Select Language

Senin, 24 Februari 2014

Kapal Perang Iran Hadang Kapal AL AS di Teluk Persia



Langkah mengirim kapal perang ke Atlantik itu diumumkan oleh Komandan Armada Angkatan Laut Iran sementara kapal-kapal itu sudah memulai perjalanan mereka menuju Samudra Atlantik melalui perairan dekat Afrika Selatan.

Kapal perang Iran diperintahkan bergerak mendekati perbatasan maritim Amerika Serikat sebagai satu tanggapan penggelaran kapal-kapal AS di Teluk Persia. "Armada militer Iran sedang mendekat perbatasan-perbatasan maritim AS, dan tindakan ini merupakan satu pesan peringatan," kata kantor berita itu mengutip pernyataan Laksamana Afshin Rezayee Haddad.

Media Iran melaporkan bahwa dua kapal yaitu kapal perusak dan kapal pengangkut helikopter pun sebenarnya telah dikirim pada tanggal 21 Januari lalu.

Kantor berita itu memberitakan rencana itu adalah bagian dari "tanggapan Iran pada tindakan Washington yang meningkatkan kehadiran angkatan lautnya di Teluk Persia."

Di Washington, seorang pejabat keamanan yang berbicara tanpa bersedia namanya disebutkan meragukan klaim bahwa kapal-kapal Iran sedang bergerak ke dekat perbatasan maritim AS. Pejabat itu justru menambahkan bahwa "kapal-kapal bebas beroperasi di perairan-perairan internasional."

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pengiriman kapal perang adalah bukti yang jelas tentang agresi Iran dan bukti kebijakan salah menyusul kesepakatan bersejarah dengan kekuatan dunia terkait program nuklirnya dengan imbalan bantuan sanksi.

"Pelonggaran sanksi terhadap Iran oleh masyarakat internasional tidak menyebabkan Iran patuh dan justru akan melakukan agresi internasionalnya," tegas Netanyahu dalam pertemuan kabinet mingguannya seperti disampaikan oleh kantor resminya.
Israel mengecam pengumuman Iran bahwa mereka telah mengirim kapal angkatan lautnya ke perbatasan maritim dengan Amerika Serikat. Pengumuman ini pun menjadi bukti nyata akan kebengalan Iran.

http://jaringnews.com  

Belanja Seret, Hegemoni Barat Dikhawatirkan Runtuh

Kalau negara-negara Asia meningkat belanja militernya, tak begitu dengan negara-negara barat, khususnya yang ada dalam Pakta Pertahanan Antlantik Utara (NATO). Negara-negara ini mengurangi anggaran belanja militernya tahun ini sebanyak 2,5 persen. 

Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen khawatir benar. Dia melihat data menurunnya anggaran belanja militer negara-negara Eropa dan Amerika akan memberi peluang kekuatan pihak lain untuk berkuasa. 

Rasmussen mengatakan kevakuman barat, yakni Eropa dan AS, akan diisi oleh kekuatan lain yang ogah berbagi kepentingan. Indikasi-indikasinya adalah penolakan kehadiran pasukan NATO di sejumlah konflik, kekalahan di sejumlah medan perang, dan melemahnya perekonomian. 

Tapi berkurangnya belanja militer negara-negara NATO hanya satu aspek kecil dalam perubahan kekuatan dunia. Hal terbesarnya adalah negara-negara lain di luar NATO justru meningkatkan belanja militernya, seperti China, Rusia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. 

Sebuah survei yang digelar lembaga analis pertahanan IHS Jane's Aerospace, Defense & Security, dan diumumkan pada pekan lalu, mendapati bahwa anggaran belanja negara non-NATO akan melebihi aliansi barat pada 2021. 

Sebagai contoh, anggaran Arab Saudi sudah naik tiga kali lipat selama satu dekade terakhir. Sementara anggaran China pada 2014 akan melebihi gabungan anggaran militer Inggris, Prancis, dan Jerman. Total belanja militer China pada 2013 mencapai US$ 139,2 miliar dan akan naik 6 persen pada tahun ini menjadi US$ 148 miliar. 

Lembaga International Institute for Strategic Studies (IISS) dalam terbitannya: The Military Balance, pada pekan lalu, menyatakan bahwa China memiliki ambisi untuk menjadi negara dengan kekuatan maritim terbesar di dunia.

http://finance.detik.com  

Militer Kompak, Hubungan RI-Malaysia Stabil

Hubungan bilateral Indonesia dengan Malaysia saat ini memasuki masa yang tenang dan kondusif. Selain kerja sama antarpemerintah, kerja sama militer menjadi kunci penguatan hubungan kedua negara bertetangga.

Bentuk hubungan Indonesia dan Malaysia digambarkan secara gamblang oleh Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim.
Berbicara kepada Okezone di Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, Kamis, 26 Desember 2013, Datuk Zahrain turut melihat hubungan usaha bisa membuat hubungan kedua negara makin lebih erat.

Bagaimana bentuk hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia saat ini?

Saya lihat dengan pertemuan baru ini (Pertemuan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) cukup akrab. Dari pemimpin ke pemimpin, hubungannya saya boleh mengatakan bahwa mereka terus menjadi kawan.

Dalam ucapan Yang Terhormat (PM Najib) pun menekanan, "we will be friends forever". Bukan hanya sebagai presiden dan perdana menteri, tetapi hubungan yang intim dari kedua pemimpin. Dari segi kemlu (Indonesia dan Malaysia), mereka senantiasa berhubung melalui kedutaan.

Selain dari itu juga, ada pula hubungan militer ke militer. Begitu pun keadaannya, begitu akrabnya. Sebab banyak joint exercise dan beberapa rundingan melalui joint border comitee. Jadi itu telah berlaku. Hubungan itu cukup baik.

Melalui pertemuan-pertemuan itu, antar negara, pemerintah dan militer. Kita ingin melihat kerja sama baik dari business to business. Kita mau pelaku industri kedua negara duduk bersama dan membahas Salah satu objektif yang telah ditetapkan, di mana kami melihat target perdagangan untuk mencapai USD30 juta dalam masa 2015. Pemimpin sudah menentukan, yang bisa berperan mencapai target itu adalah pelaku industri tersebut.

Tugas saya ini adalah pelaku usaha di Indonesia untuk cari jalan untuk meraih kesepakatan dengan pelaku bisnis dari Malaysia.

Selain bidang tersebut, bidang lain yang bisa dimanfaatkan untuk hubungan yang lebih baik?


Hubungan lain yang harus dimantapkan juga adaalah people to people atau masyarakat dengan masyarakat. Dalam hal ini yang menjadi pemainnya mungkin adalah NGO (non-governmental organization) antara kedua negara. Mungkin kita akan mengatur pertemuan antara NGO-NGO, khususnya mengenai masyarakat Indonesia dan Malaysia. Mungkin dari masyarakatnya dan budayanya. Jadi kalau kita tidak kenal, maka tidak cinta.

Datuk sebelumnya menyebutkan kerja sama militer. Bentuk kerja sama militer ini seperti apa?


Kita bentuknya (kerja sama) dalam border atau perbatasan yang cukup luas. Antara Indonesia dan Malaysia kita adaland border (perbatasan darat) hampir 1.700 kilometer. Selain itu juga ada kerja sama pelatihan dan pertemuan antara panglima angkatan tentara Malaysia (PAT) dengan panglima TNI.

Apa bentuk kerja sama militer ini bisa dibilang mengimbangi dominasi China?


Saya tak mau spekulatif. Bagi saya yang penting untuk memantapkan hubungan kedua negara harus ada kerja sama militer yang baik. Jadi bila ada hubungan yang baik, kemungkinan besar kesalahpahaman tidak akan berlaku antara kedua negara.

Jadi tentang yang lain mengenai Laut China Selatan itu spekulatif. Saya tidak mau terlibat dalam perkara itu.

Bentuk kerja sama bordernya seperti apa?


Saya tak berkemampuan untuk terperinci untuk isu ini. Itu operasi-operasi militer, kadang-kadang tidak bisa disebarluaskan. Dari segi keseluruhan, kedua negara paham bahwa kerja sama militer banyak sekali. (ade)


Panglima TNI Tarik Tim Jupiter dari Singapore Airshow

Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, menyatakan akan menarik tim aerobatik Jupiter TNI Angkatan Udara dari Singapore Airshow jika tidak mendapat jadwal tampil. Jenderal Moeldoko juga menolak hadir jika prajurit Indonesia tidak berangkat ke Singapore Airshow.

Hal tersebut diungkapkan Moeldoko di Gedung DPR, Jakarta, Senin 10 Februari 2014.

"Jupiter akan tampil bila diberi jadwal. Kalau tidak (diberi jadwal), ya akan kami tarik," kata Moeldoko.

Meski begitu, ia mengaku tidak kecewa dengan pembatalan sepihak itu. "Saya juga mengambil sikap. Kalau anak buah saya nggak berangkat, kok Panglima TNI berangkat, kan nggak baik," tuturnya.

Moeldoko menegaskan, tidak masalah bila Singapura membatalkan jadwal untuk Indonesia. "Memang ada undangan, tapi dibatalkan sepihak. Nggak masalah, silakan saja," ujarnya.

Semula beberapa petinggi militer RI seperti Wakil Menteri Pertahanan, Letnan Jenderal (Purn) Sjafri Sjamsoedin, Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, Kepala Staff TNI Angkatan Darat, Jenderal Budiman dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Ida Bagus Putu Dunia dijadwalkan akan hadir di pameran terbesar di Asia, Singapore Airshow 2014. 

Rencananya acara itu akan dibuka secara resmi pada Selasa, 11 Februari 2014 hingga Sabtu, 16 Februari 2014. Menurut harian Singapura, Straits Times, dalam pameran dirgantara terbesar di Singapura itu, publik dapat melihat lebih dari 90 pesawat militer dan komersial dari 47 negara. 

Pihak panitia telah menyediakan 22 paviliun khusus bagi negara peserta yang ingin memamerkan peralatan alutsista militer yang dimiliki oleh masing-masing negara. Kali ini, pameran dirgantara turut dihadiri oleh Hong Kong dan Malaysia. 

Juru bicara Kementerian Pertahanan Singapura membenarkan soal batalnya delegasi militer RI ke Singapura. Namun, mereka tidak menyebut alasan di balik absennya para delegasi tersebut. 

Sementara juru bicara Kemenhan RI mengatakan pembatalan tersebut sudah jelas terkait keputusan Indonesia yang tetap bersikeras menggunakan nama Usman Harun untuk salah satu KRI baru yang dibeli dari Inggris. Tetapi dia memastikan tim aerobatik Indonesia di ajang Singapore Airshow tetap tampil. 

Nama tersebut diambil dari dua tentara marinir, Harun Said dan Osman Haji Mohammed Ali, yang menjadi aktor di balik aksi pengeboman MacDonald House di Orchard Road tahun 1965 silam. 

Keputusan untuk menggunakan nama tersebut, diprotes oleh Pemerintah Singapura pada pekan lalu. Keberatan disampaikan langsung oleh Kementerian Luar Negeri Singapura kepada Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. 

Menurut Pemerintah Negeri Singa, penggunaan nama itu membangkitkan luka lama yang dialami oleh keluarga korban. (sj)
 

TNI Pertimbangkan Kerja Sama dengan Militer Singapura

Jakarta: Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Moeldoko mengatakan hubungan militer antara Indonesia dengan Singapura masih melihat perkembangan lebih lanjut. Pasalnya, ada ketegangan antara kedua negara soal penamaan Usman Harun pada kapal perang Indonesia.

"Selama ini tidak ada yg berubah. Kita lihat perkembangan situasi," kata Moeldoko di Gedung Nusantara II DPR RI, Jakarta, Senin (10/2).

Moeldoko menjelaskan TNI akan bekerja sama dengan pihak manapun. Namun bila menyangkut kedaulatan Negara Kesatuan RI, Moeldoko mengatakan TNI tegas dan jelas.

Terkait penamaan Usman Harun, Moeldoko tak mempermasalahkan sikap Singapura. Ia berharap masalah itu tuntas dengan baik.

"Kalau bagi saya mari kita jalan baik-baik saja. Jangan bawa ke arah yang negatif," ujarnya.

Usman dan Harun adalah anggota Komando Korps Operasi (KKO) yang sekarang dikenal sebagai Korps Marinir TNI AL. Keduanya adalah anggota pasukan khusus yang menyusup ke Singapura semasa Konfrontasi Ganyang Malaysia (1963-1966). Usman dan Harun digantung Pemerintah Singapura setelah berhasil meledakkan MacDonald House di Singapura.

Setelah pemberitaan media massa Indonesia mengenai penamaan KRI Usman Harun, Menteri Luar Negeri Singapura K Shanmugam menyampaikan keberatannya kepada Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa. Menurut Shanmugam, penamaan Usman Harun akan melukai perasaan rakyat Singapura. Terutama keluarga korban dalam peristiwa pengeboman MacDonald House di Orchard Road, Singapura, pada 1965.


Sukhoi 35 Pilihan Utama TNI AU Gantikan F-5 Tiger

Sukhoi 35 Pilihan Utama  TNI AU Gantikan F-5 Tiger - Pesawat tempur F-5 Tiger milik TNI Angkatan Udara akan memasuki masa pensiun dan segera dikandangkan tahun ini. dan sebagai penggantinya TNI Angkatan Udara merekomendasikan sejumlah pesawat tempur canggih seperti pesawat tempurSukhoi SU-35 buatan Rusia, F-16 Fighting Falcon di atas blok 24 buatan Amerika Serikat, F-15 Strike Eagle buatan Amerika Serikat, atau SAAB Gripen buatan Swedia.


Pilihan utama dari TNI AU untuk menggantikan F-5 Tiger adalah Sukhoi SU-35, disusul SAAB Gripen, dan terakhir adalah F-15 Strike Eagle. secara pribadi Panglima TNI Jenderal Moeldoko menginginkan Sukhoi SU-35 sebagai pengganti F-5 Tiger. Menurut dia, pesawat buatan Rusia itu punya efek gentar yang tinggi di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik.

Sukhoi Su-35 (kode NATO: Flanker-E) adalah pesawat tempur multiperan, kelas berat, berjelajah panjang, dan bertempat duduk tunggal asal Rusia. Pesawat ini pengembangan dari Su-27, dan awalnya diberi nama Su-27M. 

Kemampuan Sukhoi Su-35 sudah diakui oleh dunia, ini terbukti dari pernyataan Kepala Air Combat Commad Amerika Serikat, Jenderal Hal Hornburg. yang mengatakan bahwa pesawat Rusia itu telah membuktikan lebih baik dalam manuver dan pendeteksian, sehingga memiliki kemampuan untuk menghantam sasaran lebih dulu. Kondisi ini menjadi “a wake-up call” bagi U.S. Air Force.

Tidak Mungkin Mengandalakan Mesin Tempur Itu Itu Saja

PT Pindad Bandung mengerjakan Panser Anoa pesanan TNI AD (photo: viva.co.id)
PT Pindad Bandung mengerjakan Panser Anoa pesanan TNI AD (photo: viva.co.id)
Pemerintah berpikir keras guna mempercepat peningkatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk keperluan pertahanan Indonesia. Kementerian Pertahanan telah membentuk Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) demi menggenjot produksi alutsista mutakhir buat mengganti mesin tempur uzur.
Menurut staf ahli kelembagaan bidang kerjasama Kementerian Pertahanan, Zilmi Karim, pemerintah telah membidik sepuluh pengadaan alutsista dari berbagai jenis. Antara lain kapal selam, program pesawat tempur KXF-IXF bekerjasama dengan Korea Selatan, tank kelas menengah, panser amfibi, propelan atau bahan bakar roket dan rudal, radar, amunisi kaliber besar, satelit pertahanan, dan pesawat tempur tanpa awak (unmanned combat air vehicle-UCAV) atau kerap disebut drone.
“Tapi, fokus Komite Kebijakan Industri Pertahanan yaitu kapal selam, propelan, program KFX-EFX, medium tank, radar, dan alat komunikasi,” kata Zilmi dalam jumpa pers di kantor Kementerian Pertahanan, Rabu (19/2/2014).
Guna memenuhi kebutuhan itu, Kementerian Pertahanan menunjuk lima Badan Usaha Milik Negara yang bakal menjadi pimpinan pengadaan alutsista buat tiap-tiap angkatan. BUMN yang digandeng itu adalah PT PAL buat melayani pengadaan alutsista matra (medan) laut, PT Pindad buat menyediakan alutsista matra darat, serta PT Dirgantara Indonesia diminta menjadi pimpinan proyek alutsista matra udara.
Sementara dua lainnya, yakni PT LEN Industri akan menyediakan perangkat elektronik dan PT Dahana akan menyiapkan bahan dan hulu ledak. Meski begitu, dalam pengadaan alat tempur matra darat, laut, dan udara masih dilakukan dengan cara kerjasama operasi dengan pihak luar.
Zilmi menegaskan, semua pengadaan alutsista harus melewati persetujuan lima BUMN. Hal itu harus dilakukan karena dalam undang-undang dan peraturan presiden tercantum tiga syarat pengadaan alutsista. Yaitu imbal dagang, transfer teknologi, dan penggunaan kandungan atau komponen lokal dalam tiap mesin perang.
Kopassus dengan MP5
Kopassus dengan MP5
Jika mampu membuat mesin tempur secara mandiri, Indonesia tidak lagi dipandang hanya sebagai pengguna. Syarat keharusan penggunaan komponen lokal juga akan memacu pertumbuhan industri dalam negeri.
Untuk urusan peswat tempur KFX/IFX, Kementerian Pertahanan menargetkan jika tak ada halangan purwa rupa jet tempur kolaborasi dua negara itu bakal selesai dalam waktu 10 tahun. Seementara kapal selam produksi dalam negeri ditargetkan meluncur tahun 2018.
Sementara itu, Ketua Harian KKIP, Laksamana (Purnawirawan) Sumarjono, menyatakan memberdayakan industri pertahanan dalam negeri adalah amanat undang-undang. Dia mengakui, kondisi saat ini mendesak Indonesia melakukan peningkatan mesin tempur guna menjaga kedaulatan wilayah negara yang amat besar.
Luas wilayah Indonesia yang membentan hingga lima juta kilometer persegi, dengan garis pantai lebih dari 81 ribu kilometer sangat sulit diawasi jika hanya mengandalkan mesin tempur yang itu-itu saja. Itulah alasan mengapa negara lain gemar mengintimidasi Indonesia dengan sesekali melanggar batas negara.
“Kita juga harus mengelola zona ekonomi eksklusif. Kalau diambil negara lain kita cuma bisa gigit jari. Makanya kita harus punya kemampuan alutsista yang besar,” kata Sumarjono.
Dari sembilan titik strategis di dunia, lima di antaranya terletak di wilayah Indonesia. Maka dari itu, guna mempertahankan kedaulatan wilayah, tak bisa dipungkiri penguatan mesin tempur menjadi faktor penting. (merdeka.com)

Indonesia Darurat Kapal Selam

chang_bogo_class_l1
Kapal Selam Chang Bogo Class (photo: military-today.com)
Kementerian Pertahanan Indonesia bergegas membenahi dan memperbarui berbagai alat utama sistem persenjataan yang kurang dan sudah dimakan usia. Penambahan unit kapal selam salah satu target yang dibidik oleh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP).
Staf Ahli Kementerian Pertahanan bidang kerjasama dan hubungan kelembagaan Komite Kebijakan Industri Pertahanan, Zilmi Karim, mengatakan, saat ini Kementerian Pertahanan dengan PT PAL sedang menyiapkan galangan buat pembangunan kapal selam. Jika modal dari pemerintah sudah cair, maka pembangunan kapal selam dimulai tahun depan.
“Kapal selam PT PAL direncanakan masuk tahap produksi pada 2015, dan diperkirakan selesai November 2018,” ujar Zilmi di Jakarta, Rabu (19/2/2014).
Produksi kapal selam dilakukan dengan cara kerjasama operasi dengan perusahaan Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME). Kontrak antara pemerintah dengan Daewoo sudah diteken sejak 2011 dengan nilai USD 1,07 miliar. Indonesia memesan tiga kapal selam dari Daewoo, dua dibangun di Korea Selatan, dan satu akan dibuat di PT PAL di Surabaya, Jawa Timur.
Maksud pembangunan satu kapal selam di tanah air itu supaya terjadi alih teknologi. Hal ini sudah tercantum dalam undang-undang dan peraturan presiden yang mewajibkan tiga syarat dalam pengadaan mesin tempur. Yakni alih teknologi, penggunaan kandungan dan komponen lokal, serta imbal dagang.
Zilmi melanjutkan, melalui rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR, pemerintah sepakat membenamkan tambahan modal sebesar USD 250 juta dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara-Pengubahan buat membantu pembangunan galangan kapal itu. Jika tidak meleset, April mendatang dana itu bakal cair.
Meski begitu, banyak pihak meragukan kemampuan PT PAL membangun kapal selam itu. Tetapi Zilmi pasang badan. Menurut dia, yang mesti dikhawatirkan bukan kemampuan PT PAL, tapi justru ketepatan pencairan dana pembangunan fasilitas.
“Pembangunan fasilitas itu sudah dimulai sejak 2011. Sumber daya manusia sudah ditatar dan peralatan sudah disamakan. Dalam pembangunan galangan kita juga menggandeng konsultan dari Korea Selatan biar sama. Yang membangun fasilitas juga kontraktor. Jadi jangan menyalahkan PT PAL,” ujar Zilmi.
chang_bogo_class_l3
Kapal Selam Chang Bogo Class (photo: military-today.com)
Membangun Kemandirian
Pemerintah mesti merogoh kocek USD 1,07 miliar buat tiga kapal selam buatan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), Korea Selatan. Meski satu dari tiga kapal selam akan dikerjakan di tanah air, tetap saja terasa berat. Itu baru tiga, sedangkan Indonesia minimal butuh sembilan unit lagi buat menjaga kawasan perairan dari penyusupan negara lain.
Meski begitu, pemerintah berkeras membangkitkan industri alat tempur dalam negeri, salah satunya kapal perang dan kapal selam, dengan tujuan supaya mandiri. Meski dengan jalan kerjasama operasi, pemerintah optimis banyak keuntungan diraih negara, jika berhasil melakukan alih teknologi. Syukur jika bisa melakukan ekspor senjata dan mesin tempur.
“Berapa banyak devisa negara yang keluar kalau hanya mengimpor alutsista? Satu kapal selam saja harganya Rp 3 sampai 4 triliun. Kalau industri dalam negeri mandiri, kan bisa ada pemasukan pajak. Industri lain juga tumbuh,” ujar Zilmi.
Supaya proses alih teknologi berjalan lancar pemerintah mengirim 206 tenaga ahli Indonesia buat belajar langsung teknik pembuatan kapal selam ke Korea Selatan. Dalam rombongan itu juga terselip perwakilan akademisi dari Institut Teknologi Surabaya.
Indonesia darurat kapal Selam. Wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau dan dihubungkan laut yang membentang luas memiliki tantangan tersendiri dalam bidang pertahanan. (sumber: merdeka.com)

TNI AL Tinjau Armada Utara Rusia

Asrena KASAL, Laksda Ade Supandi (tiga dari kanan) dan delegasi Bersama Dubes RI Djauhari Oratmangun (tengah) di Moskow | Dok.KBRI Moskow
Asrena KASAL, Laksda Ade Supandi (tiga dari kanan) dan delegasi, bersama Dubes RI Djauhari Oratmangun (tengah) di Moskow | Dok.KBRI Moskow
Moskow – Delegasi TNI AL yang diketuai Assisten Perencanaan (Asrena) Kasal Laksda TNI, Ade Supandi mengadakan kunjungan kerja ke Rusia, 9-15 Februari 2014. Kunjungan ini menindaklanjuti kunjungan kerja KASAL ke Rusia tahun 2013 dalam penjajakan peningkatan kerjasama pertahanan yang lebih erat antara Indonesia dan Rusia.
Menurut keterangan Sekretaris I Pensosbud KBRI Moskow, Lailal K Yuniarti, dalam kunjungan tersebut Laksda Ade Supandi dan delegasi antara lain Mengunjungi Armada Utara Rusia di Polyarniy, Murmanks, Federasi Rusia pada (10-12/2/2014) diterima langsung oleh Rear Admiral Oleg Golubev.
TNI AL Tinjau Kapal Selam Rusia (photo: kenyot10)
TNI AL Tinjau Kapal Selam Rusia (photo: Dok.KBRI Moskow)
Dalam kunjungan tersebut, delegasi meninjau kapal selam Kilo Class yang diharapkan akan dapat memperkuat Alutsista TNI AL.
”Delegasi TNI AL berkesempatan melihat berbagai kapal selam, baik yang sudah maupun yang belum dimodernisasi. Pihak Rusia menyampaikan harapan agar kapal selam yang di tawarkan kepada pihak Indonesia dapat  menjadi bagian dari kekuatan Alutsista TNI khususnya, TNI AL ”, ujar Yuniarti.
Selama di Rusia, Asrena KASAL Laksda Ade Supandi dan delegasi juga telah melakukan pertemuan dengan Dubes RI Moskow, Djauhari Oratmangun, guna membicarakan kerjasama Indonesia – Rusia di bidang militer di masa yang akan datang.
Mengapa Rusia Jadi Mitra?
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia perlu memiliki Angkatan Laut yang kuat. Dalam hal ini, sebagai negara dengan tingkat penguasaan teknologi yang tinggi, Rusia adalah mitra yang ideal. Selain itu, Rusia tidak menetapkan prakondisi politik apapun untuk penjualan senjata.
Hubungan kerjasama militer kedua negara tidak terbatas pada jual-beli persenjataan. Kedua negara juga melakukan latihan bersama mengatasi pembajakan laut.
TNI AL Tinjau Kapal Selam Rusia (photo: kenyot10)
TNI AL Tinjau Kapal Selam Rusia (photo: Dok.KBRI Moskow))
Sebagai catatan, sejak Indonesia dan Rusia menandatangani perjanjian Kemitraan Strategis di tahun 2003, hubungan kerjasama antara kedua negara semakin erat, tidak terkecuali di bidang pertahanan. Indonesia dan Uni Soviet  pernah memiliki hubungan yang sangat dekat setelah keduanya mulai menjalin hubungan diplomatik di tahun 1950. Pada waktu itu, Indonesia banyak membeli persenjataan dari Uni Soviet. Berkat dukungan militer tersebut, Angkatan Laut Indonesia menjadi yang kedua terkuat di Asia setelah RRT.
Walau demikian, hubungan erat tersebut tidak berlangsung lama. Akibat perubahan peta politik di Tanah Air, hubungan tersebut sempat membeku dan hanya mulai membaik di awal 2000-an ketika RI dan Federasi Rusia sebagai  successor state Uni Soviet kembali memperkuat hubungan dengan Indonesia, demikian Yuniarti melaporkan kepada PelitaOnline.com.(PelitaOnline.com).

Singapura Larang KRI Usman Harun Melintas

kri-usman-harun-140210c
KRI Usman Harun 359, KRI John Lie 358 dan KRI Bung Tomo 357 (photo: TNI AL)
Jakarta – Singapura melarang KRI Usman Harun melintas di wilayah mereka. Pernyataan ini tegas disampaikan Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen. Apa jawaban Indonesia?. “Ya biar saja,” kata Menko Polhukam Djoko Suyanto saat dikonfirmasi detikcom, Selasa (18/2/2014).
Djoko enggan berpolemik soal itu. Dia sendiri heran mengapa soal KRI Usman Harun dipersoalkan. Kapalnya saja masih dibuat di Inggris.
“Kapalnya saja belum datang kok ribut. Lagian siapa yang bilang mau bawa kapal itu ke Singapura? Aya aya wae,” tambah Djoko.
Sebelumnya, seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (18/2/2014), Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengatakan , KRI Usman Harun akan dilarang masuk ke pelabuhan-pelabuhan dan pangkalan-pangkalan Angkatan Laut Singapura.
“Singapura tak akan mengizinkan kapal militer bernama Usman Harun ini untuk meminta masuk ke pelabuhan-pelabuhan dan pangkapan-pangkalan Angkatan Laut,” tutur Ng dalam pidatonya di depan parlemen Singapura.
Ditambahkan Ng, militer Singapura alias SAF juga tak akan bisa melakukan latihan bersama kapal militer Indonesia itu.
“Mustahil bagi SAF (Singapore Armed Forces) sebagai pelindung negara ini untuk berlayar berdampingan atau melakukan latihan bersama kapal ini,” imbuhnya.
Dalam pidatonya yang emosional, Ng menyatakan bahwa Kementerian Pertahanan dan SAF kecewa atas penamaan Usman Harun tersebut. Dikatakannya, meskipun tanpa maksud buruk, penamaan menggunakan nama dua pengebom tersebut tak akan bisa membangun hubungan baik kedua negara.
Ditandaskan pejabat tinggi Singapura itu, keberadaan KRI Usman Harun di lautan akan menjadi pengingat agresi militer dan kejahatan keji yang dilakukan kedua marinir Indonesia itu, yang menewaskan dan merusak kehidupan warga sipil tak bersalah dan keluarga mereka di Singapura.
Reaksi Singapura ini terkait dengan rencana TNI Angkatan Laut memberi nama Usman-Harun untuk kapal perangnya. Usman dan Harun merupakan dua pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden 050/TK/1968.
Usman bin Said dan Harun bin Muhammad Ali adalah prajurit KKO (kini Korps Marinir TNI AL) yang dihukum mati Singapura karena mengebom gedung perkantoran di kawasan Orchard, MacDonald House pada 10 Maret 1965 silam. Serangan itu menewaskan tiga orang dan melukai 33 orang lainnya. (detik.com)

Rahasia Alutsista Indonesia 2014

Rudal Krypton Kh-31 diusung Fighter Sukhoi Indonesia (photo: FB Jiwa Merah Putih)
Rudal Krypton Kh-31 diusung Fighter Sukhoi Indonesia (photo: FB Jiwa Merah Putih)
Jakarta 17/02/2014 – Perdebatan kiblat dari pembelian alutsista militer selama ini, menarik untuk dicermati. Kalau ditelaah semenjak kejadian embargo oleh USA dan konco-konconya tahun 1999 sampai 2004, sepertinya sudah menjadi pengalaman pahit dan berharga bagi TNI. Seperti kita semua thau selama 30 tahun berkuasa Pak Harto selalu berkiblat ke blok barat dalam hal pengadaan alutsista. Yang berdatangan pun boleh dibilang alakadarnya mulai pemaksaan pemakaian F.86 Sabre dan T.33 ex RAAF medio tahun 1970-an sampai penjatahan jenis, spesifikasi dan jumlah unit yang bisa dibeli dalam medio 1980-an.
Pada akhirnya pewaris tahta alias presiden-presiden kita selanjutnya mengalami betul yang namanya pelecehan yang diakibatkan rendahnya daya gedor alutsista kita. Puncaknya adalah pelecehan paling parah di ambalat yang dilakukan oleh sonora.
Kita Marah ?
Ya, kita rakyat Indonesia tentu marah dan Pak SBY geram betul tapi beliau sadar, kalau kekuatan alutsista TNI kita saat itu masih tertinggal jauh dari negara-negara tetangga yang sok jaguh. Sejumlah langkah beliau lakukan dalam langkah penguatan alutsista TNI. Selain kontrak-kontrak warisan penguasa sebelumnya yaitu pengadaan 4 buah korvet SIGMA, pengadaan 4 unit LPD kelas Banjarmasin, pembelian beberapa unit pesawat latih KT-1 B Wong bee yang di dalamnya ada skema hibah beberapa unit LVT 7 (landing Vehicle Tank) dari Korea Selatan untuk Marinir TNI AL, Pembelian beberapa unit baterai peluncur roket RM 70 Grad dari Ceko, pembelian beberapa Helicopter Colibri untuk TNI AU dan TNI AL, Rudal QW 3 dari China dan beberapa kontrak pembelian lain, maka diperlukan juga pembelian alutsista strategis yang lebih gahar dari blok timur yaitu blok sahabat lama yang kemungkinan mengembargo kita kedepannya kecil sekali, antara lain :
1. Kontrak pengadaan Alutsista berupa fasilitas kredit senilai 1 miliar dolar tahun 2007 (seperti yang diumbar kemedia massa) dari RUSIA, yang digunakan untuk membeli 3 Sukhoi 27 SKM dan 3 Sukhoi 30 MK2 senilai $ 300 juta (untuk melengkapi 4 unit Sukhoi kita yang dipesan tahun 2003) dan $ 700 juta lainnya digunakan untuk membeli 2 unit kapal selam kelas Kilo.
Apakah Indonesia hanya mengajukan fasilitas kredit senilai 1 miliar dolar kepada Rusia ? Menurut saya jawabannya tidak, alias Indonesia mengajukan fasilitas kredit dengan nilai lebih dari 1 miliar dolar.
Kenapa ? Karena pada tahun setelahnya mulai berdatangan alutsista dari RUSIA selain dua yang disebut di atas. Mulai dari beberapa unit Helicopter Mi 35 Hind E dan Hind P dan beberapa unit Helicopter Mi 17 buat TNI AD. Beberapa unit Panser BTR 80 buat Marinir TNI AL, 17 unit Tank BMP 3F buat marinir TNI AL, pembelian beberapa rudal termasuk rudal yakhont (ini yang dipublish dan diperlihatkan barangnya ke publik walaupun tidak dirilis berapa unit sebenarnya yang dibeli).
Kalau begitu ada kemungkinan dong saat itu kita pesan Sukhoi lebih dari enam unit ? Atau berarti dua Kapal Selam Kilo yang dulu kita pesan itu, sekarang sudah menyelam jalan-jalan dong di perairan kita ?.
Benar, bisa jadi seperti itu. jumlah Sukhoi kita sesungguhnya adalah lebih dari 16 unit. (tidak seperti yang dipublish) kenapa, karena sukhoi kita ini termasuk alutsista yang sangat strategis sampai-sampai rudal-rudalnya saja, baru dimunculkan secara resmi saat latihan Angkasa Yudha 2013.
Begitupun dengan KS Kilo dua unit, pastinya sudah berkeliaran di perairan nusantara kita.
Sebagai bahan analisa saja, kenapa Sukhoi datangnya masih dibungkus dan diangkut pakai pesawat Antonov Rusia dan dirakit di sini ?
Kenapa tidak terbang ferry saja dari negara pembuat ke Indonesia macam T. 50 I atau F. 16 zaman tahun 1989-1990 dulu. Kalau jaraknya jauh ya memang tidak masuk dilogika juga, secara Super Tucano saja yang jarak Brazil ke Indonesia lebih jauh tetap terbang ferry.
Seperti berita yang saya kutip. “karena sesuai amanat UU Kebebasan Informasi Publik, Mengenai tudingan Indonesian Corruption Watch (ICW) soal pemerintah yang tidak transparan soal pengadaan alutsista, Andi mengatakan berdasarkan UU proses pembelian senjata termasuk hal yang dikecualikan”.
Andi menambahkan, “Dalam UU Kebebasan Informasi Publik proses pengadaan senjata memang termasuk dalam hal-hal yang dikecualikan. Kementerian Pertahanan tidak wajib mempublikasikan, bahkan harus menerapkan prinsip kehati-hatian.
Apalagi Sukhoi dan KS Kilo merupakan produk buatan blok timur, yang notabene gampang banget dijaga kerahasiaannya karena kita sudah mempunyai perjanjian kerjasama militer dengan Rusia. Berbeda dengan produk buatan blok barat yang walaupun sudah kita jaga kerahasiaannya, tetap saja ketahuan (malahan kita ditertawai) karena negara calon musuh kita seperti Sonotan tinggal tanya doang ke negara pembuatnya.
Makanya tahun 2012, sebelum latihan “Pitch Black” Kepala Staf RAAF sampai datang langsung ke sarang Thunder di Hasanuddin, untuk memeriksa dan menghitung satu-satu sukhoi kita. Ada berapa sih ?. Dan alhamdulilah yang dipajang di apron dan hanggar tetap 10 unit dan yang dikirim buat latihan cuma 4 (empat) unit.
Soalnya menurut data intelejen mereka, sukhoi TNI AU termasuk 6 biji yang dipesan tahun 2011 dan diterima 2013, jumlahnya total ada 24 biji. Makanya meraka mati-matian menyadap kita karena ingin memperoleh informasi akurat tentang alutsista apa saja yang sudah dibeli dan jumlahnya dari Rusia.
Begitupun dengan Kapal Selam Kilo sudah berapa banyak pemberitaan media luar dari tetangga-tetangga kita yang mengkonfirmasikan keberadaan “mahluk halus” Hiu Kencana itu. Makanya atas dasar inilah mereka mati-matian, melakukan penyadapan lebih intensif kepada indonesia.
Presiden SBY memandangi model kapal selam Kilo Rusia (photo: setneg)
Presiden SBY memandangi model kapal selam Kilo Rusia (photo: setneg)
2. Pembantukan dan pelaksanaan program Minimum Essential Force (MEF) mulai dari tahap I sampai III.
Di sini jelas sekali dalam memenuhi kekuatan minimum tersebut Indonesia memainkan peran cantiknya sebagai negara non blok dengan baik. Berbagai macam alutsista dari Blok Barat dan Blok Timur dibeli dan dipublikasikan kepada masyarakat umum. Antara lain :
Blok Barat :
- Pembelian 6 unit F. 16 Block 60 / berubah menjadi hibah 24 unit F. 16 Block 25 (upgrade Block 32++) + 4 unit F.16 Block 25 sebagai cadangan sparepart dan 2 unit F. 16 Block 15 OCU cadangan sparepart (sepertinya ini diupgrade juga).
- Pembelian 16 unit T. 50 I dari korsel, disertai skema hibah beberapa unit LVT 7 (landing Vehicle Tank) buat marinir dan beberapa unit F.5 tiger II untuk TNI AU (belum jelas diambil atau tidak walaupun ada berita TNI AU menolak karena tidak sesuai).
- Pembelian 16 unit Super Tucano dari EMBRAER Brazil.
- Pembelian 18 unit Pesawat Latih G 120tp Grob dari Jerman.
- Pembelian beberapa unit UAV Searcher II dan Heron dari Israel (dibeli melalui perusahaan yang berdomisili di Filipina)
- Pembelian 9 unit pesawat angkut ringan CN. 295.
- Pembelian 9 unit pesawat angkut C. 130 Hercules ex RAAF (4 biji hibah/retrofit + 5 biji beli dengan harga murah).
- Pembelian 6 unit Helicopter EC 725 Cougar.
- Pembelian 2 unit Fregat Sigma 10514.
- Pembelian 3 unit Fregat kelas Nakhoda Ragam.
- Pembelian 3 unit KS Changbogo
- Pembelian MBT Leopard
- Pembelian Medium Tank Marder
- Pembelian beberapa baterai RM 70 Grad
- Pembelian 36 unit Astros II
- Pembelian 8 AH-64 E Apache
- Pembelian beberapa rudal seperti Helfire II, AIM-120, AIM-9, starstreak II, Exocet dan lain-lain.
Helikopter Serang AH-64E Apache (photo: boeing)
Helikopter Serang AH-64E Apache (photo: boeing)
Blok Timur :
- Pembelian 6 unit Sukhoi 30 MK2
- Pembelian 37 Tank BMP 3F
- Pembelian beberapa unit panser amphibi BTR 80A
- Pembelian 55 unit BTR 4 dari Ukraina
- Pembelian rudal C. 802 dan C.705 dari China
btr4-irak
BTR 4
Selain pembelian berbagai jenis alutsista tersebut, dalam MEF I Indonesia juga memperkuat militernya dengan berbagai macam jenis alutsista buatan dalam negeri, antara lain :
- Pembelian Panser Anoa
- Pembelian Panser Komodo
- Pembelian 35 unit heli Bell 412 EP
- Pembelian 3 unit CN. 235 Patmar
- Pengadaan beberapa unit KCR 40
- Pengadaan beberapa unit KCR 60
- Pengadaan beberapa unit perusak Trimaran kelas Klewang
- Pengadaan 2 unit kapal bantu cair minyak
- Pengadaan kapal LST untuk Leopard
- Pengadaan beberapa unit kapal Patroli buatan fasharkan TNI AL
Daftar belanja diatas adalah daftar belanja MEF I yang dipublish oleh Kementerian Pertahanan untuk konsumsi masyarakat Indonesia, sedang daftar belanja yang tidak dipublish tentunya ada (terutama dari Blok Timur), dan biarlah tetap menjadi rahasia sampai nanti pada saatnya akan terbongkar dengan sendirinya. (contoh kasus operasi Alpha pengadaan A.4 Skyhawk dari Israel).
Sebelum berakhirnya MEF pertama, dengan dana pengadaan alutsista yang masih tersisa, Indonesia kembali mendapat tawaran hibah alutsista strategis berupa beberapa kapal selam, fregat sampai destroyer dari Rusia. Dan atas tawaran itu pihak Kementerian Pertahanan dan TNI telah memberangkatkan tim untuk mengevaluasi tawaran menarik ini.
Selain itu tidak lupa pembelian Sukhoi 35 dan tentu saja sistem pertahanan jarak menengah jauh yang saat ini sedang digodok oleh kemenhan.
Mengenai ToT percayalah selain dengan Korea Selatan, sesungguhnya Indonesia juga menjajaki ToT dengan beberapa negara lain terutama dengan Rusia. Kemenhan pun telah mempunyai rencana Plan B apabila pengerjaan rencana Plan A itu gatot, demi kemandirian bangsa ini berswasembada alutsista sendiri.
Pada akhirnya kita berharap bahwa apa yang telah dilakukan oleh pemimpin kita saat ini, dapat dilanjutkan kembali oleh pemimpin kita yang terpilih selanjutnya nanti. Mudah-mudahan saja pemimpin kita nanti itu tetap sekuat tenaga melanjutkan program penguatan alutsista TNI ini sampai pada renstra III jikalau perlu sampai selamanya. (written by pocong syereem).
hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner