VIVAnews – Jalur Gaza kembali berkecamuk sejak Selasa 8 Juli 2014. Hampir setiap menit, serangan Israel mengguncang wilayah itu. Kematian tiga orang warga sipil Israel yang diduga diculik Hamas menjadi pemicu serangan itu.
Reuters melansir, akibat serangan itu, 53 orang tewas. Sebanyak 45 di antaranya adalah warga sipil, termasuk 12 anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Sementara itu, korban luka mencapai lebih dari 340 orang. Selain itu, sedikitnya 25 bangunan hancur atau rusak, dan tidak semua properti itu milik militan Hamas.
Kutukan dilancarkan warga dunia atas aksi Israel ini. Indonesia, yang sedang larut dengan hiruk pikuk pemilihan presiden pun tersita perhatiannya dengan penderitaan yang dialami saudara sesama muslim di Palestina. Indonesia, mulai dari pemerintah, kedua kubu calon presiden, dan warga internet mengutuk aksi Israel yang menyerang secara membabi buta.
Namun, yang paling menarik perhatian adalah aksi hacker di seluruh dunia yang menyatakan akan bersatu padu menyerang situs-situs Israel. Mereka berjanji akan melumpuhkannya sebagai respons atas aksi keji Israel yang membunuh puluhan warga sipil Palestina.
Video ajakan untuk menyerang bersama situs-situs Israel muncul di YouTube sejak Rabu 9 Juli. Dalam video yang berdurasi 3 menit 2 detik ini, hacker bernama AnonGhost mengajak seluruh hacker di dunia untuk "menghukum" Israel dengan melumpuhkan situs-situs yang ada di server negara mereka. Video tersebut bertajuk "Message to IsraHell and All the World #OpSaveGaza #AnonGhost 11/7/2014".
Serangan DDoS 11 Juli
Video tersebut awalnya menampilkan secuplik berita yang menggambarkan kehancuran Gaza pasca bom dilontarkan dari Israel. Video yang diklaim berasal dariReuters ini menjadi latar belakang suara anonim.
“Salam. Ini merupakan panggilan penting bagi para hacker, organisasi hak asasi manusia, dan aktivis di seluruh dunia untuk bersatu kembali, memulai kampanye melawan Israel. Berbagi semua hal yang ada di sana, sebarkan aktivitas teror mereka kepada dunia. Aksi Hamas meluncurkan roket dari Gaza ke Israel merupakan reaksi yang normal dan dapat diterima melawan Israel. Itu bisa disebut sebagai pertahanan, bukan terorisme,” kata AnonGhost dalam video tersebut.
Selanjutnya, AnonGhost mengajak semua orang untuk meretas situs-situs di negara tersebut. Serangan itu dijadwalkan akan berlangsung mulai Jumat 11 Juli. Mereka berjanji akan meretas situs-situs itu dan melumpuhkannya dengan pola Distributed Denial-of-Service (DDoS).
Pola ini merupakan cara hacking termudah. Para hacker tinggal membanjir situs dengan trafik palsu. Jika server mendeteksi adanya trafik yang padat, otomatis server akan mematikan sistem jaringan dan situs tidak akan bisa diakses hingga dilakukan perbaikan.
Sebagai langkah "perkenalan", beberapa hacker telah melakukan peretasan situs Israel. Sebanyak 500 situs di negara zionis itu diklaim telah diretas sejak 8 Juli lalu. Tidak hanya situs berakhiran .co.il, tapi juga beberapa email milik pejabat pemerintah zionis.
Dalam aksi tersebut, hacker men-deface (mengubah) tampilan situs yang diretas dengan gambar-gambar kota yang rusak di Gaza, serta anak-anak yang terluka di wilayah tersebut. Dalam tampilan deface itu juga disertakan nama AnonGhost, serta hashtag #OpSaveGaza (Operasi Penyelamatan Gaza).
Israel tidak takut
Dalam laman bertajuk Times of Israel, pemerintah zionis mengaku tidak khawatir dengan rencana serangan tersebut. Israel sudah terbiasa berurusan denganhacker. Bahkan, setiap harinya terdapat sekitar 100.000 serangan yang diinvasi hacker ke server Israel.
“"Kami siap," kata CEO Israel Internet Association (ISOC), Dina Beer, seperti dikutip dari laman Times of Israel, Kamis, 10 Juli 2014. "Saya tidak bilang serangan tersebut akan mudah dihadapi, namun kami telah berpengalaman hampir setiap hari dengan hacker. Ini telah jadi makanan kami sehari-hari," lanjut Beer.
Menurut Beer, Israel telah menghadapi serangan peretasan dan DDOS hampir setiap waktu, sehingga pengalaman itu telah membuat mereka mengenal polahacker dengan lebih baik. "Namun, memang bedanya, di saat krisis seperti ini, adalah terkait dengan jumlah hacker yang berpartisipasi dalam serangan. Kemungkinan akan lebih banyak dibanding biasanya," kata Beer.
Menurut Beer, Israel telah menghadapi serangan peretasan dan DDOS hampir setiap waktu, sehingga pengalaman itu telah membuat mereka mengenal polahacker dengan lebih baik. "Namun, memang bedanya, di saat krisis seperti ini, adalah terkait dengan jumlah hacker yang berpartisipasi dalam serangan. Kemungkinan akan lebih banyak dibanding biasanya," kata Beer.
"Kami yakin bisa mengatasinya. Sistem keamanan kami cukup canggih dan bisa mendeteksi trafik buatan yang menjejali sistem komputer yang bisa melumpuhkan seketika. Kami bisa memutuskan alamat internet protokol (IP) pelaku serangan yang teridentifikasi sebagai penyuplai DDoS," ujar Beer.
Ahli keamanan teknologi Israel dari Tel Aviv University, Isaac Ben-Israel mengatakan, serangan ke server Israel semakin hari semakin meningkat. Bahkan, bisa sampai 900 persen. Serangan ini paling banyak datang dari negara-negara Arab dan berpenduduk muslim.
"Biasanya sekitar 100 ribu serangan per hari. Sekarang meningkat menjadi jutaan serangan dari seluruh dunia, terutama negara Islam. Angka itu hanya hitungan serangan yang menargetkan situs pemerintah. Kami belum menghitung serangan terhadap komputer warga atau kantoran," ujar Ben-Israel.
Serangan-serangan itu, kata dia, termasuk upaya untuk mencuri data dari situs korban, men-deface halaman situs, atau mematikan jaringan web dengan serangan DDoS.
"Biasanya sekitar 100 ribu serangan per hari. Sekarang meningkat menjadi jutaan serangan dari seluruh dunia, terutama negara Islam. Angka itu hanya hitungan serangan yang menargetkan situs pemerintah. Kami belum menghitung serangan terhadap komputer warga atau kantoran," ujar Ben-Israel.
Serangan-serangan itu, kata dia, termasuk upaya untuk mencuri data dari situs korban, men-deface halaman situs, atau mematikan jaringan web dengan serangan DDoS.
Anonymous dan Indonesia
Kumpulan hacker (hacktivis) Anonymous diduga berada di balik rencana serangan ini. Dugaan ini datang dari nama pemosting video ajakan di YouTube tersebut, AnonGhost. Beberapa web dan media sosial yang terkait dengan nama Anonymous juga menunjukkan adanya akses ke rencana tersebut.
Namun, tidak semua web dan media sosial Anonymous memberikan perhatiannya. Hal ini dikarenakan anggota Anonymous memang tidak terdeteksi siapa dan di mana. Anonymous mengklaim jaringan mereka tersebar luas di seluruh negara di dunia.
Serangan yang sama memang pernah dilancarkan beberapa kali oleh Anonymous terhadap Israel. Juni 2012, Anonymous mengaku telah meretas situs PBB untuk menyatakan protesnya terhadap aksi Israel terhadap Palestina. Saat itu, Anonymous menganggap PBB tidak melakukan aksi apa-apa.
Lalu, pada November 2012, Anonymous melancarkan serangan berupa #OpIsrael (Operation Israel). Dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya, upaya untuk melumpuhkan jaringan internet Israel dengan alasan pembelaan terhadap Palestina.
Indonesia pun tidak mau ketinggalan. Hashtag #prayforgaza bertebaran. Foto-foto terkait dengan kekejian Israel di Palestina pun di re-path dan share dari satu akun medsos ke medsos lainnya. Ini merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia pun turut berduka atas penderitaan saudara Muslim di Palestina, dan mengutuk aksi Israel.
Beberapa orang yang mengaku hacker Indonesia pun mengatakan akan bergabung dengan Anonymous dalam aksi ini. “Sedang bersiap untuk ikut #OpSaveGaza. Doakan!” tulis salah satu pengguna Twitter. Entah, apakah ia benar akan ikut aksi tersebut atau tidak.
Yang jelas, aksi ini tidak membuat jera Israel. Serangan demi serangan terus dilancarkan. Bahkan, jika Palestina didapati melakukan kesalahan. Sebagai saudara seiman, memang ingin rasanya ikut berjihad langsung ke Gaza. Meski tidak bisa melakukan banyak hal untuk membantu Palestina, doa pun cukup.
Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya. (art)
0 komentar:
Posting Komentar