JAKARTA-(IDB) : Penyelenggaraan KTT APEC 2013 pada Oktober lalu dinilai sukses khususnya dari segi pengamanan.
Atas dasar itu, China ingin belajar kepada Indonesia mengenai sistem keamanan kepada kepala negara dan delegasinya.
"Mereka mau mendengar langsung pengalaman kita pada pengamanan KTT APEC 2013. Mereka menilai pengamanan kita berhasil.
Mereka ingin tahu lebih detail soal organisasi, komando dan koordinasi kita. Mereka anggap organisasi kita perfect," ujar Komandan Paspampres Mayjen TNI Doni Munardo, Selasa (17/12/2013).
Pertemuan tersebut berlangsung di Markas Komando Paspampres Jl Tanah Abang II, Jakarta Pusat, Senin (16/12). Delegasi Cina dipimpin oleh Deputi Direktur Keamanan Kementerian Pertahanan RRC Wang Lei.
Doni mengatakan keberhasilan sebuah KTT setengahnya ditentukan oleh sistem keamanan. Nah, China ingin tahu cara pengamanan yang dilakukan Indonesia saat penyelenggaran event internasional tersebut.
"Mereka surprise melihat keamanan KTT kemarin. Mereka merasa puas dan terkesan. Mereka anggap itu adalah sistem yang terbaik selain petugas-petugasnya yang profesional," tuturnya.
Salah satu yang membuat mereka terkesan adalah mengenai bagaimana TNI dan Polri bisa bersinergi dalam sistem keamanan. Doni menjelaskan Indonesia menerapkan sistem keamanan satu komando antara TNI dan Polri.
"Mereka ingin belajar bagaimana TNI dan Polri bisa bersinergi, di mana semua unsur pengamanan bisa bersatu," imbuhnya.
Doni juga menjelaskan bahwa semua pemimpin atau kepala negara mendapat prioritas yang sama. Dengan koordinasi Badan Intelijen Negara (BIN) dan Badan Intelijen Strategis (BAIS), pihaknya menentukan klasifikasi potensi keamanan dari masing-masing pemimpin negara.
Doni mengakui bahwa ada negara-negara yang detail mempertanyakan persiapan pengamanan Indonesia. Ada juga negara-negara yang meminta fasilitas-fasilitas khusus seperti kendaraan berat atau mobil antipeluru.
"Nah kalau soal helipad itu sebenarnya kita yang sudah jauh hari merancangnya. Sejak tahun lalu kita sudah siapkan untuk evakuasi medis misalnya, atau evakuasi kepala negara jika ada potensi gangguan. Jadi kita sudah siapakan di kawasan Nusa Dua, jalur evakuasi pengamanan pantai, dan semua aspek dari laut udara dan darat, semua fasilitas kita penuhi," paparnya.
Doni menegaskan bahwa untuk sisi keamanan, tidak ada satupun negara yang bisa mendikte Indonesia. Terlebih Indonesia sudah menerapkan sistem keamanan sesuai dengan standar internasional.
"Semua pelaksanaan pengamanan dibawah kendali kita dan semua harus tunduk. Sama seperti kita tunduk kalau kita datang ke negara mereka," tegasnya.
Atas dasar itu, China ingin belajar kepada Indonesia mengenai sistem keamanan kepada kepala negara dan delegasinya.
"Mereka mau mendengar langsung pengalaman kita pada pengamanan KTT APEC 2013. Mereka menilai pengamanan kita berhasil.
Mereka ingin tahu lebih detail soal organisasi, komando dan koordinasi kita. Mereka anggap organisasi kita perfect," ujar Komandan Paspampres Mayjen TNI Doni Munardo, Selasa (17/12/2013).
Pertemuan tersebut berlangsung di Markas Komando Paspampres Jl Tanah Abang II, Jakarta Pusat, Senin (16/12). Delegasi Cina dipimpin oleh Deputi Direktur Keamanan Kementerian Pertahanan RRC Wang Lei.
Doni mengatakan keberhasilan sebuah KTT setengahnya ditentukan oleh sistem keamanan. Nah, China ingin tahu cara pengamanan yang dilakukan Indonesia saat penyelenggaran event internasional tersebut.
"Mereka surprise melihat keamanan KTT kemarin. Mereka merasa puas dan terkesan. Mereka anggap itu adalah sistem yang terbaik selain petugas-petugasnya yang profesional," tuturnya.
Salah satu yang membuat mereka terkesan adalah mengenai bagaimana TNI dan Polri bisa bersinergi dalam sistem keamanan. Doni menjelaskan Indonesia menerapkan sistem keamanan satu komando antara TNI dan Polri.
"Mereka ingin belajar bagaimana TNI dan Polri bisa bersinergi, di mana semua unsur pengamanan bisa bersatu," imbuhnya.
Doni juga menjelaskan bahwa semua pemimpin atau kepala negara mendapat prioritas yang sama. Dengan koordinasi Badan Intelijen Negara (BIN) dan Badan Intelijen Strategis (BAIS), pihaknya menentukan klasifikasi potensi keamanan dari masing-masing pemimpin negara.
Doni mengakui bahwa ada negara-negara yang detail mempertanyakan persiapan pengamanan Indonesia. Ada juga negara-negara yang meminta fasilitas-fasilitas khusus seperti kendaraan berat atau mobil antipeluru.
"Nah kalau soal helipad itu sebenarnya kita yang sudah jauh hari merancangnya. Sejak tahun lalu kita sudah siapkan untuk evakuasi medis misalnya, atau evakuasi kepala negara jika ada potensi gangguan. Jadi kita sudah siapakan di kawasan Nusa Dua, jalur evakuasi pengamanan pantai, dan semua aspek dari laut udara dan darat, semua fasilitas kita penuhi," paparnya.
Doni menegaskan bahwa untuk sisi keamanan, tidak ada satupun negara yang bisa mendikte Indonesia. Terlebih Indonesia sudah menerapkan sistem keamanan sesuai dengan standar internasional.
"Semua pelaksanaan pengamanan dibawah kendali kita dan semua harus tunduk. Sama seperti kita tunduk kalau kita datang ke negara mereka," tegasnya.
Sumber : Detik
0 komentar:
Posting Komentar