Bulan April 2014 yang lalu, tetangga selatan Indonesia, Australia mengumumkan rencana pembelian 58 F-35 A Joint Strike Fighter buatan Lockheed Martin senilai $11.6 Miliar. Pesanan ini merupakan pesananan tahap kedua Australia dimana sebelumnya ditahun 2009, mereka juga sudah memesan 14 unit F-35 A JSF. Dengan kedua tahap pemesanan ini, maka Australia akan memiliki 72 F-35 A JSF yang diharapkan sudah full operasional pada tahun 2023.
Pesanan 72 unit F-35 A JSF Australia ini memang turun dibandingkan komitmen awal mereka untuk membeli 100 unit F-35 A. Penyebab turunnya jumlah pesanan Australia ini adalah karena harga akuisis F-35 A yang mengalami kenaikan dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya.
72 unit F-35 A JSF pesanan Asutralia ini direncakana akan dilebur kedalam 3 Skuadron, dimana 2 skuadron akan bermarkas di RAAF Base Williamtown, New South Wales dan 1 skuadron di RAFF Base Tindal, Northern Territory. Sebagai tambahan, akan dibuatkan sebuah skuadron untuk keperluan training yang juga akan bermarkas di RAAF Base Williamtown.
Calon Lokasi Skuadron F-35 Singapur dan Australia. Map by Google Map
Dimasa datang, Australia juga masih membuka peluang untuk mengakuisisi sampai dengan 100 unit F-35A. Sehingga Australia akan memiliki Skuadron F-35A ke empat yang direncakan akan di tempatkan di RAAF Base Amberley.
F-35 B Untuk Singapura Tinggal Menunggu Waktu
Tidak jauh berbeda dengan Australia, tetangga dekat Indonesia lainnya, Singapura juga sudah menunjukkan minat yang sangat besar untuk mengakusisi varian F-35 JSF. Walapun ketertarikan ini belum dilanjutkan dengan pemesanan, namun berbagai sumber berita menyebutkan bahwa Singapura sejak tahun 2011 sudah melakukan study terhadap F-35B (varian Short Take Off and Vertical Landing - STOVL) varian yang sama dengan Corps Marinir Amerika. Varian F-35B STOVL ini memungkinkan untuk Landing secara vertical sehingga tidak memerlukan landasan yang panjang.
Varian F-35B ini akan memberikan Singapura kemampuan baru dalam hal STOVL (Short Take Off and Vertical Landing). Sebagaimana kita ketahui bahwa Singapura adalah Negara yang sangat kecil secara wilayah geografis, dimana ujung timur dan ujung barat pulau terbesarnya saja hanya berjarak 42 Km dan 23 Km dari ujung utara ke ujung Selatan. Kondisi ini juga membuat Singapura hanya memiliki sedikit landasan udara untuk keperluan Militer mereka. Dengan adanya kemampuan STOVL dalam F-35B ini akan membuat Singapura memiliki banyak pilihan tempat untuk mendeploy armada F-35B mereka. Dan dibeberapa sumber disbutkan bahwa sebagaian jalan raya di Singapura sudah dibuat untuk mendukung adanya Take Off dan Landing pesawat tempur, seperti yang pernah di uji coba di Lim Chu Kang Road tahun 2008 lalu dimana F-16 landing dan take off dari jalan tersebut.
Factor lain yang mungkin membuat Singapura semakin optimis untuk memilih F-35B adalah kenyataan bahwa F-35B ini memungkin untuk Landing dan Take Off dari Kapal Induk dan Landing Helicopters Dock (LHD). F-35B ini sudah pernah sukses diuji coba untuk Take Off dan Vertical Landing di kapal perang USS Wasp jenis LHD (Landing Helicopters Dock). Kemampuan STOVL dari LHD ini akan memberikan Singapura untuk mengoperasikan F-35B dari LHD sehingga keterbatasan wilayah Geografis bisa diatasi.
F-35B Landing dan take oof dari USS Wasp LHD. Image Source : navylive.dodlive.mil
Memang benar, belum ada kepastian kapan Singapura akan mengakuisis F-35B ini, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa akusisi ini hanyalah menunggu waktu dan akan menjadi pengganti armada F-5 mereka.
Corps Marinir Amerika di Darwin Juga Memiliki F-35 B?
Beberapa tahun lalu, Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka akan menampatkan armada Corps Marinir mereka di Darwin Australia, yang sangat berdekatan dengan Indonesia. Saya sendiri sebagai penulis di AnalisisMiliter.com belum mengetahui secara pasti apakah Corps Marinir Amerika di Darwin, Australia akan dilengkapi dengan armada F-35B atau tidak. Namun dibeberapa sumber disebutkan bahwa Corps Marinir Amerika ini juga akan dilengkapi dengan F-35B dan pendukungnya.
Hal ini bisa saja terjadi mengingat konsern Amerika terhadap kebangkitan militer China dan Konflik Laut China Selatan yang semakin memanas, sehingga bukan tidak mungkin F-35B Corps Marinir Amerika akan bercokol ditetangga Indonesia, tepatnya di Darwin, Australia.
Tahun 2020-an, Indonesia Menghadapi Ratusan F-35
Dari penjelasan diatas sudah kita lihat bahwa sekitar tahun 2020an nanti, tetangga dekat Indonesia sudah akan mengoperasikan ratusan F-35. Keadaan ini akan membuat Indonesia dikelilingi ratusan Fighter generasi ke-5 milik Australia dan Singapura serta mungkin US Marinir Corps. Hal ini akan mebuat suka atau tidak suka, siap tidak siap, Indonesia sebagai Negara yang besar harus memperhitungkannya.
Indonesia yang saat ini, jauh tertinggal dari Singapura dan Australia dalam hal pertahan udara, akan semakin tertinggal jauh jika tidak segera melakukan sebuah pergerakan nyata untuk memperbaiki kelemahan pertahanan udara Indonesia dalam menghadapi ancaman nyata dari ratusan F-35 ini dimasa datang.
Lalu apa yang harus dilakukan Indonesia untuk menghadapi ancaman nyata ini? Saya sendiri kurang tau pasti apa langkah yang sudah dipersiapkan pemerintah Indonesia. Namun saya sangat berharap sekali pemerintah Indonesia dan pihak-pihak yang terlibat didalam mengambil arah kebijakan pertahanan Indonesia, tidak hanya berdiam diri dan menutup mata akan ancaman nyata ini.
Ada beberapa aspek yang menurut saya masih lemah dan harus diperbaiki dengan significan sebagai langkah untuk mengantisipasi ancaman ratusan F-35 di tahun 2020an ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
Pesanan 72 unit F-35 A JSF Australia ini memang turun dibandingkan komitmen awal mereka untuk membeli 100 unit F-35 A. Penyebab turunnya jumlah pesanan Australia ini adalah karena harga akuisis F-35 A yang mengalami kenaikan dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya.
72 unit F-35 A JSF pesanan Asutralia ini direncakana akan dilebur kedalam 3 Skuadron, dimana 2 skuadron akan bermarkas di RAAF Base Williamtown, New South Wales dan 1 skuadron di RAFF Base Tindal, Northern Territory. Sebagai tambahan, akan dibuatkan sebuah skuadron untuk keperluan training yang juga akan bermarkas di RAAF Base Williamtown.
Calon Lokasi Skuadron F-35 Singapur dan Australia. Map by Google Map
Dimasa datang, Australia juga masih membuka peluang untuk mengakuisisi sampai dengan 100 unit F-35A. Sehingga Australia akan memiliki Skuadron F-35A ke empat yang direncakan akan di tempatkan di RAAF Base Amberley.
F-35 B Untuk Singapura Tinggal Menunggu Waktu
Tidak jauh berbeda dengan Australia, tetangga dekat Indonesia lainnya, Singapura juga sudah menunjukkan minat yang sangat besar untuk mengakusisi varian F-35 JSF. Walapun ketertarikan ini belum dilanjutkan dengan pemesanan, namun berbagai sumber berita menyebutkan bahwa Singapura sejak tahun 2011 sudah melakukan study terhadap F-35B (varian Short Take Off and Vertical Landing - STOVL) varian yang sama dengan Corps Marinir Amerika. Varian F-35B STOVL ini memungkinkan untuk Landing secara vertical sehingga tidak memerlukan landasan yang panjang.
Varian F-35B ini akan memberikan Singapura kemampuan baru dalam hal STOVL (Short Take Off and Vertical Landing). Sebagaimana kita ketahui bahwa Singapura adalah Negara yang sangat kecil secara wilayah geografis, dimana ujung timur dan ujung barat pulau terbesarnya saja hanya berjarak 42 Km dan 23 Km dari ujung utara ke ujung Selatan. Kondisi ini juga membuat Singapura hanya memiliki sedikit landasan udara untuk keperluan Militer mereka. Dengan adanya kemampuan STOVL dalam F-35B ini akan membuat Singapura memiliki banyak pilihan tempat untuk mendeploy armada F-35B mereka. Dan dibeberapa sumber disbutkan bahwa sebagaian jalan raya di Singapura sudah dibuat untuk mendukung adanya Take Off dan Landing pesawat tempur, seperti yang pernah di uji coba di Lim Chu Kang Road tahun 2008 lalu dimana F-16 landing dan take off dari jalan tersebut.
Factor lain yang mungkin membuat Singapura semakin optimis untuk memilih F-35B adalah kenyataan bahwa F-35B ini memungkin untuk Landing dan Take Off dari Kapal Induk dan Landing Helicopters Dock (LHD). F-35B ini sudah pernah sukses diuji coba untuk Take Off dan Vertical Landing di kapal perang USS Wasp jenis LHD (Landing Helicopters Dock). Kemampuan STOVL dari LHD ini akan memberikan Singapura untuk mengoperasikan F-35B dari LHD sehingga keterbatasan wilayah Geografis bisa diatasi.
F-35B Landing dan take oof dari USS Wasp LHD. Image Source : navylive.dodlive.mil
Memang benar, belum ada kepastian kapan Singapura akan mengakuisis F-35B ini, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa akusisi ini hanyalah menunggu waktu dan akan menjadi pengganti armada F-5 mereka.
Corps Marinir Amerika di Darwin Juga Memiliki F-35 B?
Beberapa tahun lalu, Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka akan menampatkan armada Corps Marinir mereka di Darwin Australia, yang sangat berdekatan dengan Indonesia. Saya sendiri sebagai penulis di AnalisisMiliter.com belum mengetahui secara pasti apakah Corps Marinir Amerika di Darwin, Australia akan dilengkapi dengan armada F-35B atau tidak. Namun dibeberapa sumber disebutkan bahwa Corps Marinir Amerika ini juga akan dilengkapi dengan F-35B dan pendukungnya.
Hal ini bisa saja terjadi mengingat konsern Amerika terhadap kebangkitan militer China dan Konflik Laut China Selatan yang semakin memanas, sehingga bukan tidak mungkin F-35B Corps Marinir Amerika akan bercokol ditetangga Indonesia, tepatnya di Darwin, Australia.
Tahun 2020-an, Indonesia Menghadapi Ratusan F-35
Dari penjelasan diatas sudah kita lihat bahwa sekitar tahun 2020an nanti, tetangga dekat Indonesia sudah akan mengoperasikan ratusan F-35. Keadaan ini akan membuat Indonesia dikelilingi ratusan Fighter generasi ke-5 milik Australia dan Singapura serta mungkin US Marinir Corps. Hal ini akan mebuat suka atau tidak suka, siap tidak siap, Indonesia sebagai Negara yang besar harus memperhitungkannya.
Indonesia yang saat ini, jauh tertinggal dari Singapura dan Australia dalam hal pertahan udara, akan semakin tertinggal jauh jika tidak segera melakukan sebuah pergerakan nyata untuk memperbaiki kelemahan pertahanan udara Indonesia dalam menghadapi ancaman nyata dari ratusan F-35 ini dimasa datang.
Lalu apa yang harus dilakukan Indonesia untuk menghadapi ancaman nyata ini? Saya sendiri kurang tau pasti apa langkah yang sudah dipersiapkan pemerintah Indonesia. Namun saya sangat berharap sekali pemerintah Indonesia dan pihak-pihak yang terlibat didalam mengambil arah kebijakan pertahanan Indonesia, tidak hanya berdiam diri dan menutup mata akan ancaman nyata ini.
Ada beberapa aspek yang menurut saya masih lemah dan harus diperbaiki dengan significan sebagai langkah untuk mengantisipasi ancaman ratusan F-35 di tahun 2020an ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan Jumlah dan Kualitas Satuan Radar di Seluruh Wilayah Indonesia.
2. Akuisisi Kemampuan Airborne early warning and control (AEW&C) untuk mengawasi seluruh wilayah Udara Indonesia dari potensi Ancaman.
3. Integrasi ketiga matra (AD, AL, dan AU) dalam satu Network Centryc Warfare System
4. Akuisisi Surface to Air Missile (SAM) jarak menengah sekelas Aster-30 atau S-300 family.
5. Peningkatan jumlah dan kualitas Fighter di TNI AU
Saat ini, Satuan Radar Indonesia masih kurang sehingga dibutuhkan penambahan baik jumlah maupun kualitasnya. Hal ini karena masih banyak wilayah Indonesia yang belum terawasi oleh satuan radar Kohanudnas. Fakta lain adalah bahwa tetangga sebagai ancaman potensial memiliki kemampuan untuk mengganggu kenerja Satuan Radar Indonesia, sebut saja Australia dengan armada E/A-18 Growler mereka. Sehingga tidak hanya jumlah Satuan Radar saja yang perlu di tingkatkan, tetapi kualitasnya juga perlu ditingkatkan agar bisa mengatasi ancaman jammer lawan.
Untuk armada Airborne early warning and control (AEW&C), praktis saat ini Indonesia tidak memilikinya. Padahal adanya pesawat AEW&C ini akan memberikan dampak perkuatan pengawasan kedaulatan Udara Indonesia secara significan. Tanpada adanya armada AEW&C di Indonesia, akan sangat susah bagi Indonesia untuk bisa melawan Ratusan F-35 yang dilengkapi dengan banyak pesawat AEW&C di sisi Singapura dan Australia.
Akuisisi Surface to Air Missile (SAM) kelas menengah sekelai Aster-30 ataupun S-300 family akan memberikan dampak positif bagi Indonesia untuk memastikan bahwa pesawat sekelas F-35 sekalipun akan berpikir ulang untuk mengganggu kedaulatan udara Indonesia. Tanpa adanya SAM yang mumpuni, maka bisa disebutkan bahwa Indonesia ‘memberikan kesempatan’ bagi (calon) armada F-35 Singapura dan Australia untuk mengusik kedaulatan Indonesia.
Selain itu, penambahan armada fighter baru bagi Indonesia saat ini sangat penting sekali sebagai bentuk ‘antisipasi’ atas adanya ratusan F-35 di Singapura dan Australia di tahun 2020an nanti. Namun, dari perencanaan yang sudah disusun saat ini untuk penambahan kekuatan fighter di TNI AU, saya belum melihat sebuah langkah nyata yang ditujukan secara khusus untuk mengantisipasi kehadiran ratusan F-35 ini. Sebagai mana kita ketahui, rencana paling dekat ‘hanyalah’ penggantian satu Skuadron F-5 TNI AU, yang belum ada kepastian sampai saat ini. Selebihnya adalah project KFX/IFX bersama Korea Selatan yang diharapkan akan rampung di tahun 2023-2030 nanti.
Selain itu, menjelang 2020an ini, praktis belum terdengar rencana Pemerintah Indonesia untuk menambah Fighter baru untuk menjaga kedaulatan Indonesia. Memang ada desas desus yang belum bisa dipastikan kebenarannya, bahwa dalam MEF Renstra II (2015-2019) ini, Indonesia akan menambah beberapa skuadron Fighter baru. Juga ada desas desus bahwa Kohanudnas juga akan diberikan Fighter sendiri sehingga aka nada penambahan kekuatan udara Indonesia secara significant. Namun desas desus ini sama sekali belum bisa dipastikan kebenarannya, mengingat sebentar lagi Indonesia akan berganti pemerintahnya dan juga MEF Renstra II juga baru akan di mulai tahun 2015 nanti. Namun besar harapan kita bahwa Pemerintah Indonesia kedepan akan memperhatikan perkuatan Fighter Indonesia untuk mengantisipasi ancaman ratusan F-35 ini.
Satu hal lain yang sangat penting adalah fakta bahwa saat ini, ketiga Matra Indonesia baik Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara belum terintegrasi dalam satu Network Centryc Warfare System. Padahal integrasi ketiga matra ini akan sangat berperan agar setiap matra bisa mendukung satu dengan lain dengan mudah dalam menghadapi ancaman F-35 ini dan ancaman lainnya. Padalah Singapura dan Australia yang menjadi ancaman potensial Indonesia saat ini dan di masa datang, sudah memiliki system yang terintegasi antar semua matra perang mereka. Maka saat ini, mau tidak mau, suka atau tidak suka, Indonesia harus sudah melangkah secara nyata dalam hal Integrasi antar semua matra perang Indonesia.
Semua ini hanya harapan saya pribadi yang saya sangat harapkan dijalankan pemerintah Indonesia untuk menjamin Kedaulatan NKRI bisa tegak dan kita bisa menunjukkan kepada dunia, siapa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebenarnya. Sudah saatnya Indonesia, berdiri dengan kepala tegak diwilayahnya sendiri. Salam, AnalisisMiliter.com
Sumber Referensi
http://www.bloomberg.com/news/2014-04-23/australia-commits-to-buying-58-more-f-35-joint-strike-fighters.html
https://airforce.gov.au/Technology/Future-Acquisitions/F-35A-Lightning-II/?RAAF-RnYQhJUh1u0e44uR32olOT1rt+Ym4K3
http://www.todayonline.com/commentary/f-35-singapores-next-generation-fighter
http://www.abc.net.au/news/2014-04-23/australia-to-buy-58-more-joint-strike-fighters/5405236
http://breakingdefense.com/2013/03/singapore-poised-to-announce-purchase-of-12-f-35bs/
http://aviationweek.com/awin/reports-singapore-leaning-toward-f-35b-variant
http://www.reuters.com/article/2013/12/13/us-lockheed-fighter-idUSBRE9BC02J20131213
Sumber : analisismiliter.com
Untuk armada Airborne early warning and control (AEW&C), praktis saat ini Indonesia tidak memilikinya. Padahal adanya pesawat AEW&C ini akan memberikan dampak perkuatan pengawasan kedaulatan Udara Indonesia secara significan. Tanpada adanya armada AEW&C di Indonesia, akan sangat susah bagi Indonesia untuk bisa melawan Ratusan F-35 yang dilengkapi dengan banyak pesawat AEW&C di sisi Singapura dan Australia.
Akuisisi Surface to Air Missile (SAM) kelas menengah sekelai Aster-30 ataupun S-300 family akan memberikan dampak positif bagi Indonesia untuk memastikan bahwa pesawat sekelas F-35 sekalipun akan berpikir ulang untuk mengganggu kedaulatan udara Indonesia. Tanpa adanya SAM yang mumpuni, maka bisa disebutkan bahwa Indonesia ‘memberikan kesempatan’ bagi (calon) armada F-35 Singapura dan Australia untuk mengusik kedaulatan Indonesia.
Selain itu, penambahan armada fighter baru bagi Indonesia saat ini sangat penting sekali sebagai bentuk ‘antisipasi’ atas adanya ratusan F-35 di Singapura dan Australia di tahun 2020an nanti. Namun, dari perencanaan yang sudah disusun saat ini untuk penambahan kekuatan fighter di TNI AU, saya belum melihat sebuah langkah nyata yang ditujukan secara khusus untuk mengantisipasi kehadiran ratusan F-35 ini. Sebagai mana kita ketahui, rencana paling dekat ‘hanyalah’ penggantian satu Skuadron F-5 TNI AU, yang belum ada kepastian sampai saat ini. Selebihnya adalah project KFX/IFX bersama Korea Selatan yang diharapkan akan rampung di tahun 2023-2030 nanti.
Selain itu, menjelang 2020an ini, praktis belum terdengar rencana Pemerintah Indonesia untuk menambah Fighter baru untuk menjaga kedaulatan Indonesia. Memang ada desas desus yang belum bisa dipastikan kebenarannya, bahwa dalam MEF Renstra II (2015-2019) ini, Indonesia akan menambah beberapa skuadron Fighter baru. Juga ada desas desus bahwa Kohanudnas juga akan diberikan Fighter sendiri sehingga aka nada penambahan kekuatan udara Indonesia secara significant. Namun desas desus ini sama sekali belum bisa dipastikan kebenarannya, mengingat sebentar lagi Indonesia akan berganti pemerintahnya dan juga MEF Renstra II juga baru akan di mulai tahun 2015 nanti. Namun besar harapan kita bahwa Pemerintah Indonesia kedepan akan memperhatikan perkuatan Fighter Indonesia untuk mengantisipasi ancaman ratusan F-35 ini.
Satu hal lain yang sangat penting adalah fakta bahwa saat ini, ketiga Matra Indonesia baik Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara belum terintegrasi dalam satu Network Centryc Warfare System. Padahal integrasi ketiga matra ini akan sangat berperan agar setiap matra bisa mendukung satu dengan lain dengan mudah dalam menghadapi ancaman F-35 ini dan ancaman lainnya. Padalah Singapura dan Australia yang menjadi ancaman potensial Indonesia saat ini dan di masa datang, sudah memiliki system yang terintegasi antar semua matra perang mereka. Maka saat ini, mau tidak mau, suka atau tidak suka, Indonesia harus sudah melangkah secara nyata dalam hal Integrasi antar semua matra perang Indonesia.
Semua ini hanya harapan saya pribadi yang saya sangat harapkan dijalankan pemerintah Indonesia untuk menjamin Kedaulatan NKRI bisa tegak dan kita bisa menunjukkan kepada dunia, siapa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebenarnya. Sudah saatnya Indonesia, berdiri dengan kepala tegak diwilayahnya sendiri. Salam, AnalisisMiliter.com
Sumber Referensi
http://www.bloomberg.com/news/2014-04-23/australia-commits-to-buying-58-more-f-35-joint-strike-fighters.html
https://airforce.gov.au/Technology/Future-Acquisitions/F-35A-Lightning-II/?RAAF-RnYQhJUh1u0e44uR32olOT1rt+Ym4K3
http://www.todayonline.com/commentary/f-35-singapores-next-generation-fighter
http://www.abc.net.au/news/2014-04-23/australia-to-buy-58-more-joint-strike-fighters/5405236
http://breakingdefense.com/2013/03/singapore-poised-to-announce-purchase-of-12-f-35bs/
http://aviationweek.com/awin/reports-singapore-leaning-toward-f-35b-variant
http://www.reuters.com/article/2013/12/13/us-lockheed-fighter-idUSBRE9BC02J20131213
0 komentar:
Posting Komentar