Select Language

Kamis, 12 Juni 2014

Ular Musuh Garuda

image
Menyambung artikel saya terdahulu yang berjudul Garuda yang mulai bangkit, kita coba ulas seberapa bahaya ular terhadap garuda dan ibunya.
Kita mengetahui bahwa Garuda mempunyai seribu saudara tiri berbentuk ular, Saudara lain ibu garuda ini mendukung penjajahan atas ibu Garuda, dan para Ular tetap bertekad mewujudkan penjajahan atas ibu Garuda (Indonesia) yang sudah pernah diselamatkan dan dilepaskan oleh Garuda dari penjajahan.. Paling Tidak para Ular mewujudkan terus berlangsungnya Penjajahan putih di Indonesia.
Tidak semua dari seribu ular itu menjadi Jahat ketengan. Diantaranya ada yang menjadi NAGA. Beberapa menjadi Naga yang terkenal adalah Basuki, Ananta dan Taksaka.
Ada kisah Naga Taksaka pernah diutus Sang Srenggi,(Putra Samiti) yang mengutuk Raja Parikesit yang melecehkan ayahnya. Dalam kitab Mahabharata diceritakan bahwa saat Maharaja Parikesit dari Hastinapura pergi berburu, ia kehilangan jejak buruannya dan masuk ke sebuah kediaman brahmana/pertapaan. Ia bertanya kepada seorang pertapa bernama Samiti yang sedang duduk bermeditasi karena hanya pertapa tersebut yang ia temui.
Pertapa tersebut diam membisu saat Parikesit bertanya. Karena marah, sang raja mengambil bangkai ular dengan panahnya dan mengalungkannya di leher Samiti. Putra Samiti, yaitu Sang Srenggi, merasa marah atas perbuatan tersebut. Atas penjelasan Sang Kresa yang mengetahui kejadian yang telah terjadi, Sang Srenggi mengutuk Raja Parikesit agar beliau mati digigit ular tujuh hari setelah kutukan diucapkan. Samiti kecewa pada anaknya yang telah mengutuk Raja Parikesit. Akhirnya ia pergi menemui raja tentang perihal kutukan tersebut, namun Raja Parikesit malu dan lebih memilih melindungi diri dari kutukan.
Pada hari yang ketujuh, naga Taksaka pergi ke Hastinapura. Di sana Sang Raja Parikesit dilindungi dan dijaga oleh para brahmana, prajurit, dan ahli mengobati bisa. Agar mampu menjangkau dan menyerang Sang Raja, Naga Taksaka mengubah wujudnya menjadi ulat dan masuk dalam buah jambu. Lalu ia menyuruh naga yang lain untuk menyamar menjadi brahmana dan menghaturkan jambu tersebut. Pada saat Sang Raja menerima buah jambu dari brahmana yang menyamar tersebut, Naga Taksaka kembali ke wujud semula dan mengigit Raja Parikesit. Karena gigitan Sang Naga yang sakti, Maha Raja Parikesit terbakar sampai menjadi abu.
Analogi kisah diatas yaitu Pola penyusupan Naga/ular ini akan menarik bila dianalogikan kondisi Indonesia sekarang.
PENYUSUPAN ULAR ULAR
Ular ular di Indonesia tahu tidak akan terjadi lagi Penjajahan secara Fisik terhadap Indonesia sehingga mereka mengkondisikan Indonesia tetap terjajah secara putih, dan mereka akan menyusup disegala sendi untuk mewujudkan penjajahan putih tersebut. Ibaratnya, Indonesia dibiarkan utuh Cangkangnya saja tetapi isinya akan disedot untuk dihabiskan.
Ular ular akan menyusup disegala sendi seperti di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosoial budaya, militer, keamanan dan agama (IPOLEKSOSBUDMILAG) di Indonesia. Para ular tidak ingin melihat Indonesia merdeka seutuhnya, berdaulat terhadap segala sumber dayanya dan bersatu dengan kebhinekaannya. Para Ular ini jelas saudara Garuda dalam artian sebangsa dan satanah air, namun sudah dirasuki paham paham asing baik dari Timur maupun dari Barat, yang mempunyai kepentingan kepentingan tertentu terhadap kepentingan negara sponsor untuk mencekik sumberdaya Indonesia. Ya, bahasa kasarnya ular ular ini adalah seorang komprador penghianat bangsa,
Para ular untuk menjaga keamanan jati diri dan operasinya biasanya memakai sistem jaring compartementasi. Sasaran banyak antara lain di : Pemerintahan, Perusahaan Umum, Departemen/Kementerian, Organisasi Politik, Organisasi Sosial, Organisasi Massa, Organisasi Pemuda, Pelajar, Mahasiswa, Organisasi Agama dan Aliran Masyarakat dan lain sebagainya.
Para patriot kadang tidak menyadari di lingkungan sekitarnya bahkan kawan seperjuangannya adalah seorang ular. Mereka secara sengaja berdomisili di daerah sasaran atau membaur dalam masyarakat. Para Ular tidak memikirkan kepentingan nasional yang ada adalah kepentingan diri sendiri sehingga mereka bisa menggalang sasaran sehingga dengan sukarela ataupun terpaksa, telah menjadi boneka dari penggalangannya dan secara tidak langsung akan mendatangkan bencana di tanah airnya.
Pada tingkat ideologi dan pemikiran Para Ular gencar melakukan penggalangan hingga lahirnya para nasionalis sepuhan yang dipersiapkan untuk menerima suksesi, yaitu para nasionalis yang diprogram untuk memimpin Indonesia dalam bayang-bayang Ideologi pada penggalangnya (Negara asing). Para nasionalis semacam inilah yang sejak jaman penjajahan hingga sekarang selalu mengganjal dan bahkan tidak segan-segan memblokir berbagai gerakan untuk memajukan NKRI.
image
JURUS JURUS ULAR MELEMAHKAN INDONESIA
Pencerai-beraian Sasaran
Penghancuran sasaran dilakukan oleh para Ular yang telah mendapatkan kepercayaan dari lingkungan yang menjadi sasarannya, dengan jalan menimbulkan berbagai ketegangan, konflik sosial, ataupun politik. Pertentangan minorotas dan mayoritas yang dibuat semakin meruncing, menggalakkan ekstremitas agama, aliran golongan, organisasi dan partai. Unsur-unsur itu digiring kedalam suasana perang urat syaraf sehingga akan melahirkan pertentangan massa, pertarungan fisik yang berkembang menjadi kekacauan.
Atau secara halus melakukan pembusukan struktural, pengacauan sistem moneter, sistem politik dan sistem sosialnya, sehingga secara sistematis negara akan rontok dengan sendirinya.
Harga diri telah hilang, sedangkan kepercayaan diri sirna pula, bahkan terhadap pemimpin masyarakat dan negara. Permusuhan, perkelahian, bentrokan antar suku, golongan, agama dan ras yang disertai dengan kekerasan terjadi di mana-mana, masyarakat pecah, partai-partai pecah, persatuan apa saja pecah, organisasi pecah bahkan bisa bubar. (lihat kasus konflik beberapa negara di Afrika dan Timur Tengah, serta Asia). Inilah contoh pencerai-bearaian yang dilakukan para Ular yang pernah terjadi di suatu negara yang rakyatnya bermental jajahan, dan para pemimpinnya juga sudah terkontaminasi mental penjajah dan penindas.
Para Ular akan mengajari kita cara cara intimidasi, insinuasi dan tuduh-menuduh, mengutamakan kepentingan pribadi, kelompok, golongan dan partai yan tidak mengindahkan nilai-nilai kejujuran, mengajari akan terus ber-KKN. Kolaborasi-kolaborasi para ular terus dilakukan dengan mengobarkan provokasi kepada rakyat tentang adanya gerakan dari kelompok garis keras, ekstrem kanan, ekstrem kiri, komprador, antek nekolim, borjuis, teroris, hasutan terhadap buruh yang digiring untuk berdemontrasi dan melakukan pemogokan dengan dalih perbaikan nasib, yang ujung ujungnya untuk mengahancurkan dari dalam segi segi ekonomi, membuat kerusakan sistemik yang dimulai dari hulu, dari lapisan puncak piramida pemrintahan yang merembes hingga pada eselon terbawah.
Di legislatif para Ular sudah menyusup siap menjegal Undang undang yang menguatkan NKRI, dan melemahkan kepentingan asing. Para wUlar berusaha membut undang undang yang lebih pro terhadap negara sponsor. Mereka lupa bahwa mereka dipilih oleh rakyat.
Pengingkaran
Tujuan pengingkaran ialah agar setiap individu bangsa INGKAR terhadap para pemimpinnya, baik pemimpin masyarakat maupun pemimpin bangsanya. Pengingkaran itu diharapkan bisa melanda pemimpin agama, mengikat lagi terhadap agama, orgnisasi dan ideologi politiknya, dan Akhirnya tidak lagi peduli kepada negara dan bangsanya. Jika misi itu berhasil, maka massa akan menjadi liar, seakan terlepas dari segala ikatan. Tiada lagi rasa cinta kepada tanah air yang dikaruniakan Tuhan kepadanya, tiada belas kasiha kepada bawahan, dan perintah atasan tak ada yang menghiraukan. Rakyat tidak percaya lagi kepada agama, pemerintah, ideologi, politik partai, loyalitasnya luntur dan patriotismenya lenyap.
Pengarahan Sasaran
Yang dimaksud dengan pengarahan pangarahan masyarakat dan para pemimpinnya kepada fait accompli/keadaan yang harus diterima, yaitu menerima kenyataan yang ada kondisi Indonesia (setelah dilakukan langkah-langkah penggalangan oleh para Ular jaringan penetrasi penggalangan secara terselubung). Namun demikian pengarahan secara terbuka harus dihindari, karena menyinggung perasaan masyarakat dan memancing kemarahan massa. Jika hal itu dilakukan juga, sudah hampir pasti akan mendapat tantangan yang hebat dari masyarakat. Sebenarnya kekacauan masyarakat itulah yang kemudian dapat memberi arah tersendiri kepada tujan penggalangan, sehingga dukungan massa dan dukungan orang-orang yang berpengaruh dapat diperoleh.
Penggeseran
Yang dimaksud dengan penggeseran ialah menggeser kedudukan pemimpin/tokoh masyarakat dan pemimpin pemerintahan dengan menggunakan kekuatan atau paksaaan yang dilakukan secara terbuka, untuk digantkan dengan yang baru, yang sealiran dengan ideologi negara sponsor.
Indonesia, sering dijadikan korban revolusi sosial, hal ini dikarenakan ketidakberdayaan rakyatnya yang tidak punya sumber daya, melainkan (belakangan ini) kurang terbiasa menekuni suatu proses, kurang menekuni IPTEK, kurang menekuni penelitian dan pengembangan, sebagaimana orang-orang Barat dan orang-orang Asia Timur.
Rakyat Indonesia sudah terlalu lama menekuni budaya instan, yang hanya mementingkan hasilnya. Caranya biarlah orang lain yang memecahkan, cukup ambil yang gampang saja. Sektor pendidikan, secara umum kurang mendapat perhatian. Apalagi mendapatkan aneka IPTEK harus datang ke pihak-pihak mantan penakluknya. Yang lebih besar lagi pengaruhnya adalah budaya mistik dan budaya-budaya lain yang mengabaikan keunggulan faktor kompetensi yang berbasis prestasi. Karena itu mereka tidak banyak mengenal lapangan, tidak terampil, tidak waspada dan under estimate, tidak berjuang dengan harta dan jiwanya. Meskipun pada awal kiprahnya rata-rata memiliki idealisme yang memadai, namun pada saat karirnya menanjak, pengikutnya bertambah, maka bayangan kemapanan mulai menggoda dan turut mewarnai kehidupannya. Pihak asing menaklukkan Indonesia dengan merusak budaya-adat istiadat, memecah belah, memecah belah persatuan dan para pemimpin.
Indonesia pelan dan pasti dijauhkan dari nila nilai luhur bangsa timur dan jati diri bangsa yang sudah ditanamkan oleh founding father pendiri bangsa ini, Mengganti Pancasila memang belum dilakukan tetapi mengandamen UUD 1945 sudah dilakukan dengan alasan tuntutan reformasi.
UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.
Penggabungan Sasaran
Yang dimaskud dengan penggabungan ialah mengabungkan negara sasaran kepada negara sponsor setelah berhasilnya penggeseran, yaitu perebutan kekuasaan dan penggulingan pemerintahan pemerintahan (lihat kasus-kasus yang berkembang saat ini belahan dunia seperti Timur Tengah dan Indonesia sendiri). Disamping pemimpin pemerintahan, pemimpin masyarakatnya pun juga diganti. Mereka kini menjadi boneka dan begundal asing. Yang dulunya keroco kini menjadi coro. Mereka rela negaranya menjadi satelit negara lain. Masyarakatnya dipimpin oleh tokoh-tokoh pembohong, penjilat, pengeruk keuntungan, penindas rakyat dan jika perlu menjual negaranya sendiri (lihat kasus yang berkembang di negara ini saat ini). Rakyatnya pun kian tidak berdaya, hanya menjadi pengikut saja, tiada lagi bantahan dan protes, tak ada lagi patriotisme dan perlawanan.
Ular terus selalu ada di Indonesia dan bergerak dinamis mengikuti perkembangan kemajuan Indonesia, bahaya Laten Ular selalu ada dan bergerak di lingkungan sekitar kita dan kita akan sulit menentukan dengan pasti siapa di sekeliling kita adalah ular.
Yang sekarang kasat mata hasil kerja dari ular membelenggu Indonesia dan WAJIB diperangi adalah: Terorisme, Narkoba dan Koruptor.
Sistem pendidikan yang baik untuk Generasi muda diharapkan bisa mendidik dengan baik, dengan iman yang indah dan berjiwa nasionalistik kepada generasi muda sehingga bisa merubah generasi kedepan Indonesia untuk menjadi Indonesia jaya dengan masyarakatnya yang adil dan makmur.
Tetapi di lingkungan pendidikan juga banyak tersusupi ular ? dan bagaimana pemimpin kita kedepan ? atau dengan Upacara pengorbanan Ular, ?
image
SARPAHOMA
Putera Raja Parikesit adalah Raja Janamejaya. Ia diangkat menjadi raja pada usia muda. Saat Sang Utangka datang menghadap Sang Raja, ia menjelaskan penyebab kematian ayah Sang Raja, yaitu digigit Naga Taksaka. Untuk membalas dendam, Sang Raja mengadakan Sarpahoma atau upacara pengorbanan ular. Ia mengundang para brahmana untuk mendukung upacara tersebut. Namun firasat para brahmana mengatakan bahwa kelak upacara tersebut akan digagalkan oleh seorang brahmana.
Saat upacara berlangsung, api dinyalakan. Beberapa saat kemudian, ribuan ular dengan berbagai bentuk melayang, seolah-olah ditarik menuju lokasi upacara dan sampai di sana mereka ditelan api upacara yang berkobar. Banyak ular yang masuk ke dalam api membuat api semakin berkobar disebabkan oleh lemak ular-ular tersebut.
Taksaka yang berada di Nagaloka merasa cemas lalu mengutus Sang Astika untuk memohon agar Raja Janamejaya membatalkan upacaranya. Sang Astika bersedia melakukannya lalu turun ke bumi. Naga Taksaka lalu mencari perlindungan kepada Dewa Indra. Badannya sudah ditarik oleh mantra-mantra suci agar lenyap dalam api pengorbanan, sehingga ia memegang ujung pakaian Dewa Indra erat-erat. Namun mantra diperhebat sehingga tubuh Dewa Indra bergoyang, dan ia takut jangan-jangan ikut masuk ke tungku pengorbanan. Akhirnya Dewa Indra melepaskan Naga Taksaka.
Sementara itu Sang Astika turun ke bumi dengan pakaian brahmana dan menghadap Raja Janamejaya. Sang Astika datang dengan takzim dan memuji keagungan Sang Raja. Raja Janamejaya terkesan dengan sikap Sang Astika dan menyanyakan apa yang dikehendakinya. Sang Astika lalu menjelaskan dampak buruk penyelenggaraan upacara tersebut dan memohon agar Sang Raja segera menghentikannya. Atas ketulusan Sang Astika, Sang Raja mengabulkan permohonan tersebut. Naga Taksaka hampir ditelan api pengorbanan Sang Raja, namun nyawanya tertolong berkat mantra Sang Astika. Upacara pengorbanan pun dibatalkan dan Naga Taksaka kembali ke Nagaloka.
Sarpahoma apakah efisien untuk Indonesia ?.
Diolah dari berbagai sumber (By Satrio)

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner