Jakarta -Industri pertahanan Indonesia belum mampu memproduksi kendaraan tempur lapis baja (armored vehicle) untuk kelas tank. Alhasil, TNI masih sangat tergantung terhadap pasokan tank impor. Hal ini sangat rawan bila sewaktu-waktu terkena ’embargo’ dari negara produsen senjata.
Melihat fenomena ini, Kementerian Pertahanan RI menugaskan PT Pindad mengembangkan dan membangun tank kelas medium atau medium tank secara mandiri sejak 2012. Tank rancangan Pindad kini memasuki tahap desain tank.
Dari model yang ditampilkan pada acara Armored Vehicle Asia (AVA) Conference 2015, canon atau turret dari medium tank karya Pindad tampak menyerupai Tank Leopard yang telah dibeli oleh TNI AD. Tank tersebut dikonsep memakai senjata canon kaliber 105 milimeter (mm).
“Ini medium tank. Dasarnya, TNI pada pasukan kaveleri butuh tank pendamping untuk Main Battle Tank dari Leopard. Pendampingnya harus kelas medium karena saat operasi, MBT butuh pendamping. Kebetulan TNI belum punya medium tank yang pakai canon kaliber 105mm. Sedangkan leopard kalibernya 120 mm,” kata VP Product and Process Development Pindad Heru Puryanto kepada detikFinance pada sela acara Armored Vehicle Asia (AVA) Conference 2015 di Hotel Crowne, Jakarta, Selasa (28/4/2015).
Untuk pengembangan medium tank, Pindad mengandeng produsen tank asal Turki, FNSS. Kedua belah pihak akan memadukan rancangan tank masing-masing untuk diproduksi bersama.
“Di pihak Indonesia ditunjuk Pindad. Turki ditunjuk FNSS. Sekarang masuk pembahasan finalisasi. Konsep dari Pindad bisa dipakai dan bisa berubah,” jelasnya.
Di pasar medium tank, produk rancangan Pindad memiliki pesaing dengan Tank K21 buatan Korea Selatan, Tulpar buatan Turki, dan BMP3F buatan Rusia. Pindad menargetkan produk medium tank made in Bandung bisa selesai mulai 2017.
“3 tahun ke depan selesai purwarupa. Tahapannya, tahun pertama (2015) finalisasi desain, tahun kedua produksi, tahun ketiga dilakukan test,” ujarnya.
Untuk pengembangan sistem senjata, Pindad membuka peluang BUMN RI seperti PT Inti dan PT LEN sedangkan PT Krakatau Steel Tbk diharapkan mampu memasok baja untuk medium tank dengan ketebalan baja 16 mm. Meski demikian, Pindad tetap akan mengadeng produsen senjata dunia untuk memasok turret karena industri pertahanan lokal belum mampu memproduksi.
Heru mengaku banyak manfaat yang diperoleh Indonesia dengan mengembangkan tank secara mandiri di dalam negeri.
“Intinya kembangkan di dalam bisa mengurangi ketergantungan dari luar. Saat jalan sendiri, kita bisa mandiri karena setiap bisa embargo,” tuturnya. (Detik.com).
Di bulan September 2014, Windu Paramarta pernah memposting desain tank medium via iconosquare.com. Hull tank itu menyerupai IFV Marder yang dipasang turret CTCV Belgia. Jika diperhatikan postingan gambar di bawah ini, mirip dengan model tank medium Pindad yang dimunculkan di Armored Vehicle Asia (AVA) Conference 2015.
0 komentar:
Posting Komentar