Akhir pekan lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan delegasi lainnya bertolak ke Jerman dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Tentu ada beberapa agenda yang dibawa oleh presiden dalam lawatannya. Di antaranya adalah merealisasikan kesepakatan yang bernama 5+3. Lima yang berarti ekonomi, pendidikan, riset teknologi, kesehatan, dan industri. Sementara tiga berarti ketahanan pangan, energi, dan transportasi. Presiden mengatakan kunjungan ini memiliki tujuan dan kepentingan bagi Indonesia. Menurutnya, hubungan bilateral Indonesia dengan Jerman terus meningkat.
Jerman penting bagi Indonesia karena negara itu skala ekonominya terbesar di Eropa dan nomor empat di dunia. Pertemuan bilateral tersebut akan membahas tindak lanjut Kemitraan Komprehensif yang telah disepakati dalam bentuk Deklarasi Jakarta saat Kanselir Jerman mengunjungi Jakarta 10 Juli 2012 lalu. Kunjungan SBY ke Jerman juga sebagai kunjungan balasan atas kunjungan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Tak hanya itu, kunjungan tersebut juga akan menjajaki kerja sama dalam bidang alat utama sistem pertahanan (alutsista). SBY menegaskan modernisasi alutsista bukan untuk menyerang bangsa lain, apalagi rakyat Indonesia sendiri. Negeri ini tidak pernah menggunakan pesawat tempur, helikopter, tank, dan artileri untuk menembaki atau membunuh rakyatnya sendiri. Tidak di Aceh, di Papua, tidak di mana-mana.
SBY mengungkapkan hal itu untuk mengingatkan para menteri saat pertemuan dengan Presiden Jerman Joachim Gauck dan Kanselir Jerman Angela Merkel saat berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu. Saat itu SBY dan Merkel menandatangani Jakarta Declaration yang merupakan kerja sama antara Jerman dan Indonesia.
Presiden SBY mengingatkan dalam join conference di Istana Negara bersama Kanselir Merkel bahwa saat itu banyak isu di Eropa. Isu ini menyangkut kekhawatiran kalau kerja sama industri pertahanan termasuk pembelian alutsista, rawan bagi Eropa karena Indonesia dulu dianggap negara pelanggar HAM. Dalam pertemuan itu, SBY menegaskan alutsista memang tidak digunakan untuk berperang sehingga para pemimpin Jerman tersebut yakin bahwa Indonesia bukanlah negara pelanggar HAM.
Jerman penting bagi Indonesia karena negara itu skala ekonominya terbesar di Eropa dan nomor empat di dunia. Pertemuan bilateral tersebut akan membahas tindak lanjut Kemitraan Komprehensif yang telah disepakati dalam bentuk Deklarasi Jakarta saat Kanselir Jerman mengunjungi Jakarta 10 Juli 2012 lalu. Kunjungan SBY ke Jerman juga sebagai kunjungan balasan atas kunjungan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Tak hanya itu, kunjungan tersebut juga akan menjajaki kerja sama dalam bidang alat utama sistem pertahanan (alutsista). SBY menegaskan modernisasi alutsista bukan untuk menyerang bangsa lain, apalagi rakyat Indonesia sendiri. Negeri ini tidak pernah menggunakan pesawat tempur, helikopter, tank, dan artileri untuk menembaki atau membunuh rakyatnya sendiri. Tidak di Aceh, di Papua, tidak di mana-mana.
SBY mengungkapkan hal itu untuk mengingatkan para menteri saat pertemuan dengan Presiden Jerman Joachim Gauck dan Kanselir Jerman Angela Merkel saat berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu. Saat itu SBY dan Merkel menandatangani Jakarta Declaration yang merupakan kerja sama antara Jerman dan Indonesia.
Presiden SBY mengingatkan dalam join conference di Istana Negara bersama Kanselir Merkel bahwa saat itu banyak isu di Eropa. Isu ini menyangkut kekhawatiran kalau kerja sama industri pertahanan termasuk pembelian alutsista, rawan bagi Eropa karena Indonesia dulu dianggap negara pelanggar HAM. Dalam pertemuan itu, SBY menegaskan alutsista memang tidak digunakan untuk berperang sehingga para pemimpin Jerman tersebut yakin bahwa Indonesia bukanlah negara pelanggar HAM.
0 komentar:
Posting Komentar