Select Language

Selasa, 18 September 2012

Militer Indonesia dan Kontrak Pembelian Alutsista (No Hoax)



Selamat pagi semuanya.. Udara pagi di hari libur ini membuat saya semangat. Semangat saya juga untuk menulis kembali terbangkitkan. Biasanya saya menulis artikel di tengah malam, bahkan terkadang menulis sambil menahan ngantuk sehingga yang di tulis terkadang sedikit ‘ngelantur’. Tapi kali ini dengan udara pagi yang begitu segar, saya siap menulis artikel dengan pikiran dan otak yang segar.. hehee.. Mudah-mudahan hasil artikel ini juga segar.


Artikel kali ini sebenarnya tidaklah berita baru, tetapi sebatas analisa sedikit mengenai kontrak-kontrak pembelian yang sudah ditanda tangani oleh pemerintah Indonesia akhir-akhir ini. Kenapa saya tertarik menulis artikel ini? Mungkin anda bertanya-tanya seperti itu. Benar bahwa saya memiliki tujuan di baliknya. Beberapa waktu lalu, saya mengunjungi blog militer Negara tetangga yang cukup popular di Negara tersebut. Nah disana terjadi perdebatan sengit (sengit dalam artian di sertai caci maki, sumpah serapah, dan sejenisnya) antara beberapa pengunjung dari Indonesia dan dari tuan rumah. Saya sendiri tidak berminat untuk terlibat dalam perdebatan mereka, karena saya sangat tidak nyaman dengan banyaknya komentar yang kurang sedap di pandang disana. Salah satu yang cukup menggelitik adalah komentar yang mengatakan bahwa kontrak-kontrak pembelian Indonesia seperti pembelian 9 pesawat C-295 adalah ‘HOAX’ alias hanya dibesar-besarkan saja oleh pihak Indonesia. Membaca komentar-komentar tersebut, saya ingin ketawa sendiri. Apa mereka tidak pernah membaca berita ya, sehingga tidak tau masalah yang seperti itu. Padahal mereka sehari-hari berdebat di forum/blog militer loh.. Yang lebih menggelikan adalah komentar yang mengatakan bahwa Indonesia tidak punya uang untuk mebeli itu semua, sehingga menurut mereka menguatkan dugaan mereka bahwa semua itu Cuma HOAX.


Nah berangkat dari kenyataan bahwa banyak pengunjung blog militer yang belum mengetahui tentang belanja militer Indonesia sehingga dianggap sebagai HOAX, maka dari ini saya coba merangkumkan berita-berita pembelian alutsista Indonesia yang sudah ditanda-tangani kontraknya. Yang belum ditanda-tangani kontraknya tidak akan saya masukkan di sini sehingga semua yang saya masukkan dipastikan bukan HOAX. Ini juga sebagai jawaban saya sebagai Admin AnalisisMiliter.com atas komentar-koentar dari blog-blog militer dari Negara mana saja yang meragukan kebenaran beritanya.


150 Triliun untuk Modernisasi Militer Indonesia 2009-2014 HOAX?


Salah satu kebijakan pemerintah Indonesia adalah melakukan modernisasi Militer Indonesia yang dijalankan dengan programMEF (Minimum Essential Force) yang telah dimulai pada tahun 2009 yang lalu. Nah MEF ini sendiri dilakukan dalam 3 tahapan rencana strategis (Renstra), yaitu Renstra I (2009-2014), Renstra 2 (2015-2019) dan Renstra 3 (2020-2024). Nah untuk menjalankan MEF ini tentunya diperlukan dana yang tidak sedikit. Bahkan bisa dikatakan kebutuhan dananya sangatlah besar, bahkan belum pernah Indonesia mengeluarkan dana modernisasi sebesar itu sejak jaman Suharto dahulu.


Nah untuk MEF tahap pertama (Renstra I) yang dilaksanakan dari 2009-2014 telah dianggarkan dananya sebanyak Rp 150 Triliun. Nah banyak sekali komentar-komentar miring dari Negara lain yang tidak yakin bahwa Indonesia memiliki dana segitu besar untuk memodernisasi militernya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Indonesia yang menurut mereka ‘miskin’ tentu tidak memiliki dana sebesar itu, sehingga mereka mengatakan ini adalah HOAX. Lalu apakah dana Rp 150 Triliun untuk MEF tahap pertama ini adalah HOAX??? Kalau hanya saya yang mengeluarkan peryataan ini bisa jadi itu adalah HOAX. Tetapi kalau yang mengeluarkan pernyataan adalah Menteri Pertahanan dan Pemerintah dan sebagai sudah di realisasikan apakah itu dianggap HOAX??


Bersumber dari portal AntaraNews.com, menteri pertahanan Indonesia disebutkan mengeluarkan pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) memiliki dana senilai Rp150 triliun untuk belanja dalam lima tahun mendatang yang akan dialokasi untuk tiga pos penting, terutama terkait dengan peremajaan alat utama sistem pertahanan (alutsista). Usai membuka Rapat Pimpinan Kementerian Pertahanan, ia mengatakan, anggaran tersebut digunakan untuk tiga hal, antara lain Rp50 triliun dana on top untuk percepatan minimum essential force (MEF), Rp55 triliun untuk alutsista, dan Rp45 triliun untuk pemeliharaan dan perawatan. Harap dipahami dana ini adalah untuk percepatan MEF, yaitu pembelian alutsista seta perawatan dan pemeliharannya. Jadi dana ini berbeda dengan dana operasional militer seperti kesejahteraan prajurit maupun lainnya.


Bahkan dana tersebut sebagian sudah di alokasikan/direalisasikan seperti yang akan saya sebagai admin AnalisisMiliter.com sebutkan dibawah nantinya. Sebagian yang akan saya sebutkan dibawah adalah yang masuk dalam prioritas pembelian di tahun 2011. Namun setelah adanya kontrak 2011, di tahun 2012 juga pemerintah Indonesia juga memiliki prioritas pembelian dari anggaran Rp 150 Triliun tersebut. Nah dari dana tersebut, prioritas pembelian alutsista Indonesia pada tahun 2012 adalah sebagai berikut :


1. TNI Angkatan Darat (TNI AD):


Main Battle Tank, senjata anti altileri berupa roket, multiple launcher rocket system, dan meriam armed dengan fokus meriam kaliber 150 mm. TNI AD juga berencana membeli senjata artileri pertahanan udara yang difokuskan pada peluru kendali dan helikopter yang difokuskan pada helikopter serbu dan serang, serta Panser yang akan dibuat oleh PT Pindad.

2. TNI Angkatan Udara (TNI AU):

Senjata anti pesawat udara, pesawat tempur F16, helikopter Cougar 735 sejenis Super Puma, dan Hercules sebanyak empat unit dari Australia.


3. TNI Angkatan Laut (TNI AL):

Sea Rider, Fastboat Patrol, Kapal Perusak, Hidro Oceanic, Kapal Latih untuk pengganti KRI dewarutji. Selain itu, ada juga kapal-kapal administrasi, seperti kapal angkutan tank dan minyak, serta kapal selam.


Nah dari berbagai prioritas yang telah disusun oleh pemerintah Indonesia mengenai alokasi anggaran Rp 150 Triliun ini, sebagian sudah direalisasikan yang ditandai dengan penanda tanganan kontrak pembelian alutsista-alutsita yang di prioritaskan tersebut. Sebagian dalam list dibawah ini adalah realisasi dari prioritas pembelian tahun 2011 dan sebagian lagi dari prioritas pembelian di Tahun 2012. Berikut detailnya :


Kontrak Pembelian Super Tucano dari Brazil


Soper Tucano adalah pesawat COIN yang bisa digunakan sebagai pesawat bantuan serangan udara, anti geriliawan dan sejenisnya. Pesawat ini dimaksudkan sebagai pengganti pesawat OV-10 Bronco yang telah pension. Indonesia dan Brazil telah menandatangani pembelian 16 Super Tucano dari Brazil senilai 260 juta dolar. Pembelian ini agaknya bertahap, dimana 8 unit dibeli dengan angaran tahun 2010, dan 8 unit dibeli dengan anggaran 2011 (CMIIW). Diharapkan di tahun 2012 ini, ke 16 pesawat Super Tucano ini sudah tiba di Indonesia. Penanda tanganan kontrak ini dilakukan pada bulam Desember 2010 yang lalu.


Kontrak Pembelian T-50 LIFT dari Korea Selatan


Kontrak pembelian selanjutnya yang dilakukan Indonesia sebagai bagian dari anggaran Rp 150 Triliun tadi adalah pembelian 16 T-50 dari Korea Selatan. Pesawat T-50 adalah pesawat LIFT (Lead In Fighter Trainer) yaitu pesawat yang digunakan sebagai pesawat atih tingkat lanjut sebelum seorang pilot mengawaki pesawat Fighter sungguhan seperti F-16, Su-27/30, dan F-5 E/F. Pesawat ini diharapkan akan menjadi andalan TNI AU untuk menghasilkan pilot-pilot handal. Nilai kontrak pembelian ini adalah sekitar 400 juta dolar. Kontrak dilakukan pada bulan Mei 2011 yang lalu.


Kontrak Pembelian 3 Kapal Selam ChangBogo Class


Selanjutnya kontrak lainnya yang masih bagian dari realisasi anggaran Rp 150 Triliun ini adalah pembelian 3 Kapal Selam Changbogo Class dari Korea Selatan. Kapal selam ini 2 akan di kerjakan di Korea Selatan dan 1 di Indonesia. Nilai kontrak ini bisa dikatakan cukup fantastis yaitu sekitar 1,1 Miliar Dolar. Kapal selam ini nantinya akan menemani 2 U-209 yang telah dimiliki Indonesia. Kontrak di tanda tangani pada 20 Desember 2011 yang lalu.


Kontrak Pembelian 9 Pesawat C-295 dari Spanyol


Kontrak selanjutnya adalah pembelian 9 C-295 dari Spanyol. Pesawat C-295 adalah pesawat angkut yang merupakan pengembangan dari pesawat CN-235. Dan sekilas, kedua pesawat ini memang mirip namun C-295 lebih panjang body-nya. Pesawat ini diharapkan akan menggantikan peranan Fokker-27 TNI AU yang telah tua. Kontrak pembelian ini dilakukan pada tanggal 15 Februari 2012 lalu dengan nilai kontrak sekitar 325 Juta dolar (Rp 2,9 Triliun)


Hibah dan Upgrade 24 F-16 dari Amerika


Bagian dari modernisasi TNI AU yang sangat memerlukan pesawat work horse seperti F-16 dalam jumlah yang banyak,pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika telah menyetujui hibah 24 F-16 C/D Block 25 yang akan di upgrad menjadi setara block 52. Hibah pesawat ini sendiri adalah gratis, namun karena Indonesia ingin mengupgrade ke 24 pesawat tersebut dan 10 F-16 exsisting TNI AU, maka pemerintah Indonesia menganggarkan dana upgrade sebanyak 750 juta dolar


Saat ini proses upgrade ke 24 pesawat hibah tersebut sedang berlangsung, dan diharapkan pada tahun 2014, ke 24 pesawat tersebut sudah dating secara bertahap ke Indonesia. selanjutnya 10 F-16 TNI AU existing juga akan di upgrade supaya memiliki standar yang sama. Sehingga nantinya Indonesia akan memiliki 34 F-16 setara Block 52.


Kontrak Pembelian 6 Su-30 MK2 dari Rusia


Kontrak lainnya yang dilakukan untuk TNI AU adalah kontrak pembelian 6 Su-30MK2 yang dimaksudkan melengkapi satu Skuadron Su-27/30 di angkatan udara Indonesia. Saat ini, Sukhoi Indonesia jumlahnya masih 10 pesawat. Pembelian 6 Su-30 MK2 ini memakai anggaran sebesar 470 Juta dolar. Kontrak ini ditandatangani pemerintah Indonesia dan Rusia pada tanggal 29 Desember 2011 yang lalu.


Kontrak Pembelian 37 Amphibi Tank BMP-3F Batch 2 dari Rusia


Kontrak lainya untuk Marinir Indonesia adalah penambahan tank amphibi TNI AL yaitu BMP-3F. Sebelumnya Marinir telah mengoperasian 17 BMP-3F. Pada pembelian batch ke dua ini, Indonesia membeli 37 BMP-3F dari Rusia dengan nilai kontrak 114 juta dolar. Harga ini sudah termasuk amunisi, spare part dan biaya pengiriman. Kontrak ini di tanda tangani pada tanggal 11 Mei 2012 yang lalu.


Selain itu ada beberapa kontrak lama yang sedang di kerjakan saat ini, terutama yang dipesan dari Negara Indonesia sendiri yaitu :
Pembelian 3 CN-235 MPA (Pesawat Intai Maritim) dari PT DI
3 Unit Helikopter Bell 412 EP (sudah diserahkan, 2 untuk TNI AD dan 1 untuk TNI AL) Produksi PT DI
Kapal Trimaran Klass
Kapal Perang Clurit Class
Dll



Selain kontrak-kontrak yang telah di tanda tangani diatas dan yang telah saya sebutkan diatas sebenarnya masih banyak yang belum saya masukkan. Hal ini karena keterbatasan waktu saya membongkar arsip-arsip lama saya sehingga yang saya ingat ini saja yang saya sebutkan. Namun jika anda memiliki data kontrak lainnya, mohon di sampaikan agar datanya saya update.


Kesimpulan : Apakah Kontrak itu semua HOAX?


Kesimpulan dirangkum sebagai jawaban dari komentar yang menyatakan bahwa pembelian alutsista Indonesia adalah HOAX. Membaca tulisan diatas, silahkan semua pembaca menilai, apakah semuanya itu HOAX atau nyata. Orang yang bisa membaca berita-berita saya kira tidak akan mengatakan bahwa itu HOAX, kecuali orang yang berita di negaranya sangat di batasi pemerintah sehingga hanya berita baik tentang negaranya yang di beritakan sedangkan berita baik dari Negara lain tidak di beritakan. Kalau memang seperti itu, kita bisa maklum kenapa ada yang memberikan komentar bahwa itu semua HOAX. Kemungkinan besar dia tidak mendapatkan informasi yang upto date di negaranya. Mudah-mudahan dengan membaca artikel ini ketidaktauan mereka terobati.

Kemudian menjawab tuduhan komentar dari blog Negara tetangga yang mengatakan Indonesia adalah ‘miskin’ sehingga tidak akan mampu menyediakan dana Rp 150 Triliun untuk modernisasi militer dalam jangka 5 tahun, lagi-lagi dari berita dan realisasi kontrak tersebut dengan sendirinya terbantahkan. 

Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya bahwa dana Rp 150 Triliun untuk MEF Renstra I (2009-2014), akan di pecah dalam 3 bagian yaitu Rp 50 Triliun dana on top untuk percepatan minimum essential force (MEF), Rp 55 Triliun untuk alutsista, dan Rp 45 Triliun untuk pemeliharaan dan perawatan. Dari ketiga komponen tersebut yang digunakan untuk pembelian alutsista adalah Rp 55 Triliun. Sementara dari total diatas masih Rp 30,77 Triliun. Itu artinya Indonesia masih memiliki cadangan dana sebesar Rp 24,23 Triliun khusus membeli alutsista sampai 2014. Itu belum termasuk dana Rp 45 Triliun untuk percepatan MEF diatas. Ingat dana ini adalah dana sampai tahun 2014, setelahnya akan ada dana lanjutan selain dana ini.

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner