Tulisan saya kali ini adalah pengembangan dari tulisan saya sebelumnya yaituPesawat T-50 LIFT dan Faktor Man Behind The Gun di TNI AU yang saya tulis sekitar 2 tahun lalu.
Beberapa bulan yang lalu, pesawat 16 T-50i Golden Eagle yang dipesan Indonesia dari Korea Selatan sudah hadir di Indonesia. Pesawat ini diproyeksikan menjadi pesawat LIFT (Lead In Fighter Trainer) menggantikan peranan Hawk-53 yang sudah tua. Di TNI AU, 16 unit T-50i ini akan masuk kedalam Skuadron 15 menggantikan Hawk-53 yang sebelumnya juga berada di Skuadron ini. Markas dari Skuadron ini adalah di Madiun. Sebagai pesawat LIFT, fungsi utama dari skuadron T-50i ini adalah sebagai pesawat latih, bukan sebagai fighter murni seperti halnya F-16 Falcon atau pun Su-27/30 Flanker milik TNI AU.
Lalu apa itu pesawat LIFT? Pesawat kategori LIFT adalah pesawat jet latih tingkat lanjut yang diperuntukkan untuk melatih calon pilot-pilot berkualifikasi fighter dengan menggunakan pesawat yang dilengkapi dengan system avionic yang modern yang menyamai avionic jet fighter sungguhan yang berfungsi untuk mengefisienkan biaya pelatihan berbagai sekenario pertempuran. Sebuah pesawat LIFT akan membantu calon pilot dalam hal simulasi situasi seperti misi serbu Air To Air, air To Ground, Interceptors, dan sejenisnya. Sehingga diharapkan calon pilot yang telah lulus menggunakan pesawat LIFT sudah terbiasa dalam melakukan berbagai misi pertempuran dengan mengunakan pesawat bermesin jet. Hal ini akan lebih memudahkan calon pilot Fighter tersebut untuk menyesuaikan diri ketika menjadi pilot pesawat Fighter yang sesungguhnya sesungguhnya.
T-50i tidak dilengkapi senjata?
Dibeberapa media yang saya baca beberapa minggu belakangan ini disebutkan bahwa pesawat T-50i Golden Eagle ini belum memiliki senjata. Dan dari beberapa media juga saya mendapati informasi bahwa dari 16 unit T-50i yang dibeli Indonesia, hanya 4 diantaranya yang memiliki senjata berupa Internal Cannon. Sisanya belum dilengkapi tetapi bisa ditambakan di lain waktu. Dari beberapa media lain dan diskusi di forum militer, saya juga memperoleh informasi bahwa kemungkinan dari 16 unit T-50i yang dipesan Indonesia terdiri dari 12 unit T-50 (varian Trainer) dan 4 unit TA-50 (varian Trainer dengan kemampuan Serang Ringan).
Namun kembali kepertanyaan sebelumnya, apakah T-50i Golden Eagle Indonesia memang belum memiliki senjata? Bagi saya sendiri pertanyaan ini tidaklah penting untuk di pertanyakan mengingat perananannya yang hanya sebagai pesawat latih. Namun dari beberapa diskusi di dunia maya, saya mendapati bahwa ada banyak orang yang menyayangkan kenapa T-50i ini tidak dilengkapi dengan senjata sepertu Rudal, Bom Pintar, dan senjata lainnya seperti halnya pesawat Fighter F-16, Su-27/30, F-5 dan Hawk-209 TNI AU.
Hal ini mungkin didasari oleh pemikiran mereka bahwa pesawat yang hebat adalah pesawat Fighter yang mampu membawa berbagai rudal Air to Air, Air to Ground, Rudal Anti Kapal, dan lainnya. Sehingga kenyataan bahwa T-50i tidak atau minimal belum dilengkapi senjata sepertinya agak mengecewakan bagi mereka.
Haruskah T-50i memiliki Senjata seperti F-16 dan Su-27/30 TNI AU?
Namun yang menjadi pertanyaan dari saya adalah, haruskan pesawat LIFT seperti T-50 memiliki senjata seperti halnya Flanker dan Falcon TNI AU? Bagi banyak orang yang belum terlalu memahami apa peranan T-50i di TNI AU dan menyamakan peranannya dengan F-16 dan Su-27/30, maka kemungkinan jawaban mereka adalah HARUS!!! Namun jika kita kembalikan apa peranan T-50i di TNI AU, maka saya menyakini bahwa T-50i tidaklah harus dilengkapi dengan senjata seperti RudalAir to Air, Air to Ground, Rudal Anti Kapal dan lainnya.
T-50i Indonesia, Copyright H.J Yen, Airliners.net
Sebagai mana yang sudah saya sebutkan sebelumnya bahwa fungsi utama T-50i adalah sebagai pesawat LIFT (Lead In Fighter Trainer) sehingga akan lebih banyak digunakan untuk melatih calon pilot-pilot baru sebelum mereka layak menjadi pilot yang menerbangkan pesawat Fighter seperti F-16, Su-27/30, F-5 dan lainnya. Pesawat T-50i ini sendiri mampu untuk membuat simulasi pertempuran dengan berbagai misi yang akan membuat calon pilot fighter terbiasa dengan misi-misi pertempuran.
Sebagai informasi sebelum kedatangan Grob dan T-50i di TNI AU, pelatihan untuk calon pilot Fighter yang baru adalah Latih Dasar (menggunakan pesawat AS-202) lalu dilanjutkan ke Latih Mula (menggunakan pesawat T-34 Charlie). Lalu selanjutnya akan masuk ke pelatihan menggunakan Advaced Jet Trainer dalam hal ini Hawk-53. Lulusan pesawat Hawk-53 ini akan masuk ke skuadron Fighter sesungguhnya seperti F-16, F-5, Hawk-209 dan Su-27/30.
Saat ini dengan kehadiran Grob dan T-50i, maka pelatihan ini akan berubah. Latih dasar akan menggunakan pesawat Grob, selanjutnya akan dilatih kembali menggunakan pesawat T-34 Charlie atau KT-1 B Wongbee. Selanjutnya akan masuk ke pelatihan LIFT menggunakan pesawat T-50i. Lulusan T-50i inilah yang nantinya akan disebar untuk menjadi pilot untuk fighter sesungguhnya di TNI AU seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya.Disini dapat kita lihat bahwa peranan T-50i adalah melatih dan menyediakan calon pilot-pilot baru bagi Skuadron Fighter sesungguhnya yang dimiliki Indonesia.
Dalam Hal ini kita melihat bahwa pesawat T-50i sebagai LIFT ini sangat vital peranannya dalam mencetak pilot-pilot baru. Jika pelatihan pesawat LIFT dengan T-50i ini gagal menghasilkan pilot-pilot baru dengan kualitas dan jumlah yang mencukupi, maka secara tidak langsung ini juga akan menghambat modernisasi angkatan udara Indonesia.
Pesawat T-50i dan Kesiapan Angkata Udara Indonesia Menyambut Pesawat Fighter Baru
Sebentar lagi, Indonesia akan kedatangan 24 unit F-16 Hibah dari Amerika Serikat.Selain itu juga sedang dibahaspengganti F-5 TNI AU yang sudah tua. Dan juga ada desas desus penambahan fighter lainnya. Dengan melihat pengganti F-5 TNI AU dan kedantangan 24 unit F-16 Hibah saja, setidaknya Indonesia akan kedatangan sedikitknya 40 unit Fighter di TNI AU. Itu artinya dibutuhkan banyak sekali pilot-pilot baru untuk 'menunggangi' pesawat-pesawat tersebut. Dalam beberapa berita yang pernah saya baca, pihak TNI AU sendiri menginginkan setidaknya jumlah pilot minimal adalah 1.5 kali jumlah pesawat. Nah dari sini saja, jika kita perhitungkan bahwa minimal ada setidaknya 60 orang pilot pilot fighter yang baru yang harus dihasilkan oleh T-50i beberapa tahun kedepan. Ini belum lagi termasuk regenarasi pilot yang naik jabatan ataupun karena faktor lainnya tidak lagi menjadi pilot Fighter.
Ini bisa diartikan bahwa peranan pesawat LIFT seperti T-50i sangat vital dan sangat penting sekali bagi Indonesia saat ini. Itulah sebabnya saya sendiri sedikit kurang setuju dengan beberapa pendapat rekan-rekan diskusi di forum militer yang menyebutkan bahwa ada baiknya T-50i ini difungsikan sebagai Fighter karena minimnya jumlah Fighter Indonesia saat ini.
Saya sendiri berpendapat bahwa peranan T-50i sebagai pesawat latih/LIFT sama pentingnya dengan peranan pesawat Fighter sesungguhnya seperti F-5, F-16, Hawk-209 dan Su-27/30 TNI AU.
Beberapa bulan yang lalu, pesawat 16 T-50i Golden Eagle yang dipesan Indonesia dari Korea Selatan sudah hadir di Indonesia. Pesawat ini diproyeksikan menjadi pesawat LIFT (Lead In Fighter Trainer) menggantikan peranan Hawk-53 yang sudah tua. Di TNI AU, 16 unit T-50i ini akan masuk kedalam Skuadron 15 menggantikan Hawk-53 yang sebelumnya juga berada di Skuadron ini. Markas dari Skuadron ini adalah di Madiun. Sebagai pesawat LIFT, fungsi utama dari skuadron T-50i ini adalah sebagai pesawat latih, bukan sebagai fighter murni seperti halnya F-16 Falcon atau pun Su-27/30 Flanker milik TNI AU.
Lalu apa itu pesawat LIFT? Pesawat kategori LIFT adalah pesawat jet latih tingkat lanjut yang diperuntukkan untuk melatih calon pilot-pilot berkualifikasi fighter dengan menggunakan pesawat yang dilengkapi dengan system avionic yang modern yang menyamai avionic jet fighter sungguhan yang berfungsi untuk mengefisienkan biaya pelatihan berbagai sekenario pertempuran. Sebuah pesawat LIFT akan membantu calon pilot dalam hal simulasi situasi seperti misi serbu Air To Air, air To Ground, Interceptors, dan sejenisnya. Sehingga diharapkan calon pilot yang telah lulus menggunakan pesawat LIFT sudah terbiasa dalam melakukan berbagai misi pertempuran dengan mengunakan pesawat bermesin jet. Hal ini akan lebih memudahkan calon pilot Fighter tersebut untuk menyesuaikan diri ketika menjadi pilot pesawat Fighter yang sesungguhnya sesungguhnya.
T-50i tidak dilengkapi senjata?
Dibeberapa media yang saya baca beberapa minggu belakangan ini disebutkan bahwa pesawat T-50i Golden Eagle ini belum memiliki senjata. Dan dari beberapa media juga saya mendapati informasi bahwa dari 16 unit T-50i yang dibeli Indonesia, hanya 4 diantaranya yang memiliki senjata berupa Internal Cannon. Sisanya belum dilengkapi tetapi bisa ditambakan di lain waktu. Dari beberapa media lain dan diskusi di forum militer, saya juga memperoleh informasi bahwa kemungkinan dari 16 unit T-50i yang dipesan Indonesia terdiri dari 12 unit T-50 (varian Trainer) dan 4 unit TA-50 (varian Trainer dengan kemampuan Serang Ringan).
Namun kembali kepertanyaan sebelumnya, apakah T-50i Golden Eagle Indonesia memang belum memiliki senjata? Bagi saya sendiri pertanyaan ini tidaklah penting untuk di pertanyakan mengingat perananannya yang hanya sebagai pesawat latih. Namun dari beberapa diskusi di dunia maya, saya mendapati bahwa ada banyak orang yang menyayangkan kenapa T-50i ini tidak dilengkapi dengan senjata sepertu Rudal, Bom Pintar, dan senjata lainnya seperti halnya pesawat Fighter F-16, Su-27/30, F-5 dan Hawk-209 TNI AU.
Hal ini mungkin didasari oleh pemikiran mereka bahwa pesawat yang hebat adalah pesawat Fighter yang mampu membawa berbagai rudal Air to Air, Air to Ground, Rudal Anti Kapal, dan lainnya. Sehingga kenyataan bahwa T-50i tidak atau minimal belum dilengkapi senjata sepertinya agak mengecewakan bagi mereka.
Haruskah T-50i memiliki Senjata seperti F-16 dan Su-27/30 TNI AU?
Namun yang menjadi pertanyaan dari saya adalah, haruskan pesawat LIFT seperti T-50 memiliki senjata seperti halnya Flanker dan Falcon TNI AU? Bagi banyak orang yang belum terlalu memahami apa peranan T-50i di TNI AU dan menyamakan peranannya dengan F-16 dan Su-27/30, maka kemungkinan jawaban mereka adalah HARUS!!! Namun jika kita kembalikan apa peranan T-50i di TNI AU, maka saya menyakini bahwa T-50i tidaklah harus dilengkapi dengan senjata seperti RudalAir to Air, Air to Ground, Rudal Anti Kapal dan lainnya.
T-50i Indonesia, Copyright H.J Yen, Airliners.net
Sebagai mana yang sudah saya sebutkan sebelumnya bahwa fungsi utama T-50i adalah sebagai pesawat LIFT (Lead In Fighter Trainer) sehingga akan lebih banyak digunakan untuk melatih calon pilot-pilot baru sebelum mereka layak menjadi pilot yang menerbangkan pesawat Fighter seperti F-16, Su-27/30, F-5 dan lainnya. Pesawat T-50i ini sendiri mampu untuk membuat simulasi pertempuran dengan berbagai misi yang akan membuat calon pilot fighter terbiasa dengan misi-misi pertempuran.
Sebagai informasi sebelum kedatangan Grob dan T-50i di TNI AU, pelatihan untuk calon pilot Fighter yang baru adalah Latih Dasar (menggunakan pesawat AS-202) lalu dilanjutkan ke Latih Mula (menggunakan pesawat T-34 Charlie). Lalu selanjutnya akan masuk ke pelatihan menggunakan Advaced Jet Trainer dalam hal ini Hawk-53. Lulusan pesawat Hawk-53 ini akan masuk ke skuadron Fighter sesungguhnya seperti F-16, F-5, Hawk-209 dan Su-27/30.
Saat ini dengan kehadiran Grob dan T-50i, maka pelatihan ini akan berubah. Latih dasar akan menggunakan pesawat Grob, selanjutnya akan dilatih kembali menggunakan pesawat T-34 Charlie atau KT-1 B Wongbee. Selanjutnya akan masuk ke pelatihan LIFT menggunakan pesawat T-50i. Lulusan T-50i inilah yang nantinya akan disebar untuk menjadi pilot untuk fighter sesungguhnya di TNI AU seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya.Disini dapat kita lihat bahwa peranan T-50i adalah melatih dan menyediakan calon pilot-pilot baru bagi Skuadron Fighter sesungguhnya yang dimiliki Indonesia.
Dalam Hal ini kita melihat bahwa pesawat T-50i sebagai LIFT ini sangat vital peranannya dalam mencetak pilot-pilot baru. Jika pelatihan pesawat LIFT dengan T-50i ini gagal menghasilkan pilot-pilot baru dengan kualitas dan jumlah yang mencukupi, maka secara tidak langsung ini juga akan menghambat modernisasi angkatan udara Indonesia.
Pesawat T-50i dan Kesiapan Angkata Udara Indonesia Menyambut Pesawat Fighter Baru
Sebentar lagi, Indonesia akan kedatangan 24 unit F-16 Hibah dari Amerika Serikat.Selain itu juga sedang dibahaspengganti F-5 TNI AU yang sudah tua. Dan juga ada desas desus penambahan fighter lainnya. Dengan melihat pengganti F-5 TNI AU dan kedantangan 24 unit F-16 Hibah saja, setidaknya Indonesia akan kedatangan sedikitknya 40 unit Fighter di TNI AU. Itu artinya dibutuhkan banyak sekali pilot-pilot baru untuk 'menunggangi' pesawat-pesawat tersebut. Dalam beberapa berita yang pernah saya baca, pihak TNI AU sendiri menginginkan setidaknya jumlah pilot minimal adalah 1.5 kali jumlah pesawat. Nah dari sini saja, jika kita perhitungkan bahwa minimal ada setidaknya 60 orang pilot pilot fighter yang baru yang harus dihasilkan oleh T-50i beberapa tahun kedepan. Ini belum lagi termasuk regenarasi pilot yang naik jabatan ataupun karena faktor lainnya tidak lagi menjadi pilot Fighter.
Ini bisa diartikan bahwa peranan pesawat LIFT seperti T-50i sangat vital dan sangat penting sekali bagi Indonesia saat ini. Itulah sebabnya saya sendiri sedikit kurang setuju dengan beberapa pendapat rekan-rekan diskusi di forum militer yang menyebutkan bahwa ada baiknya T-50i ini difungsikan sebagai Fighter karena minimnya jumlah Fighter Indonesia saat ini.
Saya sendiri berpendapat bahwa peranan T-50i sebagai pesawat latih/LIFT sama pentingnya dengan peranan pesawat Fighter sesungguhnya seperti F-5, F-16, Hawk-209 dan Su-27/30 TNI AU.
Sumber : analisismiliter.com
0 komentar:
Posting Komentar