Washington - Para pejabat Amerika Serikat mengatakan sejumlah hacker atau peretas asal Rusia berhasil menembus sistem komputer Gedung Putih, setelah dalam beberapa bulan ini bisa menyusup ke Kementerian Luar Negeri (Kemlu).
Meskipun pihak Gedung Putih mengatakan penyusupan itu hanya berdampak ke sistem yang tidak dirahasiakan (unclassified), namun hal tersebut tidak mengurangi keseriusan masalah yang terjadi.
Dengan keberhasilan ini, para hacker punya akses ke informasi-informasi sensitif, misalnya jadwal harian presiden yang tidak dipublikasikan. Meskipun ini bukan kategori informasi rahasia, namun tetap merupakan hal sangat sensitif dan bernilai tinggi bagi agen-agen intelijen negara lain, menurut para pejabat AS.
Pada Oktober lalu Gedung Putih mengatakan ada aktivitas mencurigakan di jaringan unclassified yang dipakai kantor eksekutif presiden. Sistem ini secara berkala dimatikan untuk dilakukan peningkatan atau upgrade sistem keamanan.
Biro Penyidik Federal (FBI), pasukan pengamanan presiden (Secret Service) dan badan-badan intelijen AS dilibatkan untuk menyelidiki peretasan ini, yang dianggap sebagai serangan paling canggih yang pernah dilancarkan pada sistem pemerintahan AS.
Aksi peretasan ini menggunakan banyak komputer di berbagai belahan dunia, seperti yang sering dilakukan para hacker untuk menutupi jejak mereka. Namun para penyidik menemukan kode-kode unik dan pertanda lain yang diyakini mengarah pada petunjuk bahwa mereka bekerja untuk pemerintah Rusia, demikian dilaporkan CNN, Selasa (7/4) waktu setempat.
Komputer Kemlu AS Dikuasai Hacker
Untuk bisa mencapai Gedung Putih, para hacker terlebih dahulu menembus sistem di Kementerian Luar Negeri, menurut para penyidik yang tidak disebutkan namanya.
Untuk bisa mencapai Gedung Putih, para hacker terlebih dahulu menembus sistem di Kementerian Luar Negeri, menurut para penyidik yang tidak disebutkan namanya.
Sistem komputer Kemlu AS telah benar-benar terkontaminasi peretas, karena meskipun sudah dikunci namun para hacker Rusia itu bisa masuk lagi.
Menurut seorang pejabat AS, para hacker Rusia telah “menguasai” sistem komputer Kemlu selama berbulan-bulan dan belum jelas apakah sekarang mereka telah sepenuhnya dihapus dari sistem.
Seperti dalam banyak aksi peretasan lainnya, para penyidik meyakini penyusupan ke Gedung Putih diawali dengan surel berisi virus atau phishing email, yang dikirimkan lewat alamat email Kemlu, di mana hacker sudah berhasil masuk.
Direktur Intelijen Nasional AS James Clapper, dalam sebuah pidato di acara FBI Januari lalu, mengingatkan para pejabat pemerintah dan pengusaha swasta untuk mengajarkan staf mereka mengenali surel berisiko seperti ini.
“Sering sekali orang-orang Tiongkok dan yang lainnya bisa mendapat akses ke sistem kita hanya dengan berpura-pura menjadi orang lain dan kemudian minta akses, lalu seseorang memberikannya,” kata Clapper.
Kontroversi Hillary Clinton
Peretasan di Kemlu AS ini terjadi di tengah kontroversi tentang mantan menteri luar negeri Hillary Clinton yang menggunakan server email pribadi untuk urusan pemerintah saat masih menjabat, yang dianggap kurang aman dibandingkan server milik Kemlu.
Peretasan di Kemlu AS ini terjadi di tengah kontroversi tentang mantan menteri luar negeri Hillary Clinton yang menggunakan server email pribadi untuk urusan pemerintah saat masih menjabat, yang dianggap kurang aman dibandingkan server milik Kemlu.
Aksi peretas Rusia diyakini terjadi setelah Clinton pensiun, namun para peretas sejak lama mengincar Clinton dan orang-orang dekatnya.
Situs The Smoking Gun adalah yang pertama memberitakan pada 2013 bahwa seorang hackerdengan nama samaran Guccifer bisa menembus alamat surel AOL milik Sidney Blumenthal, yaitu teman dan penasihat keluarga Clinton, dan merilis berbagai surel Blumenthal yang dikirim ke akun pribadi Hillary Clinton.
Surel-surel itu termasuk memo-memo sensitif tentang kebijakan luar negeri, dan menjadi bukti pertama digunakannya alamat surel pribadi Hillary Clinton yang menjadi kontroversi sekarang ini: hdr22@clintonemail.com. Alamat surel ini sudah tidak lagi dipakai sekarang. (beritasatu.com)
0 komentar:
Posting Komentar