hari itu. “Kapal terbanjiri air setelah lubang menguak.  Kami sedang berusaha mengeluarkan air dan membawanya untuk diperiksa.”
“Memang, kecelakaan kapal selam berdampak bencana,” kata Joshi, meski tidak mengesampingkan kemungkinan sabotase.  “Dewan Pemeriksa akan mencari tahu apa yang salah.  Melihat bukti prima facie yang ada, tak ada indikasi yang mendukung teori sabotase.  Namun tak ada yang dikesampingkan di tahap ini,” katanya.
Pada tanggal 22 Agustus, Antony menekankan bahwa, “Tak ada yang dikesampingkan.  Semua aspek kemungkinan akan diperiksa oleh DPAL.”
Kapal selam tenggelam hidung duluan
Galangan AL ada di Mumbai Selatan, salah satu lingkungan kelas atas termahal di India.  Ledakan menerangi langit tengah malam, mirip dengan kecelakaan Perang Dunia II tahun 1944 di galangan yang sama saat sebuah ledakan di atas kapal pasok yang sarat bahan peledak, SS Fort Stikine, menewaskan hampir 800 jiwa.
Laksamana Joshi menjelaskan insiden terbaru ini: “Tiga ledakan didengar datang dari kapal selam sebelum kemudian tenggelam di perairan dangkal.  Satu ledakan kecil disusul dengan dua ledakan besar.”  Kapal selam itu tenggelam hidungnya duluan.  AL mencurigai bahwa senjata dan amunisi di dalam kapal selam mungkin meledak.  Kapal selam itu sedang membawa bahan peledak, bahan bakar, oksigen, dan baterai – yang masing-masing bisa berkontribusi pada ledakan itu.
Para penyelam AL melaporkan bahwa ledakan terjadi di bagian depan ruang torpedo dan rudal kapal selam, merenyukkan bagian depan.  Air memasuki kompartemen depan kapal setelah ledakan, menenggelamkan kapal.
Salah satu kecurigaan awal adalah ada yang salah ketika baterai kapal diesel listrik ini sedang diisi di galangan.  Namun Joshi mengesampingkan skenario ini.
“Sebuah kapal selam secara berkala perlu mengisi baterainya di pelabuhan.  Pengisian baterai INS Sindhurakshak sudah selesai [pada tanggal 11 Agustus] tiga hari sebelum kecelakaan.  Menurut kami, ledakan di kapal selam tidak dihasilkan dari percikan saat mengisi baterai,” kata Joshi.
Baik sistem alarm manual maupun otomatis kapal selam gagal setelah ledakan.
“Kami perlu menyelidiki kenapa tak ada yang menyala saat keadaan darurat.  Dewan Pemeriksa akan mencari tahu jawabannya,” kata Joshi.
Api kedua di atas INS Sindhurakshak
Sejak tiba dari Rusia, kapal selam itu sudah menjalani sertifikasi oleh otoritas inspeksi AL India dari Komando AL bagian barat yang berpangkal di Mumbai.
Dari 10 kapal selam India kelas Kilo yang dibeli dari Rusia, INS Sindhushastra hanyalah satu-satunya yang dilengkapi dengan tabung luncur rudal.  Lima kapal selam dipasangi tabung dan sistem tembak rudal Klub-S di Russia.
Antony mengatakan lima perusahaan internasional dan India terlibat dalam menyurvei kapal untuk penyelamatan dan setelah kapal dikeringkan dan diangkat, sebuah tim ahli Rusia akan dilibatkan dalam penyelidikan.
Kemunduran bagi ambisi perairan lepas AL
Bencana terakhir ini merupakan kemunduran bagi ambisi perairan lepas AL India. Kapal itu bagian dari armada pengerahan kapal selam garis depan India.  Aset bawah laut AL berada lebih di bawah tekanan, terutama karena India mengambil peran penting di Kawasan Samudra Hindia.  Kapal-kapal yang mengangkut kargo, minyak mentah, dan bijih besi senilai miliaran dolar melewati Jalur Komunikasi Laut [Sea Lines of Communication atau SLOC]kawasan itu setiap tahunnya.
Dengan Sindhurakshak bebas dari tugas – mungkin selamanya – armada kapal selam India turun menjadi 14.  Tidak lebih dari setengah dari kapal-kapal selam ini beroperasi pada suatu saat.
Sementara itu, konstruksi enam kapal selam Scorpene bertenagakan diesel listrik seharga $4,3 miliar AS yang berkolaborasi dengan perusahaan Prancis DCNS, sudah mundur dari jadwal sekitar lima tahun.  Kapal pertama dijadwalkan akan dikirim pada tahun 2016.

Antony memastikan para pembuat UU pada tanggal 22 Agustus bahwa AL akan tetap melakukan akuisisi.  Dia mengatakan kapal perang buatan sendiri akan ditugaskan setiap lima tahun sekali.

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner