Jakarta : Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menegaskan reaktor nuklir riset GA Siwabessy di Serpong, Banten masih bisa beroperasi dengan prima untuk melayani publik yang membutuhkan dan membantah jika reaktor tersebut sering rusak.
"Dalam satu tahun reaktor tersebut bisa beroperasi selama 200 hari dan sisa waktunya digunakan untuk kegiatan maintenance," kata Kepala Biro Hukum, Humas dan Kerja sama Batan, Totti Tjiptosumirat dalam surat tanggapannya yang dikirim kepada Antara di Jakarta, Selasa.
Surat tersebut menanggapi pernyataan Menteri BUMN, Dahlan Iskan di Antaranews pada Minggu, 1 Juni 2014 dalam tulisannya berjudul "ROTFL yang Terjadi Setelah Ngamen" tentang kinerja reaktor nuklir Serbaguna GA Siwabessy sudah tidak optimal karena umurnya sudah tua dan sering rusak.
"Audit terhadap kinerja reaktor nuklir selalu dilakukan secara rutin, baik oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan International Atomic Energy Agency (IAEA) sebagai lembaga pengawas internasional. Selama ini berdasarkan penilaian kedua lembaga tersebut kinerja reaktor GA Siwabessy memiliki reputasi sangat baik," katanya.
Dengan kapasitas 30 MWt Reaktor GA Siwabessy, lanjut dia, masih bisa memberikan layanan iradiasi dan memproduksi radioisotop hingga ribuan Curie setiap minggunya.
Selama ini kapasitas daya yang digunakan baru mencapai 15 MWt (50 persen dari kapasitas yang dimiliki) dan masih memiliki kapasitas besar yang belum dimanfaatkan dengan optimal, jadi kelebihan daya yang ada masih bisa digunakan oleh pengguna yang lain secara leluasa, ujarnya.
Ia juga mengatakan, reaktor GA. Siwabessy hanya melakukan fungsi mengiradiasi target menggunakan neutron untuk menghasilkan radioisotop, karena selebihnya yang terkait dengan pengemasan, pendistribusian dan komersialisasi dari produk yang dihasilkan menjadi tanggung jawab di luar Batan, dalam hal ini PT. Inuki.
PT Inuki adalah BUMN yang salah satu bidang usahanya mengkomersialisasi radioisotop dan memiliki fasilitas pengemasan radioisotop yang berada di dekat lokasi reaktor dengan mendapat pengawasan dari Bapeten sebagaimana dilakukan terhadap fasilitas Batan.
Diakuinya pula, reaktor nuklir GA Siwabessy mulai dioperasikan Batan sejak tahun 1987, sehingga umurnya sudah sekitar 29 tahun.
"Namun umur reaktor nuklir secara normal bisa mencapai 40 tahun, bahkan bila diperlukan bisa diperpanjang hingga mencapai 60 tahun, sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Amerika, Eropa dan negara-negara lain," katanya.
Indonesia juga sudah memperpanjang operasi reaktor nuklir yang ada di Bandung yang mulai dioperasikan pada tahun 1965 dan di Yoryakarta pada tahun 1979.
Kedua reaktor tersebut masih beroperasi dengan baik meskipun umurnya sudah lebih dari 40 tahun, katanya.
"Reaktor GA Siwabessy termasuk kategori reaktor serbaguna karena dapat digunakan untuk berbagai tujuan, di antaranya untuk penelitian, pengujian bahan dan untuk produksi radioisotop," katanya.
Radioisotop yang telah diproduksi menggunakan layanan iradiasi di Reaktor GA Siwabessy, antara lain: TeO2 (Tellurium), I (lodium), Mo (Molybdenum), Ir (lridium), Zn (Zink), KBr (KaliumBromida), TiO3 (Titanium Oksida), WO3 (Wolfram), Sm2O: (Samarium Oksida), Gd2O3 (Gadolinium), Sr2O3 (Stronsium), Lu2O3 (Luthisium), Bi2O3 (Bismuth), S (Sulfur), dan Yb2O3 (lterbium).
"Dalam satu tahun reaktor tersebut bisa beroperasi selama 200 hari dan sisa waktunya digunakan untuk kegiatan maintenance," kata Kepala Biro Hukum, Humas dan Kerja sama Batan, Totti Tjiptosumirat dalam surat tanggapannya yang dikirim kepada Antara di Jakarta, Selasa.
Surat tersebut menanggapi pernyataan Menteri BUMN, Dahlan Iskan di Antaranews pada Minggu, 1 Juni 2014 dalam tulisannya berjudul "ROTFL yang Terjadi Setelah Ngamen" tentang kinerja reaktor nuklir Serbaguna GA Siwabessy sudah tidak optimal karena umurnya sudah tua dan sering rusak.
"Audit terhadap kinerja reaktor nuklir selalu dilakukan secara rutin, baik oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan International Atomic Energy Agency (IAEA) sebagai lembaga pengawas internasional. Selama ini berdasarkan penilaian kedua lembaga tersebut kinerja reaktor GA Siwabessy memiliki reputasi sangat baik," katanya.
Dengan kapasitas 30 MWt Reaktor GA Siwabessy, lanjut dia, masih bisa memberikan layanan iradiasi dan memproduksi radioisotop hingga ribuan Curie setiap minggunya.
Selama ini kapasitas daya yang digunakan baru mencapai 15 MWt (50 persen dari kapasitas yang dimiliki) dan masih memiliki kapasitas besar yang belum dimanfaatkan dengan optimal, jadi kelebihan daya yang ada masih bisa digunakan oleh pengguna yang lain secara leluasa, ujarnya.
Ia juga mengatakan, reaktor GA. Siwabessy hanya melakukan fungsi mengiradiasi target menggunakan neutron untuk menghasilkan radioisotop, karena selebihnya yang terkait dengan pengemasan, pendistribusian dan komersialisasi dari produk yang dihasilkan menjadi tanggung jawab di luar Batan, dalam hal ini PT. Inuki.
PT Inuki adalah BUMN yang salah satu bidang usahanya mengkomersialisasi radioisotop dan memiliki fasilitas pengemasan radioisotop yang berada di dekat lokasi reaktor dengan mendapat pengawasan dari Bapeten sebagaimana dilakukan terhadap fasilitas Batan.
Diakuinya pula, reaktor nuklir GA Siwabessy mulai dioperasikan Batan sejak tahun 1987, sehingga umurnya sudah sekitar 29 tahun.
"Namun umur reaktor nuklir secara normal bisa mencapai 40 tahun, bahkan bila diperlukan bisa diperpanjang hingga mencapai 60 tahun, sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Amerika, Eropa dan negara-negara lain," katanya.
Indonesia juga sudah memperpanjang operasi reaktor nuklir yang ada di Bandung yang mulai dioperasikan pada tahun 1965 dan di Yoryakarta pada tahun 1979.
Kedua reaktor tersebut masih beroperasi dengan baik meskipun umurnya sudah lebih dari 40 tahun, katanya.
"Reaktor GA Siwabessy termasuk kategori reaktor serbaguna karena dapat digunakan untuk berbagai tujuan, di antaranya untuk penelitian, pengujian bahan dan untuk produksi radioisotop," katanya.
Radioisotop yang telah diproduksi menggunakan layanan iradiasi di Reaktor GA Siwabessy, antara lain: TeO2 (Tellurium), I (lodium), Mo (Molybdenum), Ir (lridium), Zn (Zink), KBr (KaliumBromida), TiO3 (Titanium Oksida), WO3 (Wolfram), Sm2O: (Samarium Oksida), Gd2O3 (Gadolinium), Sr2O3 (Stronsium), Lu2O3 (Luthisium), Bi2O3 (Bismuth), S (Sulfur), dan Yb2O3 (lterbium).
Sumber : ANTARA
0 komentar:
Posting Komentar