Semangat Pagi..!!! Proses penggantian pesawat tempur F-5 E/F Tiger milik TNI AU yang sudah menua, sampai saat ini belum mencapai keputusan final. Kandidat pengganti dalam rilis tahun lalu yang hanya beberapa kandidat saja, saat ini malah bertambah menjadi lebih banyak kandidat. Sehingga belum bisa dilihat arah dan akhir keputusan final pengganti F-5 E/F TNI AU ini.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pesawat tempur F-5 E/F TNI AU sudah cukup tua dan sudah saatnya diganti dengan pesawat tempur yang lebih baru dan lebih mumpuni secara teknologi dan daya gentarnya. Pesawat tempur F-5 E/F ini mulai beroperasi di Indonesia selama 34 tahun sejak tahun 1980 sampai dengan saat ini. Dengan kondisi pesawat yang sudah menua dan kesiapan yang semakin menurun serta teknologi yang relative sudah tertinggal dari pesawat tempur tetangga, maka sudah selayaknya lah F-5 E/F diganti dengan pesawat yang lebih mumpuni.
Rencana penggantian pesawat tempur F-5 E/F ini sudah mulai didengungkan sejak tahun 2008 yang lalu. Kala itu, pesawat ini direncanakan untuk pensiun dan digantikan pesawat lain di tahun 2009. Namun rencana belakangan kemudian berubah sehingga pesawat ini direncakan untuk pensiun dan digantikan pesawat lain di tahun 2015. Namun saat ini sudah masuk kepada pertengahan 2014, belum ada kejelasan pengganti F-5 TNI AU ini sehingga tampaknya pesawat ini belum akan pensiun dan digantikan pesawat lain di 2015 ini. Sumber dari situs TNI AU sendiri di tahun 2010 yang lalu bahkan menyebutkan bahwa F-5 E/F TNI AU ini dipersiapkan untuk digunakan sampai dengan tahun 2020.
Ditahun 2013 yang lalu sebenarnya wacana penggantian F-5 E/F sudah semakin mengerucut dimana kandidatnya tinggal beberapa kontestan saja. Diantaranya adalah F-16 Block 60, Su-35 BM, Gripen E/F dan Rafale. Beberapa waktu kemudian bahwa Rafale dari Prancis sudah dikeluarkan dari list calon pengganti. Namun dengan seiring waktu, kandidat pengganti F-5 ini bukannya semakin mengerucut, malah calon penggantinya semakin mengembang alias semakin bertambah banyak calonnya. Diberitakan, selain F-16 Block 60, Su-35 BM, dan Gripen E/F, masuk banyak kandidat lainnya dintaranya adalah F/A-18 Super Hornet, F-15 Strike Eagle dan EF Typhoon. Rafale yang sebelumnya diberitakan sudah dikeluarkan dari list kandidat, akhirnya masuk kembali menjadi kandidat. Bahkan ada isu yang menyebutkan F-35 juga dipertimbangkan menjadi kandidat pengganti F-5 TNI AU. Dengan kandidat yang semakin bertambah, maka bisa disebutkan bahwa akhir keputusan final pengganti F-5 pun semakin panjang.
Peluang Kandidat Pengganti F-5 TNI AU
Dibeberapa media massa, petinggi TNI menyebutkan ketertarikan TNI untuk membeli Su-35 BM sebagai pengganti F-5. Bahkan beberapa sumber menyebutkan bahwa Su-35 BM adalah kandidat paling kuat sebagai pengganti F-5 TNI AU. Memang benar, jika Su-35 BM ini dipilih sebagai pengganti F-5 TNI AU, maka akan ada peningkatan kekuatan yang significant di tubuh TNI AU. Keunggulan utama dari Su-35 BM ini adalah payload yang besar, Combat Range yang jauh serta kampuan radar Irbis-E Su-35 BM yang terkenal sangat powerfull. Tapi pesawat ini juga bukan tanpa kekurangan terutama dalam hal biaya operasional dan maintenance yang relative mahal dibandingkan dengan kandidat lainnya, terutama yang single engine.
Su-35 BM. Credit to Pavel Dsipovich, Sukhoi. Source: Airliners.net
Kandidat kuat lainnya yang digandang-gandang sebagai pengganti F-5 adalah Gripen E/F yang merupakan generasi terbaru dari Gripen Family. Jika sebelumnya TNI AU menolak Gripen C/D sebagai ganti F-5 TNI AU, maka SAAB sebagai produsen Gripen kembali maju menawarkan produk terbarunya yaitu Gripen E/F yang digambarkan lebih baik dari segi Combat Range dan juga avionic dibandingkan dengan Gripen C/D yang sudah di tolak TNI AU sebelumnya. Gripen E/F yang baru saja dipilih Brazil sebagai pemenang tender MRCA, digandang gandang sebagai Light Fighter yang mumpuni serta memiliki operasional dan maintance cost yang relative murah dibandingkan kandidat lainnya. Pilihan Gripen E/F ini sejatinya cukup masuk akal mengingat Indonesia juga sudah mengoperasikan 16 unit T-50i yang memiliki mesin dari keluarga yang sama dengan Gripen E/F. Memang mesinnya berbeda walaupun dari family yang sama, tapi itu bisa saja menjadi pertimbangan TNI AU. Namun Gripen E/F ini juga mempunya banyak kelemahan dibandingkan kandidat lainnya terutama dalam hal Combat Range dan payload yang bisa dibawanya.
Kandidat lain yang juga disebut cukup memiliki peluang besar adalah F-16 Block 60 atau bahkan mungkin F-16 Block 61 (varian Block 60 yang menggunakan radar SABR atau RACR). Hal ini mengingat Indonesia sudah cukup lama mengoperasikan F-16 dengan type berbeda. Mengan benar F-16 Block 60/61 ini akan memiliki mesin dan radar yang sangat berbeda dengan F-16 A/B maupun F-16 Hibah TNI AU. F-16 Block 60 saat ini disebut sebagai varian F-16 paling canggih, sementara F-16 Block 61 adalah opsi upgrade F-16 paling mutahir saat ini.
F-16 Block 60, Credit to Dave Budd, Photorecon. Source: Airliners.net
Kandidat lain yang mencuri perhatian akhir akhir ini adalah EF Typhoon yang didukung oleh PT Dirgantara Indonesiauntuk maju sebagai pengganti F-5 TNI AU. EF Typhoon juga dikenal sebagai Fighter yang sangat mumpuni terutama EF Typhoon Trance 3. Namun pesawat ini memiliki harga akuisisi yang relative mahal dan bahkan bisa disebut sebagai kandidat paling mahal dibanding lainnya. EF Typhoon yang muncul kembali sebagai kandidat pengganti F-5 dengan menggandeng PT DI sebagai partnernya, otomatis menimbulkan pertanyaan. Apa sebenarnya motivasi PT DI mendukung EF Typhoon sebagai pengganti F-5? Di beberapa sumber, PT DI menyebutkan bahwa produsen EF Typhoon bersedia memberikan transfer of technology kepada PT DI jika EF Typhoon dipilih sebagai pengganti F-5. Transfer of technology ini berkaitan erat dengan project KFX/IFX kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah seandainya EF Typhoon yang menjadi pengganti F-5 TNI AU, maka TNI AU akan memiliki banyak sekali type fighter. Sebut saja akan ada F-16 A/B/C/D, Su-27 SK/SKM & SU-30 MK/MK2 dan EF Typhoon. Sedangkan EF Typhoon kita ketahui sama sekali tidak memiliki kesamaan (community) dengan fighter yang sudah ada di TNI AU saat ini. Ini memang bukan pertimbangan mutlak, namun bisa saja pertimbangan ini akan membuat peluang EF Typhhon menjadi lebih kecil.
Kandidat lainnya, Dassault Rafale juga setali tiga uang dengan EF Typhoon, karena akan membuat type fighter TNI AU semakin banyak. Hal ini tentunya akan membuat masalah pada logistic dan maintenance di TNI AU. Memang benar Rafale ini adalah salah satu pesawat tempur generasi 4+ yang terbaik saat ini.
Kandidat lainnya relative kurang terdengar peluangnya. Sebut saja F-15 Strike Eagle yang bisa disebut “sekelas” sengan Flanker TNI AU, dan F/A-18 Super Hornet. Namun walaupun terlihat peluangnya kecil, segala kemungkinan masih bisa saja terjadi di Indonesia ini. Maka menanti keputusan akhir dan tanda tangan kontraknya adalah cara terbaik untuk melihat siapa yang akan menggantikan pengganti F-5 TNI AU.
Sampai Kapan F-5 TNI AU harus menunggu penggantinya?
Dengan kandidat pengganti F-5 yang semakin melebar (bukan semakin mengerucut), maka belum ada kepastian siapa yang akan menggantikan peranan F-5 di Skuadron 14 TNI AU. Itu juga artinya F-5 TNI AU sepertinya harus bertugas lebih lama lagi sebelum penggantinya datang. Hal ini mengingat bahwa untuk memproduksi pesawat baru itu memerlukan waktu bertahun tahun. Ini bermakna jika pengganti F-5 diumumkan tahun inipun, maka masih memerlukan 1-3 tahun sampai pesawat pengganti tersebut siap operasional. Itu juga berarti jika kontrak pengganti F-5 ditandatangi tahun ini, maka kemungkinan pengganti ini baru bisa beroperasi sekitar tahun 2016-2018.
Lebih parah lagi, jika pengganti F-5 baru ditandatangani di tahun 2015, maka pesawat penggantinya akan semakin lama operasional, yang saya prediksi baru bisa operasional di tahun 2017-2019 (dengan asumsi masa produksi sekitar 1-3 tahun). Itu juga berarti bahwa sepertinya akan sulit sekali bagi kita melihat F-5 TNI AU akan memiliki pengganti yang sudah operasional di tahun 2015 ini.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah pesawat F-5 TNI AU masih mampu operasional sampai dengan 2019 (dengan ambil asumsi waktu paling telat hadirnya pengganti F-5)? Memang bisa saja F-5 ini tetap operasional sampai dengan tahun itu, namun menjadi pertanyaan kembali adalah apakah sampai tahun tersebut F-5 TNI AU masih cukup bisa diandalkan untuk menjaga kedaulatan Indonesia? Tanpa mengurangi rasa hormat dan salut atas banyaknya peranan F-5 TNI AU selama ini, saya merasa F-5 TNI AU sudah saatnya beristirahat pada tahun tahun tersebut.
Namun bagaimana jika memang benar benar pengganti F-5 baru bisa operasional menjelang tahun 2020? Opsinya menurut saya adalah siap tidak siap, F-5 TNI AU harus terus melanjutkan tugas tugasnya sampai penggantinya siap operasional. Keadaan ini akan mirip dengan pesawat Hawk-53 Skuadron 15 yang terus beroperasi meski dengan kesiapan yang terbatas sampai dengan kedatangan T-50i sebagai penggantinya.
Opsi lain yang bisa dipikirkan adalah menggrounded F-5 TNI AU sampai batas kemampuan maksimalnya walaupun penggantinya belum operasional. Keadaan ini akan mirip dengan kondisi pesawat COIN TNI AU yaitu OV-10 Bronco yang sudah pensiun sejak 2007, sedangkan penggantinya EMB-314 Super Tucano baru mulai datang dan operasional di tahun 2013 yang lalu. Yang artinya ada kekosongan kekuatan pesawat COIN TNI AU selama 6 tahun.
Tarik atau Ulur, Harus Untuk Kebaikan Pertahanan Udara Indonesia
Sudah dijabarkan panjang dan lebar banyak aspek diatas, namun akhir dari semuanya adalah keinginan kita sebagai bangsa Indonesia untuk melihat penjaga kedaulatan yang mumpuni. Maka apapun yang menjadi keputusan pemerintah dan pihak terkait dalam memutuskan pengganti F-5 TNI AU ini, harapan kita adalah aka nada keputusan terbaik untuk pertahanan Indonesia.
Entah pemerintah berusaha menarik dan mempercepat proses pengganti F-5 ini, harapannya adalah untuk mendapatkan pengganti F-5 secepatnya dan memilih pilihan terbaik. Demikian juga jika pemerintah mengulur atau memperlambat proses pengganti F-5 ini, harapan kita adalah tujuan memperlambat proses ini adalah untuk mendapatkan kualitas dan nilai plus yang lebih baik bagi Indonesia dimasa datang. Dan harapan kita bersama tentunya adalah mempercepat atau memperlambar proses penggantian F-5 TNI AU ini bukan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu, tetapi untuk kepentingan bangsa dan Negara kita.
Akhir kata, hormat dan salut atas semua jasa-jasa yang ditorehkan oleh Skuadron 14 F-5 E/F TNI AU beserta seluruh personelnya yang sudah lebih dari 30 tahun mengabdikan diri untuk menjadi penjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salam dari saya, AnalisisMiliter.com
Sumber Referensi :
http://www.antaranews.com/berita/412893/sukhoi-35-prioritas-pengganti-f-5-tiger-tni-au
http://www.arc.web.id/artikel/593-mencari-pengganti-sang-macan.html
http://www.tni-au.mil.id/content.asp?contentid=9212
https://id.berita.yahoo.com/tni-au-belum-putuskan-pengganti-f-5-tiger-074147594.html
http://koran.tempo.co/konten/2014/04/07/339148/Usul-Pengganti-F-5-Bertambah
http://www.antaranews.com/berita/426973/tni-au-tunggu-pesawat-tempur-generasi-45
http://www.tempo.co/read/news/2014/01/27/078548718/TNI-Angkatan-Udara-Pilih-Sukhoi-Gantikan-F-5-Tiger
Sebagaimana kita ketahui bahwa pesawat tempur F-5 E/F TNI AU sudah cukup tua dan sudah saatnya diganti dengan pesawat tempur yang lebih baru dan lebih mumpuni secara teknologi dan daya gentarnya. Pesawat tempur F-5 E/F ini mulai beroperasi di Indonesia selama 34 tahun sejak tahun 1980 sampai dengan saat ini. Dengan kondisi pesawat yang sudah menua dan kesiapan yang semakin menurun serta teknologi yang relative sudah tertinggal dari pesawat tempur tetangga, maka sudah selayaknya lah F-5 E/F diganti dengan pesawat yang lebih mumpuni.
Rencana penggantian pesawat tempur F-5 E/F ini sudah mulai didengungkan sejak tahun 2008 yang lalu. Kala itu, pesawat ini direncanakan untuk pensiun dan digantikan pesawat lain di tahun 2009. Namun rencana belakangan kemudian berubah sehingga pesawat ini direncakan untuk pensiun dan digantikan pesawat lain di tahun 2015. Namun saat ini sudah masuk kepada pertengahan 2014, belum ada kejelasan pengganti F-5 TNI AU ini sehingga tampaknya pesawat ini belum akan pensiun dan digantikan pesawat lain di 2015 ini. Sumber dari situs TNI AU sendiri di tahun 2010 yang lalu bahkan menyebutkan bahwa F-5 E/F TNI AU ini dipersiapkan untuk digunakan sampai dengan tahun 2020.
Ditahun 2013 yang lalu sebenarnya wacana penggantian F-5 E/F sudah semakin mengerucut dimana kandidatnya tinggal beberapa kontestan saja. Diantaranya adalah F-16 Block 60, Su-35 BM, Gripen E/F dan Rafale. Beberapa waktu kemudian bahwa Rafale dari Prancis sudah dikeluarkan dari list calon pengganti. Namun dengan seiring waktu, kandidat pengganti F-5 ini bukannya semakin mengerucut, malah calon penggantinya semakin mengembang alias semakin bertambah banyak calonnya. Diberitakan, selain F-16 Block 60, Su-35 BM, dan Gripen E/F, masuk banyak kandidat lainnya dintaranya adalah F/A-18 Super Hornet, F-15 Strike Eagle dan EF Typhoon. Rafale yang sebelumnya diberitakan sudah dikeluarkan dari list kandidat, akhirnya masuk kembali menjadi kandidat. Bahkan ada isu yang menyebutkan F-35 juga dipertimbangkan menjadi kandidat pengganti F-5 TNI AU. Dengan kandidat yang semakin bertambah, maka bisa disebutkan bahwa akhir keputusan final pengganti F-5 pun semakin panjang.
Peluang Kandidat Pengganti F-5 TNI AU
Dibeberapa media massa, petinggi TNI menyebutkan ketertarikan TNI untuk membeli Su-35 BM sebagai pengganti F-5. Bahkan beberapa sumber menyebutkan bahwa Su-35 BM adalah kandidat paling kuat sebagai pengganti F-5 TNI AU. Memang benar, jika Su-35 BM ini dipilih sebagai pengganti F-5 TNI AU, maka akan ada peningkatan kekuatan yang significant di tubuh TNI AU. Keunggulan utama dari Su-35 BM ini adalah payload yang besar, Combat Range yang jauh serta kampuan radar Irbis-E Su-35 BM yang terkenal sangat powerfull. Tapi pesawat ini juga bukan tanpa kekurangan terutama dalam hal biaya operasional dan maintenance yang relative mahal dibandingkan dengan kandidat lainnya, terutama yang single engine.
Su-35 BM. Credit to Pavel Dsipovich, Sukhoi. Source: Airliners.net
Kandidat kuat lainnya yang digandang-gandang sebagai pengganti F-5 adalah Gripen E/F yang merupakan generasi terbaru dari Gripen Family. Jika sebelumnya TNI AU menolak Gripen C/D sebagai ganti F-5 TNI AU, maka SAAB sebagai produsen Gripen kembali maju menawarkan produk terbarunya yaitu Gripen E/F yang digambarkan lebih baik dari segi Combat Range dan juga avionic dibandingkan dengan Gripen C/D yang sudah di tolak TNI AU sebelumnya. Gripen E/F yang baru saja dipilih Brazil sebagai pemenang tender MRCA, digandang gandang sebagai Light Fighter yang mumpuni serta memiliki operasional dan maintance cost yang relative murah dibandingkan kandidat lainnya. Pilihan Gripen E/F ini sejatinya cukup masuk akal mengingat Indonesia juga sudah mengoperasikan 16 unit T-50i yang memiliki mesin dari keluarga yang sama dengan Gripen E/F. Memang mesinnya berbeda walaupun dari family yang sama, tapi itu bisa saja menjadi pertimbangan TNI AU. Namun Gripen E/F ini juga mempunya banyak kelemahan dibandingkan kandidat lainnya terutama dalam hal Combat Range dan payload yang bisa dibawanya.
Kandidat lain yang juga disebut cukup memiliki peluang besar adalah F-16 Block 60 atau bahkan mungkin F-16 Block 61 (varian Block 60 yang menggunakan radar SABR atau RACR). Hal ini mengingat Indonesia sudah cukup lama mengoperasikan F-16 dengan type berbeda. Mengan benar F-16 Block 60/61 ini akan memiliki mesin dan radar yang sangat berbeda dengan F-16 A/B maupun F-16 Hibah TNI AU. F-16 Block 60 saat ini disebut sebagai varian F-16 paling canggih, sementara F-16 Block 61 adalah opsi upgrade F-16 paling mutahir saat ini.
F-16 Block 60, Credit to Dave Budd, Photorecon. Source: Airliners.net
Kandidat lain yang mencuri perhatian akhir akhir ini adalah EF Typhoon yang didukung oleh PT Dirgantara Indonesiauntuk maju sebagai pengganti F-5 TNI AU. EF Typhoon juga dikenal sebagai Fighter yang sangat mumpuni terutama EF Typhoon Trance 3. Namun pesawat ini memiliki harga akuisisi yang relative mahal dan bahkan bisa disebut sebagai kandidat paling mahal dibanding lainnya. EF Typhoon yang muncul kembali sebagai kandidat pengganti F-5 dengan menggandeng PT DI sebagai partnernya, otomatis menimbulkan pertanyaan. Apa sebenarnya motivasi PT DI mendukung EF Typhoon sebagai pengganti F-5? Di beberapa sumber, PT DI menyebutkan bahwa produsen EF Typhoon bersedia memberikan transfer of technology kepada PT DI jika EF Typhoon dipilih sebagai pengganti F-5. Transfer of technology ini berkaitan erat dengan project KFX/IFX kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah seandainya EF Typhoon yang menjadi pengganti F-5 TNI AU, maka TNI AU akan memiliki banyak sekali type fighter. Sebut saja akan ada F-16 A/B/C/D, Su-27 SK/SKM & SU-30 MK/MK2 dan EF Typhoon. Sedangkan EF Typhoon kita ketahui sama sekali tidak memiliki kesamaan (community) dengan fighter yang sudah ada di TNI AU saat ini. Ini memang bukan pertimbangan mutlak, namun bisa saja pertimbangan ini akan membuat peluang EF Typhhon menjadi lebih kecil.
Kandidat lainnya, Dassault Rafale juga setali tiga uang dengan EF Typhoon, karena akan membuat type fighter TNI AU semakin banyak. Hal ini tentunya akan membuat masalah pada logistic dan maintenance di TNI AU. Memang benar Rafale ini adalah salah satu pesawat tempur generasi 4+ yang terbaik saat ini.
Kandidat lainnya relative kurang terdengar peluangnya. Sebut saja F-15 Strike Eagle yang bisa disebut “sekelas” sengan Flanker TNI AU, dan F/A-18 Super Hornet. Namun walaupun terlihat peluangnya kecil, segala kemungkinan masih bisa saja terjadi di Indonesia ini. Maka menanti keputusan akhir dan tanda tangan kontraknya adalah cara terbaik untuk melihat siapa yang akan menggantikan pengganti F-5 TNI AU.
Sampai Kapan F-5 TNI AU harus menunggu penggantinya?
Dengan kandidat pengganti F-5 yang semakin melebar (bukan semakin mengerucut), maka belum ada kepastian siapa yang akan menggantikan peranan F-5 di Skuadron 14 TNI AU. Itu juga artinya F-5 TNI AU sepertinya harus bertugas lebih lama lagi sebelum penggantinya datang. Hal ini mengingat bahwa untuk memproduksi pesawat baru itu memerlukan waktu bertahun tahun. Ini bermakna jika pengganti F-5 diumumkan tahun inipun, maka masih memerlukan 1-3 tahun sampai pesawat pengganti tersebut siap operasional. Itu juga berarti jika kontrak pengganti F-5 ditandatangi tahun ini, maka kemungkinan pengganti ini baru bisa beroperasi sekitar tahun 2016-2018.
Lebih parah lagi, jika pengganti F-5 baru ditandatangani di tahun 2015, maka pesawat penggantinya akan semakin lama operasional, yang saya prediksi baru bisa operasional di tahun 2017-2019 (dengan asumsi masa produksi sekitar 1-3 tahun). Itu juga berarti bahwa sepertinya akan sulit sekali bagi kita melihat F-5 TNI AU akan memiliki pengganti yang sudah operasional di tahun 2015 ini.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah pesawat F-5 TNI AU masih mampu operasional sampai dengan 2019 (dengan ambil asumsi waktu paling telat hadirnya pengganti F-5)? Memang bisa saja F-5 ini tetap operasional sampai dengan tahun itu, namun menjadi pertanyaan kembali adalah apakah sampai tahun tersebut F-5 TNI AU masih cukup bisa diandalkan untuk menjaga kedaulatan Indonesia? Tanpa mengurangi rasa hormat dan salut atas banyaknya peranan F-5 TNI AU selama ini, saya merasa F-5 TNI AU sudah saatnya beristirahat pada tahun tahun tersebut.
Namun bagaimana jika memang benar benar pengganti F-5 baru bisa operasional menjelang tahun 2020? Opsinya menurut saya adalah siap tidak siap, F-5 TNI AU harus terus melanjutkan tugas tugasnya sampai penggantinya siap operasional. Keadaan ini akan mirip dengan pesawat Hawk-53 Skuadron 15 yang terus beroperasi meski dengan kesiapan yang terbatas sampai dengan kedatangan T-50i sebagai penggantinya.
Opsi lain yang bisa dipikirkan adalah menggrounded F-5 TNI AU sampai batas kemampuan maksimalnya walaupun penggantinya belum operasional. Keadaan ini akan mirip dengan kondisi pesawat COIN TNI AU yaitu OV-10 Bronco yang sudah pensiun sejak 2007, sedangkan penggantinya EMB-314 Super Tucano baru mulai datang dan operasional di tahun 2013 yang lalu. Yang artinya ada kekosongan kekuatan pesawat COIN TNI AU selama 6 tahun.
Tarik atau Ulur, Harus Untuk Kebaikan Pertahanan Udara Indonesia
Sudah dijabarkan panjang dan lebar banyak aspek diatas, namun akhir dari semuanya adalah keinginan kita sebagai bangsa Indonesia untuk melihat penjaga kedaulatan yang mumpuni. Maka apapun yang menjadi keputusan pemerintah dan pihak terkait dalam memutuskan pengganti F-5 TNI AU ini, harapan kita adalah aka nada keputusan terbaik untuk pertahanan Indonesia.
Entah pemerintah berusaha menarik dan mempercepat proses pengganti F-5 ini, harapannya adalah untuk mendapatkan pengganti F-5 secepatnya dan memilih pilihan terbaik. Demikian juga jika pemerintah mengulur atau memperlambat proses pengganti F-5 ini, harapan kita adalah tujuan memperlambat proses ini adalah untuk mendapatkan kualitas dan nilai plus yang lebih baik bagi Indonesia dimasa datang. Dan harapan kita bersama tentunya adalah mempercepat atau memperlambar proses penggantian F-5 TNI AU ini bukan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu, tetapi untuk kepentingan bangsa dan Negara kita.
Akhir kata, hormat dan salut atas semua jasa-jasa yang ditorehkan oleh Skuadron 14 F-5 E/F TNI AU beserta seluruh personelnya yang sudah lebih dari 30 tahun mengabdikan diri untuk menjadi penjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salam dari saya, AnalisisMiliter.com
Sumber Referensi :
http://www.antaranews.com/berita/412893/sukhoi-35-prioritas-pengganti-f-5-tiger-tni-au
http://www.arc.web.id/artikel/593-mencari-pengganti-sang-macan.html
http://www.tni-au.mil.id/content.asp?contentid=9212
https://id.berita.yahoo.com/tni-au-belum-putuskan-pengganti-f-5-tiger-074147594.html
http://koran.tempo.co/konten/2014/04/07/339148/Usul-Pengganti-F-5-Bertambah
http://www.antaranews.com/berita/426973/tni-au-tunggu-pesawat-tempur-generasi-45
http://www.tempo.co/read/news/2014/01/27/078548718/TNI-Angkatan-Udara-Pilih-Sukhoi-Gantikan-F-5-Tiger
Sumber : analisismiliter.com
0 komentar:
Posting Komentar