KRI Diponegoro-365/Satgas TNI Maritim Konga XVIII-E UNIFIL 2013 dalam tugas (on Task) keempatnya yang dipercaya kembali sebagai Maritime Interdiction Operation (MIO) Commander mendeteksi peningkatan aktivitas Pesawat Udara (Pesud) Militer Israel di wilayah udara teritorial Lebanon, Laut Mediterania, baru-baru ini.
Selama pelaksanaan on task tersebut KRI Diponegoro-365 kembali di tunjuk sebagai AAWC (Antiair Warfare Coordinator). Hal ini merupakan sebuah kehormatan dan sekaligus tantangan bagi KRI Diponegoro-365 untuk menjalankan tugasnya, karena selama penugasan kali ini telah timbul gejolak antara Israel dan Suriah.
Selama pelaksanaan on task tersebut KRI Diponegoro-365 kembali di tunjuk sebagai AAWC (Antiair Warfare Coordinator). Hal ini merupakan sebuah kehormatan dan sekaligus tantangan bagi KRI Diponegoro-365 untuk menjalankan tugasnya, karena selama penugasan kali ini telah timbul gejolak antara Israel dan Suriah.
Sebagai AAWC, KRI Diponegoro-365 dengan Komandan Letkol Laut (P) Hersan, S.H. bertanggung jawab memonitor seluruh aktivitas udara militer yang ada di Area of Maritime Operation (AMO) wilayah udara teritorial Lebanon maupun di selatan AMO yang merupakan wilayah udara Israel. Aktivitas udara militer Israel di monitor oleh KRI Diponegoro-365 mengalami peningkatan, utamanya terjadi di wilayah udara Lebanon.
Terpantau figther-figther maupun UAV (Unmanned Aerial Vehicle) / pesawat tanpa awak Israel bermanuver di wilayah udara Lebanon. Pada umumnya Pesud Israel tersebut bergerak dari arah selatan menuju ke utara wilayah udara Suriah. Bahkan ada beberapa pesawat Israel yang melintas hingga jarak 7 NM dari KRI Diponegoro-365.
Rata-rata sepuluh pesawat militer Angkatan Udara Israel tersebut melaksanakan aktivitas setiap harinya yang berhasil di deteksi oleh KRI Diponegoro-365. Selain itu, KRI Diponegoro sebagai AAWC juga menrima laporan-laporan dari unsur yang dipimpinnya, diantaranya adalah FGS Frettchen (Jerman), TCG Bozcaada (Turki) dan BNS Madhumati (Bangladesh). Seluruh laporan aktivitas militer yang di dapat tersebut di kompilasi oleh KRI Diponegoro-365 untuk dilaporkan ke Komandan MTF 448 dalam bentuk laporan harian situasi udara / AAWC daily sitrep .
Kemampuan tersebut di dapat dari radar udara MW-08 dan IFF Interogator. Radar MW-08 yang dimiliki oleh KRI Diponegoro-365 mampu mendeteksi seluruh pesawat udara berkecepatan tinggi hingga 57 NM atau sekitar 120 KM.
Sedangkan IFF adalah sebuah alat untuk mengidentifikasi pesawat berdasarkan kode-kode yang dipancarkan oleh pesawat tersebut. Kode tersebut merupakan suatu tanda pengenal apakah pesawat tersebut merupakan pesawat kawan, pesawat militer atau pesawat penerbangan sipil.
Pada hari kamis (2/5), Lettu Laut (P) Andromeda sebagai Perwira Jaga Pusat Informasi Tempur (PIT) juga mendeteksi adanya spot udara berkecepatan rendah dengan ketinggian 1300 kaki pada jarak 30 NM dari KRI Diponegoro-365 datang mendekat ke wilayah udara Lebanon.
Pada hari kamis (2/5), Lettu Laut (P) Andromeda sebagai Perwira Jaga Pusat Informasi Tempur (PIT) juga mendeteksi adanya spot udara berkecepatan rendah dengan ketinggian 1300 kaki pada jarak 30 NM dari KRI Diponegoro-365 datang mendekat ke wilayah udara Lebanon.
Setelah melaksanakan identifikasi menggunakan IFF Interogator dan berkoordinasi dengan Perwira Jaga NOC (Naval Operation Center) , diketahui bahwa kontak udara tersebut adalah Helicopter Panter milik Angkatan Laut Prancis yang terbang dari FS Coubet.
Frigate kelas La Fayette dari Prancis tersebut sudah meminta ijin beberapa jam sebelumnya untuk mengadakan transfer personel dengan helicopter ke bandara Rafiq Hariri, Lebanon.
Setelah melaksanakan tugasnya, Helicopter Panther tersebut kembali ke mother Ship-nya FS Courbet. Selanjutnya kapal bernomor lambung F-712 tersebut meninggalkan AMO dengan haluan ke barat.
Setelah melaksanakan tugasnya, Helicopter Panther tersebut kembali ke mother Ship-nya FS Courbet. Selanjutnya kapal bernomor lambung F-712 tersebut meninggalkan AMO dengan haluan ke barat.
Sumber : TNIAL
0 komentar:
Posting Komentar