Filipina juga menuntut akses penuh bagi diplomatnya untuk menemui warga Filipina yang ditahan di luar wilayah bergolak tersebut.
Tuntutan pemerintah Filipina yang disampaikan melalui Kementerian Luar Negeri, Minggu (10/3), disampaikan setelah ribuan warga Filipina dilaporkan melarikan diri dari Sabah.
Mereka ketakutan dengan laporan penyiksaan dan kekerasan yang dilakukan polisi Malaysia terhadap para pengikut Sultan Sulu Jamalul Kiram III.
Kepada harian Filipina The Philippine Daily Inquirer, para pengungsi itu mengaku kabur dari rumah mereka di Malaysia timur setelah mereka menyaksikan tindakan agresif aparat keamanan Malaysia saat memburu para pengikut Sultan Sulu.
Sekitar 100-300 orang bersenjata yang mengaku pasukan Kesultanan Sulu menyerbu Sabah Februari lalu. Mereka kemudian menduduki desa di Sabah dan mengklaim wilayah itu sebagai wilayahnya. Aksi mereka yang dipimpin oleh adik Sultan Sulu Agbimuddin Kiram itu mendorong pemerintah Malaysia menyerbu mereka.
Sedikitnya 53 pengikut Kesultanan Sulu tersebut dan delapan polisi tewas dalam bentrokan dalam beberapa hari terakhir. Polisi Malaysia Sabtu (9/3) juga menangkap 79 orang yang diduga terkait dengan kesultanan tersebut.
Seorang pengungsi menuturkan dia menyaksikan sejumlah pria Filipina diseret dari rumah mereka dan dipukuli. Pria Filipina itu kemudian diperintahkan untuk lari dan polisi menembaki mereka. Hal itu terjadi sekalipun mereka telah menunjukkan dokumen-dokumen imigrasi untuk membuktikan bahwa mereka menetap di Malaysia secara sah.
Laporan lainnya menyebutkan bahwa warga Malaysia dari keturunan Tausug termasuk korban operasi dan mendapat perlakuan brutal dari polisi Malaysia, tidak terkecuali mereka yang memegang MyKads. Tausug adalah sebutan untuk orang-orang Malaysia keturunan Sulu.
"Malaysia mengklaim menerapkan toleransi maksimum. Namun itu sama sekali tidak benar. Sebaliknya, yang terjadi adalah kekerasan maksimum. Bahkan perempuan hamil dan anak-anak ditembaki oleh pasukan Malaysia," ungkap Jacel Kiram, putri Jamalul Kiram, seperti dikutip oleh Manila Standard Today.
Seorang warga Filipina lainnya, Amira Taradji, mengatakan adiknya tewas dibunuh polisi Malaysia saat terjadi pengepungan terhadap para pengikut Sultan Sulu.
"Mereka menyeret semua lelaki dari rumah, menendang, dan memukuli mereka," ungkapnya melalui telepon dari Patikul, Sulu, kepada The Philippine Daily Inquirer.
Hal itu disampaikan tidak lama setelah dia tiba di Filipina berasama dengan 200 pengungsi lainnya, Jumat (8/3).
Menurut the Inquirer saat ini sekitar 1.000 pegungsi telah melarikan diri dari Sabah menuju Sulu dan Tawi-Tawi. Jumlah pengungsi diperkirakan akan terus bertambah seiring tindakan pemberangusan yang dilakukan aparat keamanan Malaysia.
Dalam bentrokan lainnya, polisi Malaysia menembak mati seorang remaja berusia antara 12-15 tahun dan melukai seorang pria, kemarin. Kepala kepolisian Malaysia Jenderal Ismail Omar mengatakan keduanya ditembak polisi di semak-semak tidak jauh dari zona pertempuran. (AP/themalaysiainside/Heryadi/Adf)
0 komentar:
Posting Komentar