Select Language

Rabu, 01 Mei 2013

KRI Teluk Semangka 512 – LST Besutan Korea Selatan Pertama Yang Akhiri Masa Tugas


SamalangaMei20034
Seiring dengan modernisasi yang dilakukan oleh TNI AL, beberapa alutsista yang telah berumur tua dan tak lagi layak operasional maka ‘dipensiunkan’ dengan jalan dibesituakan dan tidak sedikit pula yang ‘dipersembahkan’ sebagai sasaran tembak bagi rudal dan torpedo. Hal tersebut tentunya sudah jamak dilakukan hingga kini. Tapi baru-baru ini ada berita yang menarik dicermati, pasalnya untuk pertama kali ada kapal perang yang aslinya dibeli gress alias benar-benar baru resmi dipensiunkan. Maklum sejak era kesenjataan di orde baru, TNI AL hanya memensiunkan kapal-kapal perangnya yang asalnya dibeli bekas.
Kapal yang dimaksud disini adalah KRI Teluk Semangka dengan nomer lambung 512.  LST (Landing Ship Tank) ini dibuat digalangan Tacoma Marine Industries Ltd (KTMI), Korea Selatan pada tahun 1980, kemudian diluncurkan pada 3 Mei 1980. Diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 28 Februari 1982. Berdasarkan Keputusan Pangab No Skep/1716/VIII/1982 tanggal 8 Agustus 1982 KRI Teluk Semangka -512 resmi bergabung dalam jajaran TNI Angkatan Laut dengan komandan pertama kalinya Letkol Laut (P) Poedjiono.
Bila dihitung memang usia pengabdiannya sudah 30 tahun lebih. Tapi untuk ukuran kapal perang TNI AL belum terlalu tua, ambil contoh frigat Van Speijk yang kini dipercaya menggotong rudal Yakhont, dibuat di Belanda pada tahun 60-an. Lewat retrofit kapal-kapal perang tua TNI AL hingga kini masih cukup efektif mengawal laut NKRI.
Kembali ke sosok KRI Teluk Semangka, TNI AL memiliki beberapa seri kapal yang sama pada awal tahun 80-an dan dibuat oleh galangan kapal Tacoma SY. Masing-masing adalah KRI Teluk Semangka 512, KRI Teluk Penyu 513, KRI Teluk Mandar 514, KRI Teluk Sampit 515, KRI Teluk Banten 516, dan KRI Teluk Ende. Secara umum ke-6 kapal ini memiliki dimensi 100 x 15,4 x 4,2 meter, serta punya bobot kosong 1.800 ton dan bobot penuh 3.770 ton. Dari ke-6 kapal ini sejatinya dipecah lagi menjadi dua varian, yakni varian standar an varian komando. Kesemua kapal tersebut masuk dalam pembinaan Satfib (Satuan Kapal Amfibi)
KRI Teluk Mandar 514, serupa dengan KRI Teluk Semangka
KRI Teluk Mandar 514, serupa dengan KRI Teluk Semangka
Tampilan buritan KRI Teluk Penyu 513, jenis yang serupa KRI Teluk Semanka 512
Tampilan buritan KRI Teluk Penyu 513, jenis yang serupa KRI Teluk Semanka 512
Teluk Penyu dan juga Teluk Semangka dapat membawa 4 unit LCVP
Teluk Penyu dan juga Teluk Semangka dapat membawa 4 unit LCVP
Nah, KRI Teluk Semangka 512, KRI Teluk Penyu 513, KRI Teluk Mandar 514, dan KRI Teluk Sampit 515 masuk dalam varian standar. Di varian ini ditandai dengan desain yang relatif standar, ciri-cirinya adalah tidak adanya fasilitas hangar untuk helikopter, hanya ada deck heli di buritan  dan mampu membawa 4 unit LCVP (Landing, Craft, Vehicle, Personnel). Untuk persenjatannya, dilengkapi senjata utama 3 pucuk kanon Bofors kaliber 40 mm (2 di haluan dan 1 pucuk ditempatkan pada buritan), 2 pucuk kanon 20 mm buatan Rheinmetall, dan 2 pucuk SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm. Ketiga kanon Bofors 40 mm yang dioperasikan manual dilengkapi kubah pelindung untuk awaknya.
Sedangkan untuk KRI Teluk Banten 516 dan KRI Teluk Ende 517 masuk dalam varian komando. Varian ini dicirikan dengan adanya superstructure berupa hangar yang desainnya cukup besar. Di dalam hangar ini bahkan dapat memuat 2 helikopter sekelas NBell-412 atau Super Puma dalam kondisi baling-baling dilipat. Sementara untuk deck heli hanya mampu menampung 1 unit heli ukuran sedang/berat. Di varian komando ini hanya dapat membawa 2 unit LCVP. Sementara untuk elemen persenjataan, tidak beda jauh dengan varian standar, hanya saja tidak ada kanon Bofors 40 mm pada buritan. Dan uniknya 2 pucuk kanon Bofors 40 mm pada ujung haluan tidak dilengkapi dengan penutup pelindung (terbuka). Untuk sistem navigasi, menggunakan jenis radar JRC dan Raytheon. Sebagai varian komando dengan heli deck yang luas, LST ini juga dipercaya sebagai kapal markas dalam beberapa operasi militer. Bahkan KRI Teluk Ende bisa diperankan sebagai kapal rumah sakit.
KRI Teluk Banten 516 (LST varian komando)
KRI Teluk Banten 516 (LST varian komando)
KRI Teluk Ende 517, dilengkapi hangar berukuran besar
KRI Teluk Ende 517, dilengkapi hangar berukuran besar
big_87220-6-f-operasi laut2
KRI Teluk Semangka ditenagai 2 mesin diesel dengan dua unit propeller berkekuatan 5.600 HP. Dalam gelar operasinya, kapal buatan Korea Selatan ini mampu membawa muatan pada kargo seberat 690 ton, atau bisa memuat 17 tank setingkat MBT (main battle tank). Sudah jadi langganan dalam gelar operasi amfibi, jenis LST ini membawa tank PT-76 dan pansam BTR-50P Korps Marinir.
Selamat Jalan KRI Teluk Semangka
Bertempat di Dermaga Penjelajah Koarmatim – Surabaya, hari Rabu (24/4/2013), akhirnya dilaksanakan upacara penurunan Ular-ular Perang yang merupakan tanda bahwa kapal tersebut merupakan kapal perang dan tanda itu berlaku secara internasional. Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M. Hum bertindak sebagai Inspektur Upacara dalam penurunan Ular-ular Perang KRI Teluk Semangka-512
Upacara penurunan Ular-ular Perang KRI Teluk Semangka 512
Upacara penurunan Ular-ular Perang KRI Teluk Semangka 512
KRI Teluk Sampit 515
KRI Teluk Sampit 515
Nama KRI Teluk Semangka-512 diambil dari nama sebuah teluk yang terletak di ujung pantai selatan Pulau Sumatera yang terletak pada posisi 5 derajad 40 menit Lintang Selatan- 104 derajad 43 menit Bujur Timur yang merupakan Teluk terbesar berbentuk corong, menghadap ke arah tenggara dengan lebar mulut teluk kurang lebih 50 Km.
Dikutip dari situs Dispenal, sejak diresmikan menjadi Kapal Perang Republik Indonesia (KRI). KRI Teluk Semangka-512 telah mengalami pergantian kepemimpinan atau Komandan sebanyak 26 kali dan selama pengabdiannya di jajaran TNI Angkatan Laut telah melakukan tugas-tugas operasi sebanyak 128 kali operasi, diantarannya mendukung Angkutan Laut (Duk Angla) Kontingen Garuda, Bantuan Bencana alam, Latsitarda / KJK/Jalasesya, mendukung latihan Armada Jaya, Latihan Gabungan TNI, Operasi Surya Bhaskara Jaya, pergeseran pasukan TNI maupun Polri, operasi Trisila, Pengamanan Laut hingga Pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (Pam ALKI). Komandan terakhir adalah Letkol Laut (P) I Komang Teguh Ardana.
Embarkasi tank PT-76 dari KRI Teluk Sampit 515
Embarkasi tank PT-76 dari KRI Teluk Sampit 515
Informasi dari situs Rakyat Merdeka Online, disebutkan pada 1 Mei 2013 TNI AL akan kembali meng­gelar latihan. Latihan itu melibat 20 kapal perang mulai dari kapal cepat, kapal kawal ru­dal, kapal buru tangkap, kapal penyapu ranjau dan dua kapal selam Salah satu bagian dari latihan itu adalah uji penembakan rudal Exocet MM-40 block II buatan Prancis dan Torpedo SUT.  Tor­pedo akan ditembakkan dari ka­pal selam. Kapal sasarannya tidak lain adalah KRI Teluk Semangka 512.
Dari Turunkan Pasukan Hingga Selamatkan Turis
Selama memperkuat TNI AL, KRI Teluk Semangka 512 telah menjalani berbagai misi. Mulai dari operasi militer, men­jaga kekayaan laut hingga misi kemanusiaan. Kapal yang memiliki panjang 100 meter, lebar 15,4 meter, dan berat 3,770 ton itu dilengkapi dek helikopter di bagian bela­kang untuk operasi udara.
Bofors 40 mm pada sisi buritan
Bofors 40 mm pada sisi buritan
KRI Teluk Semangka terlibat dalam operasi di Aceh. Kapal ini menjadi kapal angkut pasu­kan yang akan ditugaskan di Tanah Rencong itu. Setidaknya dua kali kapal ini mengirim prajurit ke Aceh pada 2003. Bersandar di Krueng Geu­keuh, KRI Teluk Semangka me­nurunkan personel Yon Zipur 3 Bandung, 10 truk dan beberapa unit ambulans.
Setelah itu, KRI Teluk Se­mangka kembali berlayar de­ngan tujuan Pelabuhan Ma­la­ha­yati, Banda Aceh. Sisa pa­suk­an Yon Zipur 3 Bandung di­t­u­run­kan di sana. Mereka lang­sung ditempatkan di kawasan Banda Aceh dan sekitarnya.
Pengiriman anggota TNI itu menyusul batalnya sidang Joint Council, yang sedianya kem­bali menengahi sengketa an­tara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah RI. Misi menjaga kekayaan laut Indonesia dibuktikan dengan pe­nangkapan terhadap kapal KM Indo Tuna-107 di wilayah per­airan timur Indonesia, Papua.
Kala itu, Pangkalan TNI AL Sorong mencurigai kapal KM Indo Tuna-107 melakukan pe­nangkapan ikan tidak sesuai Fishing Ground di perairan Papua. KRI Teluk Semangka pun diperintahkan untuk me­ngejar kapal itu. Berdasarkan hasil peme­rik­sa­an awal perwira penyidik KRI Teluk Semangka, dite­mu­kan indikasi pelanggaran se­hing­ga komandan KRI Teluk Semangka memerintahkan ke­pada anak buahnya untuk me­ngawal kapal Indo Tuna ke pangkalan TNI AL Sorong.
Di Tegal, KRI Teluk Se­mang­ka juga menangkap kapal-kapal penangkap ikan tanpa izin. Empat kapal penangkap ikan berbobot mati di atas 30 gross ton (GT) terjaring operasi KRI Teluk Semangka. Keempat kapal itu yakni  Ka­pal Motor (KM) Putra Ba­hari ber­bobot mati 33 Gross Ton (GT), KM Putra Samudera 63 GT, KM Sumber Rejeki 36 GT, dan KM Sri Bangun Mulia 58 GT.
Menurut pihak Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tegal, ka­pal-kapal yang ditangkap KRI Teluk Semangka tidak me­miliki surat penangkapan ikan. Misi kemanusiaan yang per­nah dijalankan KRI Teluk Se­mangka yakni membantu war­ga Pulau Karimun Jawa yang ter­ancam kelaparan karena cuaca buruk. Sekitar 287 orang yang terisolir di Kepulauan Ka­ri­­mun­jawa, Jepara sejak akhir De­sember 2006, berhasil ‘di­eva­kuasi’. Mereka lalu diangkut ke Semarang.
Ke-287 orang itu berasal dari ber­bagai daerah di Jawa Te­ngah. Bahkan ada satu orang tu­ris Cina. Yang (26), demikian nama turis China itu, dilapor­kan sedang berlibur tapi tidak bisa pu­lang karena cuaca buruk se­jak akhir tahun lalu. Selain turis asing, yang ikut dalam perjalanan ‘gratisan’ itu adalah tiga mahasiswi Jepara. Me­reka mengaku tidak bisa uji­an karena tak bisa kembali ke kam­pus akibat cuaca buruk di Laut Jawa. Dengan kapal pe­rang buatan tahun 1980 dari Ar­matim TNI AL itu jarak antara Sema­rang-Karimunjawa sekitar 130 Km ditempuh dalam waktu 8,5 jam.
Selama di kapal, warga sipil itu mendapat pelayanan yang baik. Mereka diberi roti dan makan siang gratisan. Se­be­lum­nya, KRI Teluk Semangka ber­labuh di Sumbawa. Namun ka­rena kondisi mendesak ia ditarik ke Jawa Tengah.
Selain mengangkut orang yang terjebak di Pulau Karimun Jawa, KRI Teluk Semangka ju­ga mengangkut 53 ton beras dan ratusan dus mie instan, sar­den, kecap, serta bumbu dapur. Ba­han makanan itu dikirim ka­rena warga di pulau sedang kri­sis pangan karena tak ada pa­so­kan sejak sepekan terakhir. Pe­ngi­riman barang terhenti akibat cuaca buruk.

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner