Mendengar kalimat di atas ingatan menjadi melayang ke Indonesia tahun 1980- 1990-an di mana, salah satu petinggi kita yang sudah almarhum, menyampaikan ketetapan hatinya mendukung penuh negaranya tercinta menuju Indonesia Jaya.
Kalimat setan dalam tanda petik di atas, bukan berarti kita bersekutu dengan ajaran setan dan mendustakan ajaran Tuhan Yang Maha Esa yang selama ini kita anut, tetapi kalimat di atas adalah dalam arti harfiah.
Setan dalam arti harfiah bisa dianalogikan sebagai Negara, Blok, Tokoh, Golongan, atau pun Partai.
Bersekutu dalam arti harfiah juga bukan artinya memuja atau mendukung, menjadi antek dan menjadi hambanya, tetapi sebagai partner yang setara, saling menguntungkan, saling mengkritisi yang kontruktif –tujuan bagi seorang patriot yang terpaksa bersekutu adalah untuk kepentingan negaranya ke depan, agar lebih baik dalam arti sesungguhnya
Ya kalimat di atas arti harfiahnya adalah bahwa seorang Patriot sejati tidak akan gentar walaupun harus bersekutu dengan “Setan” agar negaranya tercinta menuju Indonesia Jaya. Sedangkan jalan menuju Indonesia Jaya yang berdaulat penuh atas kemerdekaan yang diraih, masih berliku. Hal tersebut karena banyak yang ingin menumpang kemerdekaan tersebut dan memanfaatkan sumber daya Indonesia.
Untuk menuju jaya Indonesia memang masih dalam perjalanan yang berat, tetapi bukan berarti itu “Tidak Mungkin”. Saya yakin suatu saat anak dan cucu kita merasakan kejayaan tersebut dan kita sebagai generasi sekarang harusnya menyiapkan dan meraih jalan kejayaan tersebut.
MENCEGAH DDS
DDS adalah akronim Dasamuka, Durna dan Sengkuni. Mereka adalah tokoh pewayangan yang digambarkan bertabiat buruk. Coba kita kenali mereka,
Durna: Resi Durna berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam berperang.
DDS adalah akronim Dasamuka, Durna dan Sengkuni. Mereka adalah tokoh pewayangan yang digambarkan bertabiat buruk. Coba kita kenali mereka,
Durna: Resi Durna berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam berperang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Keris Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Dalam perang Bharatayuddha, Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Bisma.
Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan formasi perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestadyumena, putera Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya, Raja Negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumena. Akan tetapi sebenarnya kejadian itu disebabkan oleh taktik perang yang dilancarkan oleh pihak Pandawa dengan tipu muslihat karena kerepotan menghadapi kesaktian dan kedigjayaan sang Resi.
Pelajaran yang dapat diambil dari sini adalah bagaimanapun saktinya sang resi, beliau sangat sayang terhadap keluarganya, membelanya membabi buta sehingga termakan tipuan dalam peperangan yang mengakibatkan kematiannya.
Sengkuni: Sengkuni merupakan penasihat utama Duryudana, pemimpin para Kurawa. Berbagai jenis tipu muslihat dan kelicikan ia jalankan demi menyingkirkan para Pandawa.
Dalam Mahabharata bagian pertama atau Adiparwa, Sengkuni menciptakan kebakaran di Gedung Jatugreha, tempat para Pandawa bermalam di dekat Hutan Waranawata. Namun para Pandawa dan ibu mereka, yaitu Kunti berhasil meloloskan diri dari kematian. Dalam pewayangan, peristiwa ini terkenal dengan nama Bale Sigala-Gala.
Usaha Sengkuni yang paling sukses adalah merebut Kerajaan Indraprastha dari tangan para Pandawa melalui permainan dadu melawan pihak Kurawa. Kisah ini terdapat dalam Mahabharata bagian kedua, atau Sabhaparwa.
Peristiwa tersebut disebabkan oleh rasa iri hati Duryudana atas keberhasilan para Pandawa membangun Indraprastha yang jauh lebih indah daripada Hastinapura. Atas saran Sengkuni, ia pun mengundang para Pandawa untuk bermain dadu di Hastinapura. Dalam permainan itu Sengkuni bertindak sebagai pelempar dadu Kurawa. Dengan menggunakan ilmu sihirnya, ia berhasil mengalahkan para Pandawa. Sedikit demi sedikit harta benda, istana Indraprastha, bahkan kemerdekaan para Pandawa dan istri mereka, Dewi Drupadi jatuh ke tangan Duryudana.
Mendengar Drupadi dipermalukan di depan umum, Dewi Gendari ibu para Kurawa muncul membatalkan semuanya. Para Pandawa pun pulang dan mendapatkan kemerdekaan mereka kembali. Karena kecewa, Duryudana mendesak ayahnya, Drestarastra, supaya mengizinkannya untuk menantang Pandawa sekali lagi. Drestarastra yang lemah tidak kuasa menolak keinginan anak yang sangat dimanjakannya itu.
Maka, permainan dadu yang kedua pun terjadi kembali. Untuk kedua kalinya, pihak Pandawa kalah di tangan Sengkuni. Sebagai hukuman, mereka harus menjalani hidup selama 12 tahun di dalam hutan, dan dilanjutkan dengan menyamar selama setahun di suatu negeri. Jika penyamaran mereka sampai terbongkar, mereka harus mengulangi kembali selama 12 tahun hidup di dalam hutan.
Dasamuka : Kadangkala disebut Rahwana adalah tokoh utama yang bertentangan terhadap Prabu Rama dalam Sastra Hindu, Ramayana. Dalam kisah, ia merupakan Raja Alengka, sekaligus Raksasa atau iblis, ribuan tahun yang lalu.
Rawana dilukiskan dengan sepuluh kepala, menunjukkan bahwa ia memiliki pengetahuan dalam Weda dan sastra. Karena punya sepuluh kepala ia diberi nama “Dasamukha”. Ia juga memiliki dua puluh tangan, menunjukkan kesombongan dan kemauan yang tak terbatas. Ia juga dikatakan sebagai ksatria besar.
Dengan kekuatan yang diperolehnya dari Brahma, Rahwana melakukan penyerangan untuk menaklukkan ras manusia, makhluk jahat (asura – rakshasa – detya – danawa), dan makhluk surgawi. Setelah menaklukkan Patala (dunia bawah tanah), ia mengangkat Ahirawan sebagai raja.
Rahwana sendiri menguasai ras asura di tiga dunia. Karena tidak mampu mengalahkan Wangsa Niwatakawaca dan Kalakeya, ia menjalin persahabatan dengan mereka. Setelah menaklukkan para raja dunia, ia mengadakan upacara yang layak dan dirinya diangkat sebagai Maharaja. Oleh karena Kubera telah menghina tindakan Rahwana yang kejam dan tamak, Rahwana mengerahkan pasukannya menyerbu kediaman para dewa, dan menaklukkan banyak dewa. Lalu ia mencari Kubera dan menyiksanya secara khusus. Dengan kekuatannya, ia menaklukkan banyak dewa, makhluk surgawi, dan bangsa naga.
Rahwana juga terkenal akan petualangannya menaklukkan para wanita. Rahwana memiliki banyak istri, yang paling terkenal adalah Mandodari, putera Mayasura dengan seorang bidadari bernama Hema. Ramayana mendeskripsikan bahwa istana Rahwana dipenuhi oleh para wanita cantik yang berasal dari berbagai penjuru dunia. Di Alengka, semua wanita merasa beruntung apabila Rahwana menikahinya. Dua legenda terkenal menceritakan kisah pertemuan Rahwana dengan wanita istimewa.
Wanita istimewa pertama adalah Wedawati, seorang pertapa wanita. Wedawati mengadakan pemujaan ke hadapan Wisnu agar ia diterima menjadi istrinya. Ketika Rahwana melihat kecantikan Wedawati, hatinya terpikat dan ingin menikahinya. Ia meminta Wedawati untuk menghentikan pemujaannya dan ia merayu Wedawati agar bersedia untuk menikahinya. Karena Wedawati menolak, Rahwana mencoba untuk melarikannya. Kemudian Wedawati bersumpah bahwa ia akan lahir kembali sebagai penyebab kematian Rahwana. Setelah berkata demikian, Wedawati membuat api unggun dan menceburkan diri ke dalamnya. Bertahun-tahun kemudian ia bereinkarnasisebagai Sita, yang diculik oleh Rahwana sehingga Rama turun tangan dan membunuh Rahwana.
DDS di Indonesia
Karakter ketiga Tokoh diatas bila dianalogikan keadaan di Indonesia akan menarik untuk diulas. Saya melihat di Indonesia sudah lama ada dan mulai banyak tokoh tokoh yang berkarakter seperti tiga tokoh pewayangan tersebut. Mulai di jaman kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru sampai era Pasca Reformasi.
Karakter ketiga Tokoh diatas bila dianalogikan keadaan di Indonesia akan menarik untuk diulas. Saya melihat di Indonesia sudah lama ada dan mulai banyak tokoh tokoh yang berkarakter seperti tiga tokoh pewayangan tersebut. Mulai di jaman kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru sampai era Pasca Reformasi.
Rakyat harusnya belajar mengenali siapa saja tokoh tokoh yang berwatak Durna, atau yang berwatak Sengkuni ataupu berwatak Dasamuka. Dengan demikian sebagai rakyat yang cerdas bisa PAHAM siapa siapa yang dipilih dan dijadikan sandaran HARAPANnya dalam Pemilu di Indonesia yang akan datang.
Kita tidak boleh terlena dengan Janji janji yang serasa pro rakyat ataupun rakyat kecil. Kita tidak boleh hanya melihat tokoh karena kepopulerannya saja atau mengklaim mewakili diri rakyatnya. Kita juga tidak boleh membabi buta mendukung suatu tokoh karena beliau menantu atau anak mantan petinggi kita. Rakyat Cerdas harus bisa melihat dan memilih mana Tokoh yang mempunyai sisi IHKLAS seorang tokoh dalam memimpin dan memajukan Indonesia Jaya.
Karena bagi Durna, Sengkuni dan Dasamuka, mereka mampu menipu rakyat bahkan para Ksatria negeri dengan segala kelicikan dan sihirnya agar memenuhi hasrat kekuasaannya.
MEMBANGUN Indonesia Bersama
Pilpres sudah lewat dan kita harus legowo, menerima dan mendukung pemimpin Indonesia yang akan datang. Rakyat sudah harus menjalin persatuan dan kesatuannya dan bekerja keras dibidang masing masing dalam menuju Indonesia Jaya.
Pilpres sudah lewat dan kita harus legowo, menerima dan mendukung pemimpin Indonesia yang akan datang. Rakyat sudah harus menjalin persatuan dan kesatuannya dan bekerja keras dibidang masing masing dalam menuju Indonesia Jaya.
Kita sudah basi mendengar bahwa rakyat masih mempermasalahkan dan enggan menerima pemenang yang bukan pilihan sebagian rakyat. Sebagai solusi bagi rakyat yang merasa itu bukan pilihannya, silahkan tetap mengkritisi dengan cara yang KONTRUKTIF dan tidak menghilangkan “RUH” mementingkan kepentingan Nasional menuju Indonesia Jaya.
Bila kita melihat perkembangan pasar dan ekonomi pasca pilpres, kita wajib bersyukur karena pilpres dalam rangkaian pemilu tahun ini tidak membuat Indonesia terguncang bahkan sekarang kondisinya STABIL. Bila ada yang menghubungkan dengan sejarah masa lalu yaitu huruhara pada era transisi pada tahun 1965 dan tahun 1998 dan berlanjut pada tahun ini, maka ramalan itu salah besar dan tidak terbukti.
Proses Transisi pemerintahan pada tahun ini aman aman saja dan kita WAJIB mensyukurinya dan kewajiban selanjutnya menjaga agar Indonesia tidak perlu melewati masa masa kelam dalam menuju Indonesia Jaya.
TETAPI kita rakyat tetap harus WASPADA dengan pergerakan pergerakan para Durna, Sengkuni dan Dasamuka dalam mendompleng Pemerintahan ataupun di uar Pemerintahan yang ingin mengambil keuntungannya sendiri.
TETAPI kita rakyat tetap harus WASPADA dengan pergerakan pergerakan para Durna, Sengkuni dan Dasamuka dalam mendompleng Pemerintahan ataupun di uar Pemerintahan yang ingin mengambil keuntungannya sendiri.
Bagi kami Rakyat Indonesia yang cerdas, banyak jalan menuju Indonesia Jaya walaupun harus dilewati dengan jalan yang berliku, dan kami berpegang prinsip “Demi Negaraku Tercinta bersekutu dengan “Setan” pun aku lakukan, asal Indonesia JAYA. (by:SATRIO).
Diolah dari berbagai sumber
*Harap dicerna dulu sampai halus baru ditelan. Tulisan di atas bukan untuk pro kepada salah satu pihak, tetapi pro kepada Indonesia Jaya.
0 komentar:
Posting Komentar