Select Language

Selasa, 04 Juni 2013

RI Belum Punya Kawasan Bengkel Pesawat

Jakarta - Industri perawatan pesawat membutuhkan Aerospace Park sebagai kawasan terpadu untuk meningkatkan serapan pasar perawatan pesawat nasional dan internasional. 

Aerospace Park merupakan kawasan industri terpadu sebagai pusat kegiatan industri perawatan pesawat terbang.

Hingga kini kenyataanya Indonesia yang mempunyai puluhan maskapai penerbangan namun belum mempunyai Aerospace Park. Sementara negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura sudah punya.

Padahal keberadaan Aerospace Park dapat mendorong sinergi antar organisasi perawatan pesawat sehingga memberikan dukungan yang optimal bagi maskapai domestik untuk meraih keselamatan penerbangan, ketepatan waktu, dan biaya perawatan yang efektif.

"Kita belum mempunyai Aerospace Park dan diharapkan dapat meningkatkan daya saing kita," kata Direktur Utama PT GMF Aeroasia sekaligus Presideni IAMSA (Indonesia Aircraft Maintenance Shop Association) Richard Budihadiyanto saat memberi sambutan acara Aviation MRO Indonesia di Hotel Sultan Jakarta, Rabu (22/05/2013).

Menurut catatan Richard ada 67 organisasi perawatan pesawat di Indonesia yang terdaftar di Direktorat Kelayakan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU).

Sedangkan di sisi yang lain, potensi pasar industri penerbangan nasional yang mengoperasikan pesawat jet 100 penumpang tumbuh 15-20% per tahun dengan jumlah pesawat yang beroperasi 304 pesawat di tahun 20111 menjadi 480 pesawat pada tahunn 2016.

Ia mengatakan di negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, Aerospace Park telah dikembangkan. Di Singapura ada Seletar Aerospace Park (SAP) di lahan seluas 140 hektar dengan investasi US$ 60 juta pada tahun 2007 hingga 2017.

Malaysia juga mendirikan Malaysia International Aerospace Center (MIAC) di lahan 84 hektar dengan investasi US$ 91 juta pada tahun 2007 hingga 2010. Korea Selatan juga mengikuti jejak keduanya.

"Korea Selatan membangun Cheongju Internasional Airport di atas lahan 100 hektar tahun 2011 hingga 2020 dengan biaya US$ 35 juta," katanya. 

Sumber : Detikfinace

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner