Select Language

Rabu, 13 November 2013

Kemenhan Diminta Evaluasi Alutsista Dari Rusia

Kecelakaan helikopter M-17 milik TNI AD boleh jadi merupakan sinyal tentang lemahnya perawatan alutsista yang dibeli dari Rusia. Anggota Komisi I DPR yang juga pensiunan tentara mengungkapkan kekurangan alutsista Rusia. 
JAKARTA-(IDB) : Jatuhnya helikopter M-17 milik TNI AD di Kalimantan Utara menimbulkan pilu tersendiri karena kejadian itu menewaskan belasan tentara. Namun, di luar itu ada sebuah pertanyaan: benarkah heli itu jatuh karena human error?

Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin mengungkapkan, helikopter itu berjenis serbaguna. Selain bisa menyerbu, helikopter itu dapat mengangkut kebutuhan mobilitas dan alutsista. Dibeli dari Rusia pada 2011, helikopter itu terbilang baru. 

Ia meminta Kementerian Pertahanan untuk mengevaluasi semua alutsista baru yang digunakan semua matra TNI. "Selama ini kita mampu membeli alutsista modern sampai ratusan triliun rupiah. Tapi apakah kita juga membeli suku cadang yang cukup? Bagaimana dengan pemeliharaan dan transfer teknologinya?" kata politisi PDIP ini, Minggu (10/11).

Pensiunan tentara ini mengingatkan, helikopter MI-17V adalah kendaraan udara yang bagus dan andal. Amerika Serikat juga membelinya untuk mendukung pasukan yang turun di Afghanistan.

Hanya, perlu diingat bahwa jam terbang mesin Rusia biasanya pendek. Agak rewel. Perawatan periodek harus dilakukan secara ketat setiap 100 jam terbang. Kemudian, setiap 500 jam terbang harus di-overhaul. Umur mesin hanya sampai maksimum 1.500 jam terbang. Lebih dari itu, harus diganti mesin baru.

"Filosofi perawatan pesawat Rusia sangat berbeda dengan pasawat Eropa/NATO atau Amerika. Perlu dilakukan audit dan evaluasi menyeluruh atas sistem perawatan dan implementasi kontrak pembelian," ujarnya.

DPR : Pembelian Heli Dari Rusia Sebaiknya Dievaluasi
DPR minta pabrikan helikopter milik TNI AD yang jatuh dilibatkan dalam investigasi. Selanjutnya, TNI AD perlu mengevaluasi pembelian helikopter buatan Rusia tersebut.
Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq meminta pihak pembuat helikopter MI-17 dilibatkan dalam investigasi dan penyelidikan jatuhnya helikopter tersebut.  Seperti diketahui, helikopter multifungsi MI-17 milik TNI AD jatuh di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara yang dekat perbatasan dengan Malaysia.

Dengan melibatkan produsen maka kelemahan helikopter dan penyebab jatuhnya segera diketahui. Dengan demikian, TNI AD dapat mengevalusi efektivitas helikopter tersebut, terutama untuk medan di Indonesia. 

"Bagus jika TNI melibatkan pabrikan MI-17 sehingga bisa dideteksi adakah kelemahan pada pesawat yang bisa pengaruhi operasional pesawat heli MI-17 lainnya," kata Mahfudz, Selasa (12/11).

Menurut politisi PKS ini, Komisi I akan segera memanggil Panglima TNI dan Kepala Staff TNI AD untuk membahas insiden jatuhnya helikopter MI-17 tersebut. Pemanggilan itu dilakukan begitu masa reses DPR berakhir.

Dalam rapat itu, Komisi I akan meminta dilakukan evaluasi secara serius atas peristiwa kecelakaan tersebut. Hasil evaluasi itulah yang dijadikan dasar keputusan penggunaan helikopter buatan Rusia itu. "Jika kelemahan di pesawat, akan dievaluasi ulang pengadaan helikopter dari Rusia," ujarnya.

KSAD Jenderal TNI Budiman berjanji akan mengirim utusan ke pabrik heli, yakni Rosoboronexport untuk proses investigasi. Yang pasti,  "Pembangunan pos tetap harus dilanjutkan," kata Budiman di Semarang,  Senin (11/11).

Hasil investigasi sementara atas jatuhnya helikopter tersebut, beban angkut seberat 2,1 ton, jauh di bawah kapasitas maksimal yaitu 3 ton. Penyebab jatuhnya helikopter diduga karena terhempas angin yang cukup kuat sehingga mengalami downdraft, tidak terkendali. Kemudian baling-baling terkena pohon sehingga terpelintir masuk ke jurang. Avtur sebanyak 300 liter yang dibawa sebagai cadangan pun terbakar dalam peristiwa itu.

Sumber : Jurnamen

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner