Bila negara tetangga punya keunggulan pada teknologi kapal selam, maka sudah seharusnya Indonesia punya elemen AKS (anti kapal selam) yang memadai. Maklum saja, kekuatan kapal selam Indonesia kini tertinggal baik dari segi kualitas maupun kuantitas dibanding Singapura, Malaysia, dan Australia. Sementara pesanan kapal selam baru, dari kelas Changbogo Class diperkirakan baru akan diterima pada tahun 2015, itu pun kalau jadwal produksi dan penyerahan tidak molor.
Hingga tulisan ini dibuat, resminya TNI AL hanya mengoperasikan dua unit kapal selam Type 209 buatan Jerman yang dibeli awal tahun 80-an. Dari segi jumlah , jauh dari kebutuhan minimum, dimana idealnya TNI AL punya 6 unit kapal selam. Menyikapi agresifnya pembangunan kekuatan kapal selam negara tetangga, TNI AL memang telah menyiapkan racikan alustsista sebagai penghancur kapal selam lawan. Bicara tentang sista AKS, di elemen kapal permukaan (atas air), TNI AL punya bom laut, roket anti kapal selam RBU-6000 dan Bofors 375 mm. Masih ada lagi jenis torpedo SUT MK46 dan A-244-S. Kombinasi senjata tersebut menjadi suguhan maut di frigat, korvet, hingga KCT (kapal cepat torpedo) TNI AL.
Tapi menghadapi siluman bawah laut dengan teknologi senyapnya yang kian canggih, pasti menjadi tantangan berat bagi sista AKS di kapal-kapal perang TNI AL. Teknologi berkembang cepat, teknologi sonar yang pernah dibilang canggih 5 atau 10 tahun lalu, kini sudah dianggap usang dan tidak efektif untuk mengendus keberadaan kapal selam lawan yang menyusup ke wilayah laut NKRI. Nah, untuk menjabani aksi tersebut, elemen AKS dari udara juga mutlak harus dimiliki TNI AL, apalagi TNI AL adalah angkatan laut terbesar di Asia Tenggara.
Selain armada kapal selam yang tertinggal dari negara tetangga, sayangnya elemen AKS dari udara untuk Indonesia juga masih lemah. Kekuatan udara AKS baru sebatas misi patroli dan pengintaian yang dilaksanakan gabungan antara TNI AL dan TNI AU. Sama sekali tidak ada kemampuan untuk melakukan tindakan untuk mengeliminir keberadaan kapal selam lawan dari udara, eksekusi untuk melawan kapal selam harus menunggu kedatangan kapal perang permukaan. Kondisi ini tentu berbanding terbalik dengan masa lalu. Saat Indonesia masih jadi Macan Asia, kita pernah memiliki 9 unit heli AKS Mil Mi-4 Hound, tambah sangar lagi ada Gannet bauatan Inggris yang bisa melontarkan torpedo. Terakhir di masa Orde Baru, Puspenerbal TNI AL masih sempat mengoperasikan heli AKS jadul, yakni Westland Wasp, yang kini telah dipensiunkan.
Faktanya hampir satu dekade, Indonesia benar-benar minus elemen udara AKS. Baru kemudian, sejalan dengan program MEF (minimum essential force), Puspenerbal TNI AL akan kedatangan armada heli AKS keluaran anyar. Heli yang dimaksud adalah AS 565MB Panther buatan Eurocopter/Airbus Helicopter. Bila awalnya disebutkan yang dibeli 11 unit, tapi situs Janes.com(1/5/2014) menyebutkan bahwa pihak Airbus Helicopter akan menjual 16 unit AS 565 Panther kepada Indonesia, pola yang dijalankan nantinya heli akan dirakit oleh PT Dirgantara Indonesia.
Menyambut datangnya Panther pastinya disambut suka cita, TNI AL kabarnya akan membentuk skadron baru sebagai wadah AS 565 Panther. Sebagai heli AKS, kodrat helikopter ini dipastikan sebagai sistem senjata pada armada frigat dan korvet TNI AL. Kandidat ‘rumah’ Panther sudah bisa diprediksi, diantaranya ada 4 korvet SIGMA (kelas Diponegoro),6 frigat kelas Van Speijk, 3 korvet kelas Bung Tomo (ex Nakhoda Ragam Class), dan 3 unit PKR (perusak kawal rudal)/frigat SIGMA 10514 yang tengah dibangun di Belanda. Kesemua kapal perang TNI AL diatas, dipandang punya helipad yang pas untuk Panther.
Lebih jauh seputar sosok AS 565 Panther TNI AL, Indomiliter.com telah mengupasnya secara detail pada artikel beberapa waktu yang lalu. Untuk melihat, silahkan klik tautan ini.
Polling Indomiliter
Lebih mendalam ke urusan sista AKS, wahana helikopter dengan mobilitasnya yang tinggi dan kemampuan multi peran, dipandang paling ideal untuk misi berburu kapal selam. Ironisnya, jika Indonesia baru dalam tahap mempersiapkan kehadiran sang Panther, lain halnya dengan negara-negara tetangga. Baik Malaysia, Singapura, dan Australia sudah lebih maju untuk urusan heli AKS. Adopsi heli AKS yang dimiliki mereka pun terbilang sangat tangguh dan battle proven untuk misi AKS.
Lebih mendalam ke urusan sista AKS, wahana helikopter dengan mobilitasnya yang tinggi dan kemampuan multi peran, dipandang paling ideal untuk misi berburu kapal selam. Ironisnya, jika Indonesia baru dalam tahap mempersiapkan kehadiran sang Panther, lain halnya dengan negara-negara tetangga. Baik Malaysia, Singapura, dan Australia sudah lebih maju untuk urusan heli AKS. Adopsi heli AKS yang dimiliki mereka pun terbilang sangat tangguh dan battle proven untuk misi AKS.
Berangkat dari anggapan, bahwa potensi lawan terberat Indonesia berasal dari militer negara tetangga, maka bukan tak mungkin, di masa mendatang AS 565 Panther akan berhadap-hadapan dengan heli sekelas Super Lynx dan Seahawk yang kampiun di medan tempur. Untuk itu, Indomiliter.com sejak 13 Mei hingga 15 Juni 2014, telah menggelar polling dengan pertanyaan, “TNI akan membentuk skadron heli AKS dengan adopsi AS 565 Panther. Menurut Anda, siapakah yang bakal jadi lawan terberatnya?” Polling total melibatkan 629 responden dan dilakukan lewat pola one vote one IP (internet protocol).
Lawan yang kami ajukan disini adalah heli Westland Super Lynx 300 milik AL Malaysia (TLDM), Sikorsky S-70B Seahawk AL Singapura, dan Sikorsky MH-60R Seahawk AL Australia (RAN). Dari segi teknis dan kemampuan, boleh jadi diantara ketiga heli AKS tersebut tidak setanding dengan Panther, tapi dalam peperangan dan misi perang di lautan, mereka-lah yang bakal jadi lawan Panther TNI AL.
Sikorsky MH-60R Seahawk RAN (Australia)
MH-60R (Romeo) Seahawk milik RAN (Royal Australian Navy) dipercaya sebagai lawan tanding terberat AS 565 Panther dengan dipilih oleh 305 responden (48,49%). Dari sisi dukungan teknologi, MH-60R menjadi heli AKS tercanggih di dunia saat ini. Tentunya tak sulit bagi Australia untuk memperoleh heli canggih ini, lantaran statusnya sebagai sekutu AS dan dukungan anggaran militer yang memadai. Disamping itu, Australia juga merupakan operator UH-60A Black Hawk sejak lama. Seahawk adalah versi laut dari UH-60A Black Hawk. Dalam jajaran AL AS Seahawk mulai digunakan pada tahun 1983. Australian terlihat sudah wara wiri mengerahkan Black Hawk-nya dalam operasi militer (INTERFET) di Timor Timur pada tahun 1999.
MH-60R (Romeo) Seahawk milik RAN (Royal Australian Navy) dipercaya sebagai lawan tanding terberat AS 565 Panther dengan dipilih oleh 305 responden (48,49%). Dari sisi dukungan teknologi, MH-60R menjadi heli AKS tercanggih di dunia saat ini. Tentunya tak sulit bagi Australia untuk memperoleh heli canggih ini, lantaran statusnya sebagai sekutu AS dan dukungan anggaran militer yang memadai. Disamping itu, Australia juga merupakan operator UH-60A Black Hawk sejak lama. Seahawk adalah versi laut dari UH-60A Black Hawk. Dalam jajaran AL AS Seahawk mulai digunakan pada tahun 1983. Australian terlihat sudah wara wiri mengerahkan Black Hawk-nya dalam operasi militer (INTERFET) di Timor Timur pada tahun 1999.
Pada Seahawk, karakteristik disesuaikan kebutuhan misi di lautan, diantaranya baling-baling dan ekor bisa dilipat, senjata perang laut, dan misi anti kapal selam. Hidung Seahawk nampak datar tidak terlalu banyak benjolan. Tampak kubah kecil di bagian tengah agak ke bawah. Kubah itu berisi datalink antenna. Disebelah kiri dan kanan kubah terdapat bentuk kubus yang tidak lain berisi perangkat AN/ ALQ 142 ESM (electronic support measure).
Elemen kecanggihan MH-60R bisa terlihat dari adopsi teknologi FLIR (forwad looking infra red), kemampuan penglihatan malam (NVG capability), Secure VHF/UHF communication, Inertial navigation system, data link, Enhanced Advanced Flight Control System (AFCS), dan sistem komunikasi berbasis satelit. Heli yang serba digital ini dibekali empat display layar berukuran 10 inchi pada kokpit. Lalu bagaimana dengan kombinasi senjata yang dibawa? Si Romeo dari Negeri Kangguru ini jelas sudah dibekali rudal anti tank Hellfire dan dan torpedo MK54. Australia secara keseluruhan memesan 24 unit MH-60R, dengan pesanan terakhir dijadwalkan akan diterima pada pertengahan 2016. Berikut spesifikasi teknis Seahawk MH-60R.
Sikorsky S-70B Seahawk RSN (Singapura)
Seahawk S-70B milik AL Singapura/RSN (Republic of Singapore Navy) menjadi lawan tanding terberat kedua bagi AS 565 Panther TNI AL. S-70B dipilih oleh 235 responden (37,36%). Dari spesifikasi dan peran yang dijalankan, S-70B tidak beda dengan MH-60R Australia, hanya saja kemampuan S-70B untuk misi AKS tidak sehebat MH-60R. Singapura total memiliki 6 unit Seahawk S-70B, heli ini dalam tugasnya menjadi kelengkapan sistem senjata pada frigat tercanggih di Asia Tenggara, Formidable Class. Dan berikut spesifikasi teknis Seahawk S-70B.
Seahawk S-70B milik AL Singapura/RSN (Republic of Singapore Navy) menjadi lawan tanding terberat kedua bagi AS 565 Panther TNI AL. S-70B dipilih oleh 235 responden (37,36%). Dari spesifikasi dan peran yang dijalankan, S-70B tidak beda dengan MH-60R Australia, hanya saja kemampuan S-70B untuk misi AKS tidak sehebat MH-60R. Singapura total memiliki 6 unit Seahawk S-70B, heli ini dalam tugasnya menjadi kelengkapan sistem senjata pada frigat tercanggih di Asia Tenggara, Formidable Class. Dan berikut spesifikasi teknis Seahawk S-70B.
Westland Super Lynx 300 TLDM (Malaysia)
Di luar dugaan, Super Lynx 300 TLDM (Tentara Laut DiRaja Malaysia) hanya menempati posisi terakhir sebagai lawan tanding AS 565 Panther TNI AL. Lynx 300 hanya dipilih 89 responden (14,15%). Reputasi Lynx tidak terbantahkan dalam kancah peperangan di lautan, ajang perang Malvinas membuktikan kehebatan generasi awal Lynx.
Di luar dugaan, Super Lynx 300 TLDM (Tentara Laut DiRaja Malaysia) hanya menempati posisi terakhir sebagai lawan tanding AS 565 Panther TNI AL. Lynx 300 hanya dipilih 89 responden (14,15%). Reputasi Lynx tidak terbantahkan dalam kancah peperangan di lautan, ajang perang Malvinas membuktikan kehebatan generasi awal Lynx.
Kecanggihan Lynx 300 terlihat dari fasilitas di kokpit yang memudahkan pilot saat mengudara, yakni lewt adopsi radar pengukur ketinggian Honeywell AN/APN-198, penentu arah penerbangan otomatis Rockwell Collin 206 A, Kompas BAE GMM9 Gyrosyn, penunjuk jarak terbang Distance Measuring Equipment (DME), instrument pendarat Rockwell Collins VIR 31A VHF Omni Directional Ranger and Instrument Landing System (VOR/ILS), dan perangkat sistem navigasi taktis Rockwell Collins AN/ARN-118 Tactical Air Navigation System (TACAN).
Mesin Super Lynx 300 terdiri dari dua mesin Roll Royce/LHTEC CT800-4N yang bisa dioperasikan hingga 10.00 jam dan dapat dioperasikan dengan cukup mudah serta serba digital, Full Authority Digital Engine Control (FADEC). Sementara perangkat avioniknya terdiri dari peralatan serba modern seperti GPS, inertial navigation, AHRS, doppler, dan masih banyak lainnya. Kemampuan mesin makin maksimal karena didukung rotor utama yang terbuat dari bahan komposit khusus yang mampu memaksimalkan Lynx saat melakukan hovering atau bermanuver. Bahan tail rotor juga berasal dari komposit khusus. Peran Lynx 300 untuk misi di lautan mencakup pengintaian, patroli laut baik untuk menghantam kapal-kapal perang musuh yang ada di permukaan maupun kapal selam, dan tentunya handal untuk dukungan misi SAR. Berikut adalah spesifikasi teknis Super Lynx 300.
Bagaimana dengan bekal senjata Lynx 300 Malaysia? Ada dua pilihan yang menjadi andalan, untuk misi melumat kapal selam, Lynx 300 Malaysia disiapkan membawa 2 torpedo MK46/54, atau bila ingin menghancurkan target kapal permukaan, sudah tersedia rudal anti kapal Sea Skua buatan MBDA. Lepas dari itu, Lynx 300 juga dapat melontarkan bom laut, untuk misi anti pembajakan/teror laut, pada door gun bisa disisipkan SMB (senapan mesin berat) M2HB kaliber 12,7 mm, atau mau yang lebih ringan dengan FN MAG GPMG (general purpose machine gun) kaliber 7,62 mm. AL Malaysia kini mengoperasikan 6 unit Super Lynx 300, heli ini dipersiapkan sebagai bagian dari senjata kapal pada frigat Lekiu Class dan Kasturi Class. (Indomiliter)
0 komentar:
Posting Komentar