All hands,
Ditengah era keterbukaan Informasi seperti sekarang, rasanya masih agak sulit bila suatu pihak menyembunyikan informasi kecuali bila informasi itu memang benar2 super berharga yang jika dibuka sebelum waktunya akan menimbulkan masalah besar. Dalam hal pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan TNI guna memenuhi program Minimum Essential Force (MEF) sebagian besar Publik sudah mengetahui daftar belanja kebutuhan Alutsista TNI. Diantara Alutsista itu adalah pembelian Kapal selam dimana Kementrian Pertahanan sudah menjatuhkan pilihannya pada Kapal selam Buatan Korea Selatan, ChangBogo Class type 209/ 1400 ton. Kebutuhan kapal selam bagi TNI AL sudah kiat mendesak ditengah ramainya Perlombaan Senjata (Arm Race) dikawasan serta teriakan tanpa henti dari KRI Cakra dan Nanggala yang merengek terus minta tambahan teman.
Meski Sudah Final, pembelian ChangBogo termasuk dengan transfer teknologinya masih menimbulkan pro kontra terutama dikalangan para entusias militer, Chang Bogo klas merupakan varian dari type 209 diesel elektirk buatan Howaldtswerke-Deutsche Werft (HDW) Jerman. Berdasar teknologi dan kelasnya, Chang Bogo Class dianggap kurang galak terutama untuk memberikan efek deterens bagi para tetangga yang sudah memiliki kapal selam level menengah atas. Sejatinya keinginan TNI AL dan para entusias militer bukanlah Chang Bogo melainkan Kapal selam yang lebih berbobot dan bertaji, tidak lain adalah Kapal selam Kelas Kilo buatan Rusia. Harga yang tinggi dan berbagai jeratan politik konon yang menggagalkan korps Hiu Kencana TNI AL untuk memiliki herder bawah laut ini, jelas kehadiran Kilo Class di Indonesia bakal memicu Arm Race yang lebih panas. Indonesia sebagai negara pertama di Asia tenggara yang sudah pengalaman mengoperasikan Kapal selam bakal makin ditakuti jika Kilo Class bisa dimiliki dalam jumlah yang cukup.
Jatuhnya pilihan pada Chang Bogo sepertinya tak menyurutkan semangat TNI untuk tetap berkeinginan memiliki kapal selam Kilo Rusia, dari berbagai “gossip” yang menyebar disinyalir TNI/Kemhan tetap meneruskan upaya pembelian Kapal Selam Kilo dari Rusia secara sembunyi-sembunyi alias rahasia. Mengacu pada kasus Terbakarnya kapal perang Katamaran KRI Klewang beberapa waktu lalu, aroma adanya sabotase terkait pengadaan persenjataan TNI tetap menjadi bahan pertimbangan dan penyeledikan. Kemungkinan untuk menjaga dari hal2 yang tak di inginkan seperti sabotase (cara kasar) maupun politik dan eksploitasi oleh media (cara halus) yang dikhawatirkan bisa menggagalkan proses pembelian Kilo bisa di hindari.
SSK Kilo Class (type 636) adalah kapal selam diesel elektrik hasil peggembangan proyek 877 Paltus Rusia. Nama Besar Rusia (Soviet) yang berpengalaman sebagai produsen dan pemakai Kapal Selam yang kehebatannya sudah pernah dibuktikan dalam berbagai arena konflik membuat banyak negara di dunia banyak yang tertarik untuk membeli kapal selam Rusia. Indonesia sendiri sudah pernah membeli kapal selam kelas Whitskey dekade 1960-an saat Kampanye Trikora dikibarkan. Kilo Class merupakan kelanjutan dari Lada Class yang sudah dihentikan produksinya, sedang penerusnya adalah Tango class yg lebih berat tetapi sekarang pengembangan Tango Class juga sudah di stop. Dipasaran, Kilo Class termasuk daftar jualan Rusia yang paling laris. beberapa negara yang sudah memakainya antara lain Aljazair, RRC, Vietnam, India, Polandia, Iran, Romania dan Rusia sendiri. Membuktikan bahwa sosok Kilo Class memang terbukti tangguh dan layak diandalkan untuk memperkuat kekuatan maritim suatu negara.
Spesifikasi Kilo Class (Wikipedia) :
There are several variants of the Kilo class. The information below is the smallest and largest number from the available information for all three variants of the ship.
- Displacement:
- 2,300–2,350 tons surfaced
- 3,000–4,000 tons submerged
- Dimensions:
- Length: 70–74 meters
- Beam: 9.9 meters
- Draft: 6.2–6.5 meters
- Maximum speed
- 10–12 knots surfaced
- 17–25 knots submerged
- Propulsion: Diesel-electric 5,900 shp (4,400 kW)
- Maximum depth: 300 meters (240–250 meters operational)
- Endurance
- 400 nautical miles (700 km) at 3 knots (6 km/h) submerged
- 6,000 nautical miles (11,000 km) at 7 knots (13 km/h) snorkeling (7,500 miles for the Improved Kilo class)
- 45 days sea endurance
- Armament
- Air defence: 8 SA-N-8 Gremlin or SA-N-10 Gimlet[33] Surface-to-air missilel (export submarines may not be equipped with air defense weapons)
- Six 533 mm torpedo tubes with 18 53-65 ASuW or TEST 71/76 ASW torpedoes or VA-111 Shkval supercavitating “underwater missiles”, or 24 DM-1 mines,
- Club S anti-ship missiles (only on some export versions)
- Crew: 52
- Price per unit is US$200–250 million (China paid approx. US$1.5-2 billion for 8 Project 636 Kilo class submarines)
Well, meski masih simpang siru dan serba rahasia terkait pembelian kapal selam Kilo oleh TNI, adanya bocoran dan gosip-gosip yang berkembang ,dimana dari guratan gosip tersebut tersirat perihal pembelian Kilo Class sudah mencapai tahap pelatihan awak. At least, memang sudah seharusnya pembelian alat pertahanan ynegara yang bersifat vital dirahasikan dari publik sehingga menutup celak pihak2 tertentu terutama negara lawan yang berniat menggagalkan usaha Militer Indonesia memiliki alutsista menakutkan.
0 komentar:
Posting Komentar