Select Language

Senin, 30 Desember 2013

Australia-Indonesia Latihan Militer Bersama

Kasus penyadapan telepon Presiden SBY dan pejabat Indonesia lainnya tidak mempengaruhi pelaksanaan kerjasama militer kedua negara. Buktinya, latihan militer bersama antara Australia dan Indonesia yang melibatkan jet-jet tempur kedua negara dimulai Selasa (19/11/2013), di Darwin, Northern Territory. Sekitar 200 prajurit dari kedua negara ambil bagian dalam latihan bersandi Elang AusIndo tersebut. 


Latihan bersama melibatkan delapan jet FA-18 Australia dan enam jet F-16 Indonesia. (Foto: Departemen Pertahanan Australia)

Komandan Skuadron 75 Angkatan Udara Australia Peter Mitchell menjelaskan, berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan Angkatan Udara Indonesia akan menjadi fokus latihan yang akan berlangsung seminggu.

Sebanyak delapan jet tempur jenis FA-18 Australia dan enam jet temput F-16 Indonesia akan terbang di wilayah udara Australia utara selama latihan.

Menurut Mitchell, hubungan taktis dengan Angkatan Bersenjata Indonesia sangat penting bagi Australia.

"Latihan ini akan fokus pada level taktis, yang memungkinkan pilot-pilot Australia dan Indonesia berbagi pengetahuan," jelasnya.

Mitchell menekankan hubungan antara para pilot Angkatan Udara kedua negara sangat erat. "Kami tidak terlibat dalam urusan kebijakan dan isu diplomatik. Hubungan kami begitu eratnya, dan kami senang bekerja sama," katanya.

Jet-jet tempur kedua negara akan mengambil basis di Pangkalan Angkatan Usara Darwin dan hanya akan melakukan latihan terbang pada siang hari.

  ● RadioAustralia  

Pelepasan Unsur Satgas Opersi Arung Hiu-13

SURABAYA - Komandan Gugus Tempur Laut (Danguspurla) Koarmatim Laksamana Pertama TNI Aan Kurnia, S.Sos., melepas dan memberangkatkan Satuan Tugas Operasi Arung Hiu-13 di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Minggu siang (17/11). Unsur yang dilepas yakni enam Kapal perang Republik Indonesia dari jajaran Koarmatim yaitu KRI Surabaya-591, KRI Rencong-622, KRI Tongkol-652, KRI Ajak-653, KRI Pulau Raas-722 dan KRI Pulau Rimau-724.

Operasi Arung Hiu tahun 2013, juga melibatkan beberapa komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) TNI AL, yakni satu Satuan Setingkat Kompi (SSK) Pasukan Khusus Angkatan Laut dari Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim, Pasukan Intai Amfibi (Taifib) Marinir, penyelam tempur dari Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) Koarmatim. Satuan tugas tersebut diperkuat dengan pesawat udara patroli maritim jenis Cassa dan helikopter, serta unsur-unsur pangkalan.


Daerah operasi meliputi perairan wilayah Indonesia Bagian Timur, selama kurang lebih dua bulan mulai pertengahan November sampai dengan akhir Desember 2013.

Rencananya Satgas Operasi Arung Hiu-13,juga akan mengikuti acara puncak Hari Nusantara pada tanggal 14 Desember 2013 di Kota Palu Sulawesi, Sulawesi Tengah. Pada peringatan tersebut dimeriahkan dengan parade laut dan sailing pass 15 kapal perang dari jajaran Koarmatim, parade dan kirab kota oleh masyarakat Kota Palu serta demontrasi pertempuran laut yang ditampikan gabungan Kopaska, Taifib dan Penyelam tempur Angkatan Laut.

  ● Koarmatim  

Indonesia Menurunkan Kualitas Hubungan dengan Australia

 Kedepannya kerjasama Indonesia-Australia tak akan seperti biasanya. 

Menkopolhukam Djoko Suyanto dan Menlu Marty NatalegawaIndonesia terus menurunkan kualitas hubungan bilateral dengan Australia paska isu penyadapan yang belakangan kencang diberitakan. Menteri Luar Negeri, Marti Natalegawa menegaskan, persoalan penyadapan tersebut bukanlah hal sepele.

Dia pun menyatakan, kerjasama dengan Australia kedepannya tidak akan seperti biasanya, karena evaluasi akan terus dilakukan.

"Kami terus mendowngrade hubungan Australia dengan kita," ujar Marty di Istana Merdeka, Selasa 19 November 2013.

"Bukan kita yang bawa masalah ini, melainkan pihak Australia. Sehingga pihak Australia yang harus cari jalan penyelesaian ini dengan baik," lanjutnya.

Menanggapi pernyataan Perdana Menteri Australia Tony Abbott di depan parlemennya hari ini, menurut Marty, pernyataan itu hanyalah pengulangan dari penyataan sebelumnya.

"Fokus kita adalah penyadapan, sesuatu yang tidak lazim, melanggar hukum, sesuatu yang melanggar HAM, hak privat seorang individu, melanggar, menciderai, merusak hubungan bilateral Indonesia-Australia," tegas dia.

Saat ini pemerintah sedang menunggu kehadiran duta besar Indonesia di Australia yang dipulangkan hari ini. Konsultasi akan segera dilakukan guna menentukan langkah-langkah selanjutnya.

"Insya Allah hari ini, saya belum tahu jam berapa, cuma tahu tadi sudah berangkat," tuturnya.

Kemarahan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Australia diungkapkannya melalui akun Twitter @SBYudhoyono tadi malam. Namun rupanya kemarahan SBY belum reda. Pagi ini, SBY kembali melontarkan kekecewaannya lewat kicauannya di Twitter.

Meski pernyataan yang ia keluarkan sama persis dengan semalam, namun kali ini SBY menuliskannya dalam Bahasa Inggris agar publik internasional mengetahui sikap Indonesia.

SBY terang-terangan menyatakan, Australia menjadi penyebab rusaknya hubungan antara negara itu dengan Indonesia. “Tindakan (penyadapan oleh) Amerika Serikat dan Australia jelas telah merusak kemitraan strategis dengan Indonesia sebagai sesama negara penganut sistem demokrasi,” kata SBY.

Presiden RI itu juga menyesalkan pernyataan Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang terkesan meremehkan isu penyadapan terhadap Indonesia tanpa menunjukkan rasa penyesalan. Padahal sejak kabar penyadapan oleh AS dan Australia itu muncul, Indonesia telah menyatakan protes keras.

Oleh sebab itu, kata SBY, pemerintah dan Kementerian Luar Negeri RI mengambil langkah diplomatik dengan menarik duta besarnya dari Australia. “Pada 18 November, saya menginstruksikan Menteri Marty Natalegawa untuk menarik Duta Besar RI untuk Australia. Itu adalah langkah diplomatik yang keras,” ujar SBY.(adi)


 Australia Rusak Kemitraan Strategis dengan Indonesia 

"Penarikan Dubes RI dari Australia adalah langkah diplomatik keras."

Kemarahan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Australia belum reda. Pagi ini, Selasa 19 November 2013, SBY kembali melontarkan kekecewaannya lewat kicauannya di Twitter. Meski pernyataan yang ia keluarkan sama persis dengan semalam, namun kali ini SBY menuliskannya dalam Bahasa Inggris agar publik internasional mengetahui sikap Indonesia.

SBY terang-terangan menyatakan, Australia menjadi penyebab rusaknya hubungan antara negara itu dengan Indonesia. “Tindakan (penyadapan oleh) Amerika Serikat dan Australia jelas telah merusak kemitraan strategis dengan Indonesia sebagai sesama negara penganut sistem demokrasi,” kata SBY.

Presiden RI itu juga menyesalkan pernyataan Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang terkesan meremehkan isu penyadapan terhadap Indonesia tanpa menunjukkan rasa penyesalan. Padahal sejak kabar penyadapan oleh AS dan Australia itu muncul, Indonesia telah menyatakan protes keras.

Oleh sebab itu, kata SBY, pemerintah dan Kementerian Luar Negeri RI mengambil langkah diplomatik dengan menarik duta besarnya dari Australia. “Pada 18 November, saya menginstruksikan Menteri Marty Natalegawa untuk menarik Duta Besar RI untuk Australia. Itu adalah langkah diplomatik yang keras,” ujar SBY.

Dubes RI dipanggil pulang ke Indonesia sembari pemerintah RI menuntut klarifikasi dari Australia dan Amerika Serikat. “Indonesia menuntut Australia memberikan jawaban resmi yang dapat dipahami publik terkait isu penyadapan terhadap Indonesia,” kata SBY.

Indonesia juga akan meninjau ulang sejumlah agenda kerjasama bilateral dengan Australia sebagai konsekuensi atas tindakan menyakitkan yang dilakukan oleh Australia.

Sebelumnya, Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan tak bermaksud sedikit pun merusak hubungan erat antara negaranya dengan Indonesia. “Hubungan dengan Indonesia merupakan jalinan terpenting yang terus kami pelihara – sebuah hubungan yang akan saya pastikan terus berkembang dalam beberapa bulan bahkan beberapa tahun ke depan,” kata dia.

Abbott menyatakan pemerintahan manapun di dunia pasti mengumpulkan informasi. “Pemerintahan negara itu pasti juga mengetahui bahwa semua administrasi di suatu negara melakukan hal serupa, yaitu mengumpulkan informasi,” kata dia.

Menurut Abbott, informasi yang diperoleh Australia bukan hanya ditujukan untuk kepentingan dalam negeri Australia, tapi juga bagi negara sahabat, sekutu, dan mitra Australia. “Tugas utama saya melindungi dan meningkatkan kepentingan nasional Australia. Saya tidak akan beranjak dari tujuan itu dan akan terus konsisten dengan tugas itu,” ujar Abbott.(umi)

 Kapolri Siap Hentikan Kerjasama Anti-Terorisme dengan Australia 

Sutarman menunggu perintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Sutarman menyatakan siap menghentikan semua program kerjasama dengan Australia bila diperintahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal itu disampaikan Sutarman menanggapi terkuaknya penyadapan yang dilakukan intelijen Australia, Defense Signals Directorate (DSD).

"Polri punya kerjasama dengan Australia, tapi kalau Presiden memerintahkan dihentikan, akan laksanakan," kata Sutarman usai pertemuan Kapolri dengan Insan Pers di Mabes Polri, Jakarta, Selasa 19 November 2013.

Ia menuturkan, kerjasama Polri dengan Australia saat ini adalah berupa peralatan dan perlengkapan milik Polri. Barang-barang tersebut adalah Jakarta Center for Law Enforcement (JCLEC) yang terletak di Semarang. Program penanggulangan trans national crime, people smuggling, trafficking in person, dan terorisme, semua itu dibantu oleh Australia.

Polri dan Australian Federal Police (AFP) juga memiliki program pelatihan dan dukungan laboratorium cyber crime Bareskrim dan laboratorium DNA di Cipinang guna pengungkapan kasus.

"Kerjasama ini police to police cooperation. Kalau diminta berhenti, kami siap berhenti," katanya.

Para pejabat Indonesia yang disadap Australia adalah Presiden SBY, Ibu Negara Kristiani Herawati atau Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, mantan Wapres Jusuf Kalla, mantan Juru Bicara Kepresidenan Bidang Luar Negeri Dino Patti Djalal yang kini menjadi Duta Besar RI untuk AS, mantan Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng, Hatta Rajasa, mantan Menteri Koordinator Perekonomian Sri Mulyani Indrawati yang kini menjabat Direktur Bank Dunia, mantan Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM Widodo AS, dan mantan Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil.

Presiden RI telah melontarkan kemurkaannya pada Australia. “Tindakan (penyadapan oleh) Amerika Serikat dan Australia jelas telah merusak kemitraan strategis dengan Indonesia sebagai sesama negara penganut sistem demokrasi,” kata SBY. Itu pula yang membuatnya memerintahkan Menlu RI Marty Natalegawa untuk menarik Duta Besar RI dari Australia.

Indonesia juga akan meninjau ulang sejumlah agenda kerjasama bilateral dengan Australia sebagai konsekuensi atas tindakan menyakitkan yang dilakukan oleh Australia. “Indonesia menuntut Australia memberikan jawaban resmi yang dapat dipahami publik terkait isu penyadapan terhadap Indonesia,” kata SBY.(umi)

 Presiden Disadap, TNI Tak Akan Tinggal Diam 

TNI akan membuat alat antisadap secara mandiri.

TNI tak tinggal diam menyikapi isu penyadapan yang dilakukan Intelijen Australia kepada Presiden dan sejumlah pejabat penting lainnya. Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman menegaskan pihaknya telah melakukan kerjasama dengan salah satu perguruan tinggi untuk mencegah penyadapan.

"Saat ini kami sedang melakukan riset bekerjasama dengan salah satu universitas untuk membuat peralatan antisadap dan mengembangkan IT Teknologi. Kita sudah menandatangani MoU berisi 12 jenis riset," kata Budiman usai memberi pengarahan di hadapan ratusan prajurit TNI yang akan bertolak ke Lebanon, di Markas Kostrad TNI AD, Cilodong, Depok, Selasa 19 November 2013.

Menurut Budiman, TNI telah melakukan persiapan internal dan melengkapi diri sebagai upaya mencegah penyadapan. Ke depannya, dengan riset yang dilakukan tersebut, TNI akan memiliki peralatan yang jauh lebih modern sehingga dapat diperhitungkan.

"Kita juga telah mempersiapkan diri untuk bisa mengetahui apa yang mereka lakukan dan kita sudah lakukan itu. Selain melakukan riset, nantinya diharapkan kita dapat membuat alat itu sendiri agar lebih mandiri," ungkap dia.

Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, mengatakan di hadapan Parlemen pada Senin kemarin, 18 November 2013, pemerintahannya tidak akan meminta maaf atas aksi spionase yang telah mereka lakukan kepada Indonesia.

Abbott membela diri, bahwa langkah itu dilakukan untuk melindungi Australia saat ini dan di masa lampau, sehingga jauh lebih penting untuk dilakukan ketimbang meminta maaf.

Presiden SBY secara terang-terangan menyatakan, Australia menjadi penyebab rusaknya hubungan bilateral dengan Indonesia.

"Tindakan (penyadapan oleh) Amerika Serikat dan Australia jelas telah merusak kemitraan strategis dengan Indonesia sebagai sesama negara penganut sistem demokrasi," kata SBY.

Dia makin kecewa karena pernyataan Abbott dianggap meremehkan isu penyadapan terhadap Indonesia tanpa sedikit pun menunjukkan sikap penyesalan. Padahal sejak kabar penyadapan oleh AS dan Australia muncul ke permukaan, Indonesia telah memprotes keras.

Oleh sebab itu, kata SBY, Pemerintah dan Kementerian Luar Negeri RI mengambil langkah diplomatik tegas dengan menarik Duta Besarnya dari Australia.

  ● Vivanews  

Arkeolog Temukan Kapal Selam Nazi Jerman di Laut Jawa

“Di kapal selam itu kami menemukan piring bercap Nazi!” ujar Shinatria Adhityatama, seorang arkeolog muda dan penyelam dari Pusat Arkeologi Nasional. “Masih ada temuan tengkorak [rangka manusia] dan sisa torpedo.”

Dia dan timnya belum menemukan simbol atau kode angka lain yang menunjukkan bahwa reruntuhan kapal selam itu bagian armada kapal selam yang paling disegani saat Perang Dunia Kedua. Namun, temuan peralatan makan bersimbol swastika Nazi Jerman telah menguatkan dugaan Adhityatama bahwa rongsokan besi tua di dasar laut Jawa itu adalah Unterseeboot atau U-Boat.

Ada dua piring dengan simbol Nazi Jerman warna hitam yang berhasil diangkat ke permukaan oleh tim arkeolog. Satu piring besar berdiameter 34 sentimeter, dan lainnya sebuah piring kecil dengan diameter 24 sentimeter.

“Kemungkinan itu adalah U-Boat tipe IXC/40 buatan 1942 yang tenggelam pada 1944,” ungkap Adhityatama. Dia mendapatkan informasi bahwa ada dua U-Boat yang hilang kontak dengan Berlin yang saat itu posisinya di sekitar Laut Jawa.

Tim Pusat Arkeologi Nasional bekerja sama dengan Balai Arkeologi Yogyakarta dan komunitas Sentra Selam Jogja melakukan eksplorasi pencarian kapal selam U-Boot yang tenggelam di Laut Jawa. Penjelajahan di kawasan laut—yang banyak menyimpan misteri tenggelamnya kapal-kapal dagang hingga kapal militer itu—dilakukan pada 4-17 November 2013.

Pada 9 November lalu, tim melakukan observasi ke dasar laut. Mereka mendapat informasi warga nelayan setempat tentang “sesuatu yang berbentuk seperti tabung” di dasar laut sekitar 68 mil dari Karimun Jawa. Tim beruntung karena mendapatkan jarak pandang yang cukup untuk mengobservasi lokasi bangkai kapal selam itu.

Hari berikutnya Adhityatama dan tim menyelisik keberadaan kapal selam Nazi Jerman yang malang itu. Bagian buritan kapalnya telah hilang. Arkeolog tengah memastikan apakah buritan kapal selam itu hancur atau patah dan bersemayam di tempat lain. “Kapal selam ini diperkirakan panjangnya 76 meter, tetapi tersisa 47 meter,” ujar Adhityatama. “Kondisinya 60 persen—masih baik.”

“Selama ini kita hanya mendengar isu saja tentang armada Jerman yang datang ke Indonesia,” ungkap Adhityatama. Temuan ini, menurutnya, menunjukkan bahwa U-Boat tak hanya di Atlantik atau Pasifik, tetapi juga di Indonesia.

Tim arkeolog tengah mengkaji mengapa banyak kapal selam Nazi Jerman bergentayangan di lautan Nusantara. Apakah mereka berdagang menggunakan kapal selam lantaran lebih aman, atau ditugaskan oleh Berlin untuk membantu Jepang atas kerjasama poros Jerman-Jepang-Italia, atau mencari suaka politik? Atau, apakah mereka ada hubungannya dengan sepuluh makam serdadu Nazi Jerman yang bersemayam di Cikopo? Semuanya masih misteri.

“Lokasi persisnya masih kami rahasiakan,” ujar Adhityatama. “Kami ingin mengamankan temuan terlebih dahulu.” Timnya khawatir terjadi penyusupan dan penjarahan apabila titik temuan itu diketahui publik, sedangkan di lokasi temuan belum ada kesiapan pengamanan.

Untuk menjaga benda—yang diduga—cagar budaya tersebut dari penjarahan dan perusakan, tim arkeolog akan melakukan pengamanan yang berbasis kepada warga. “Saat kami datang masih banyak nelayan yang menggunakan bahan peledak yang [dikhawatirkan] dapat merusak kapal selam tadi.”

“Kami akan mengadakan pendekatan ke masyarakat,” ungkapnya. Warga sekitar perlu mendapat pengertian tentang nilai sejarah sehingga diharapkan dapat turut menjaga kelestariannya. “Disamping itu perlu adanya bantuan pengamanan dari Angkatan Laut atau Dinas Kelautan dan Perikanan.”

 Identitas Bangkai Kapal Selam Jerman yang Tenggelam Di Karimun Jawa
 


Lubang Torpedo U-Boat. Tim Peneliti Pusat Arkeologi Nasional berhasil menemukan bangkai kapal selam U-Boat milik Nazi Jerman. Bangkai kapal selam yang berasal dari Perang Dunia II ini terletak di sekitar kawasan perairan Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah

Apa yang dilakukan kapal selam Jerman di perairan Jawa? Buku sejarah Indonesia tidak pernah mengungkit soal keterlibatan armada kapal selam Nazi Jerman tersebut. Kalau begitu, apa misi mereka di Nusantara dan bagaimana mereka bisa sampai ke Indonesia?

Pertanyaan-pertanyaan ini mengemuka dalam diskusi kesimpulan awal penelitian Pusat Arkeologi Nasional di perairan Karimun Jawa. Tim peneliti menemukan bangkai kapal selam Jerman U-Boat yang relatif cukup utuh. Temuan, selain bangkai kapal selam itu, adalah rangka yang diduga para awak kapal dan sejumlah peralatan.

Ketua Tim Peneliti, Bambang Budi Utomo, mengatakan dugaan awal mengarah pada dua kapal selam U-Boat Jerman bernomor kapal U-168 dan U-183. Dari data literatur milik Pemerintah Jerman, memang diketahui kedua kapal itu tenggelam di perairan Indonesia, namun pada tahun berbeda belum diketahui pasti.

Data yang diakses dari UBoat Archive dan UBoat misalnya menegaskan kapal selam U-168 tenggelam pada 1944, sementara kapal U-183 tenggelam pada 1945. "Kapal U-168, kami menduga ini yang kami temukan, tenggelam pada 6 Oktober 1944," kata Bambang, Senin (18/11). Kapal itu dihajar torpedo kapal sekutu yang juga berlayar di perairan Laut Jawa.

Dari data misi kapal UBoat, sambung Bambang, memang tercantum armada kapal selam Jerman sempat mondar-mandir di perairan Laut Jawa, Laut Australia, dan Samudera Hindia. Ini ada hubungannya dengan persekutuan Jepang-Jerman dalam menghadapi sekutu.

Jerman menyiagakan armada kapal selamnya di Asia Tenggara untuk memotong pasokan logistik dari Eropa ke Australia. "Tapi apa sejauh itu? Kita juga mendapat data bahwa Jerman ternyata punya 'pangkalan' di Pulau Penang Malaysia, di Jakarta, bahkan di Surabaya," kata Bambang.

 Misteri Belasan Kerangka Dalam Bangkai Kapal Selam Nazi 



Temuan Tengkorak di dalam Ruang Kru di Bangkai Kapal Selam U-Boat Jerman. Tim Peneliti Pusat Arkeologi Nasional berhasil menemukan bangkai kapal selam U-Boat milik Nazi Jerman.

Temuan mengejutkan datang dari bawah laut Indonesia. Di Laut Jawa, di sekitar Kepulauan Karimun Jawa, para arkeolog berhasil menemukan bangkai kapal selam milik Nazi Jerman. Tidak hanya itu, peneliti bahkan menemukan rangka manusia di dalam kapalnya!

"Dari data sampel artefak yang kita kumpulkan, diduga kuat kapal selam itu milik Jerman dari armada U-Boat (Unterseeboot)," kata Ketua Tim Peneliti Pusat Arkeologi Nasional Bambang Budi Utomo, Senin (18/11).

Penelitian arkeologi bawah laut ini dilakukan awal November kemarin selama sepuluh hari. Dari penelitian awal, kata Bambang, tim berhasil mengangkat sejumlah artefak seperti piring makan, cawan, teropong, kancing, sol sepatu, cangkir, peralatan selam, kaca mata, dan aki. "Kami juga menemukan tengkorak dan kerangka," kata Bambang.

Namun, tim memutuskan untuk belum mengambil kerangka dan tengkorak tersebut. Salah satu masalahnya adalah kepercayaan warga lokal mengenai kerangka di bangkai kapal. Bambang mengatakan, warga setempat percaya kalau tulang belulang itu diambil dari 'kuburannya' maka akan terjadi sesuatu.

Arkeolog lainnya yang ikut dalam penelitian itu, Prayitno Hadi, mengatakan dari laporan penyelam diketahui tengkorak dan tulang belulang itu ada di dalam satu ruangan. Tengkorak dan tulang-tulang itu sudah terbungkus lumpur. Namun dalam posisi 'intact' yang relatif sedikit gangguan alam. Secara kasar diduga ada 14 individu di dalam ruang tersebut.

Bambang mengatakan, temuan kapal selam Jerman ini cukup membanggakan bagi arkeologi Indonesia. Sebab, dilakukan tim arkeolog Indonesia, tanpa bantuan asing. "Kita terbukti mampu mengadakan pengangkatan dengan biaya yang cukup besar tapi teknologi sederhana," tuturnya.

Saat ini seluruh temuan sampel sudah diteliti lebih lanjut di laboratorium Pusat Arkeologi Nasional di Pejaten, Jakarta Selatan. Meski sudah menemukan kapal selam Jerman, Bambang dan Prayitno sepakat masih banyak pertanyaan yang belum terjawab soal sejarah kapal tersebut.


  ● National Geographic | Republika  

KRI dan Pesawat Udara TNI AU Jalin Kerja Sama Taktis

KAPAL Perang Republik Indonesia (KRI) dengan Pesawat Udara (Pesud) menjalin kerja sama taktis melalui latihan bersama TNI Angkatan Laut (AL) tahun 2013. Latihan ini dibuka oleh Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, bertempat di Base Ops Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Juanda, Surabaya, Senin (18/11).

Asops KSAL Laksamana Muda Didit Herdiawan dalam sambutannya yang dibacakan oleh Pangarmatim mengatakan, kerja sama antara pesawat udara dan KRI harus selalu terjalin secara optimal guna pencapaian tugas pokok TNI AL selaku komponen utama pertahanan negara di laut. Menurutnya, pesawat udara sebagai kepanjangan tangan KRI, menuntut pengawak yang berkualitas dan profesional serta siap melaksanakan tugas operasi laut dimanapun dan kapanpun, baik dalam situasi damai maupun perang. Dalam rangka mewujudkan personel pengawak yang profesional serta berkualitas, maka perlu diselenggarakan latihan kerja sama taktis antara pesawat udara dan KRI TNI Angkatan laut tahun 2013.

Menurut Didit, rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan awak pesawat udara serta terintegrasinya kerja sama taktis antara pesawat udara dan KRI dalam pelaksanaan tugas-tugas operasional.

Adapun, materi latihan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pelajaran di kelas (klasikal) dan praktik lapangan. Materi klasikal meliputi pengenalan pesawat udara TNI AL, pengenalan KRI, pengenalan Pangkalan Udara TNI AL, Taktik penerbangan TNI AL, Air Joining Procedure, komunikasi taktis Heli Deck Party, pengenalan Naval Aviaton Combat Simulator, dan tactical game NACS. Sedangkan, latihan praktik yakni kerja sama taktis antara KRI dan pesawat udara TNI AL.

Latihan ini berlangsung selama lima hari, 18-22 November 2013 bertempat di Ruang Briefing Naval Aviation Combat Simulator dan Alur Perairan Barat Surabaya (APBS). Pelaku latihan yaitu satu kapal perang jenis Eskorta, Wing Udara 1 dan Lanudal Juanda.

Unsur latihan diantaranya satu KRI jenis Sigma, lima Pesud terdiri dari satu Pesud Patroli Maritim CN-235, satu Pesud NC-212 Casa, dua Pesud N-22/24 Nomad dan satu BO-105 Bolkow.

Didit menambahkan, aspek yang mendorong dilaksanakannya latihan ini adalah belajar dari pengalaman sejarah dimana peran pesawat udara dalam operasi laut mulai terbukti keampuhannya dalam peristiwa penting pada perang Pasifik, tepatnya di pertempuran Midway pada tahun 1942. Saat itu, kekuatan armada angkatan laut Amerika Serikat dan Jepang tidak pernah bertemu atau saling berhadapan.

“Kerugian yang sangat besar dialami oleh angkatan laut Jepang dengan tenggelamnya armada kapal induk mereka. Akibat serangan udara yang dilakukaan oleh pesawat-pesawat tempur yang berpangkalan di kapal induk Amerika Serikat,” katanya seperti dilansir dalam siaran pers Dinas Penerangan Koarmatim.


  ● Jurnas 

Indonesia kini Marah Besar Kepada Australia

Daftar yang Disadap (theguardian.com)
Setelah berita penyadapan bergulir beberapa waktu, pemerintah Indonesia melalui Menlu Marty Natalegawa menyatakan protes keras kepada Australia dengan informasi penyadapan, kini kemarahan nampaknya semakin memuncak. Media Guardian pada hari Senin memberitakan bahwa dari dokumen yang dibocorkan oleh mantan kontraktor CIA/NSA, menyebutkan bahwa ponsel Presiden SBY telah disadap oleh Australian Signals Directorate pada tahun 2009.

Selain itu juga ponsel Ibu Negara Ani Yudhoyono serta beberapa menteri senior Indonesia juga disadap menurut dokumen Snowden, tercatat bulan November 2009. Kebocoran baru tersebut diterbitkan bersama oleh The Guardian Australia dan Australian Broadcasting Corporation yang dengan jelas mengungkapkan target tingkat atas tertentu Indonesia oleh Intelijen Australia.

Informasi yang dibocorkan oleh Snowden adalah slide presentasi, dengan klasifikasi rahasia dari Departemen Pertahanan Australia dan Sinyal Pertahanan Direktorat atau DSD (Defence Signals Directorate), sekarang menjadi Australian Signals Directorate (ASD), bekaitan dengan intersepsi ponsel sebagai teknologi 3G dari pejabat tinggi Indonesia. Termasuk juga slide yang berjudul Presiden Indonesia Voice Intercept, bulan Agustus 2009 dan slide yang lain, berjudul IA Kepemimpinan Target + Handsets. Disebutkan Presiden SBY dan ibu negara menggunakan HP Nokia E90 -1, Wapres Boediono menggunakan BlackBerry Bold 9000.

Target untuk surveilans lainnya adalah Dino Patti Djalal (saat itu jubir Presiden SBY), Hatta Rajasa (Menteri Transportasi), Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Sri Mulyani (Menteri Keuangan), Andi Malarangeng (Jubir Presiden), Sofyan Djalil (Menteri BUMN), Widodo AS (Menkopolkam hingga Oktober 2009).

Dokumen Snowden juga menyebutkan bahwa intelijen Australia membuat rencana masa depan, badan pengawasan Australia menyebutkan "harus memiliki konten" dan dapat membaca pesan terenkripsi, yang akan membutuhkan memperoleh kunci yang akan membuka apapun yang di enkripsi. Dokumen-dokumen lain dari Snowden menunjukkan badan intelijen telah membuat terobosan besar dalam beberapa tahun terakhir dalam menemukan cara dalam pesan terenkripsi.

Guardian juga mengungkapkan bahwa DSD bekerja bersama Amerika NSA untuk melakukan langkah operasi pengawasan besar-besaran di Indonesia saat berlangsungnya konferensi perubahan iklim PBB di Bali tahun 2007.

Setelah pertemuan dengan Wapres Boediono pekan lalu, PM Australia Tonny Abbott mengatakan : "Semua negara, semua pemerintah mengumpulkan informasi Itu tidak mengejutkan Ini tidak mengejutkan..." Kami menggunakan informasi yang kami kumpulkan untuk kebaikan, termasuk untuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan Indonesia dan salah satu hal yang saya telah menawarkan untuk lakukan hari ini dalam diskusi saya dengan wakil presiden Indonesia adalah untuk meningkatkan tingkat kita berbagi informasi karena saya ingin masyarakat Indonesia tahu bahwa segala sesuatu, segala sesuatu yang kita lakukan adalah untuk membantu Indonesia serta membantu Australia. Indonesia adalah negara yang saya punya banyak rasa hormat dan kasih sayang pribadi berdasarkan waktu saya sendiri di Indonesia ."

Dari perkembangan berita di media Guardian dan ABC, nampaknya semakin menimbulkan kemarahan pimpinan negara. Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri RI akan mengambil beberapa langkah untuk menunjukkan kekecewaan Indonesia. Langkah pertama Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa akan menghubungi Menlu Australia Julie Bishop menyampaikan bahwa isu penyadapan ini akan membawa dampak tidak baik terhadap hubungan bilateral kedua negara. Selain itu Indonesia meminta Australia memberikan penjelasan resmi dan terbuka secara publik. Menlu Marty menyatakan tindakan Australia tidak bersahabat. Satu persatu kepercayaan kedua negara dicederai oleh Australia sebagai mitra strategis dan negara yang menjunjung demokrasi.

Pemerintah Indonesia juga akan meminta jaminan bahwa Australia tidak akan mengulangi tindakan memalukan mereka. "Kemlu akan memanggil Dubes RI di Canberra ke Jakarta, untuk diminta konsultasi," ujar Djoko Suyanto di Jakarta, Senin (18/11/2013). Selanjutnya dikatakan, "Pemerintah akan mengkaji kerjasama pertukaran informasi antara pemerintah RI dan Australia, termasuk penugasan pejabat Australia di Kedubes Australia di Jakarta," jelasnya.

Sebelumnya, menanggapi pertanyaan di parlemen Australia, Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan : " Pemerintah Australia tidak pernah komentar tentang masalah-masalah intelijen yang spesifik." Dia menambahkan: "Saya tidak akan pernah mengatakan atau melakukan sesuatu yang bisa merusak hubungan yang kuat dan kerjasama erat yang kita miliki dengan Indonesia, dalam semuanya, hubungan kami yang paling penting," katanya.

Analisis

Berita dari The Guardian tersebut merupakan berita yang penulis tunggu-tunggu, dimana kini terbukti ditayangkan juga, kapanpun dilakukannya, ternyata memang benar rangkaian penyadapan terhadap pejabat Indonesia akhirnya diberitakan. Penyadapan terhadap Presiden SBY merupakan bukti sebagai pemimpin kelima yang diberitakan disadap, NSA diberitakan menyadap pemimpin Perancis, Spanyol Meksiko dan Jerman, sementara ASD menyadap Presiden Indonesia. Mereka menyadap Ibu Ani, karena mengetahui bahwa di Indonesia isteri berperan cukup besar (walau dalam kasus ini tidak benar). Sementara beberapa pejabat yang disadap adalah para kepercayaan Presiden yang biasanya dibutuhkan sarannya dalam pengambilan keputusan penting. Itulah sasaran intinya.

Kita tidak bisa berbangga dengan modal enkripsi yang ada. Sebuah pemberitaan di media AS menyebutkan tehnik penyadapan/monitoring sudah demikian maju. Di Iran, teknik pengawasan baru dan teknologi telah memungkinkan analis untuk mengidentifikasi tersangka situs nuklir yang belum terdeteksi dalam gambar satelit, menurut dokumen Snowden itu.

Di Suriah, NSA mendengarkan posting mampu memantau komunikasi terenkripsi antara para pejabat senior militer pada awal perang saudara di sana, kerentanan bahwa pasukan Presiden Bashar al-Assad tampaknya kemudian diakui. Salah satu fungsi NRO adalah untuk mengambil data dari sensor yang ditempatkan di sebuah tempat yang dicurigai sebagai tempat penyimpanan situs senjata ilegal di Suriah dan negara-negara lain.

Dalam menghadapi isu penyadapan oleh NSA, Presiden Barack Obama telah menghadapi kritik yang signifikan atas laporan penyadapan dan ia tidak mengetahui sejauh mana dilakukannya operasi pulbaket klandestin NSA. Dalam sebuah wawancara di televisi, Presiden Obama mengatakan operasi keamanan nasional Amerika Serikat kini sedang ditinjau kembali untuk memastikan kemampuan teknologi NSA yang tumbuh dengan hebat, akan berada di bawah sebuah kontrol yang jelas. "Kami memberi mereka arah kebijakan," katanya kepada jaringan Fusion ABC. "Tapi apa yang kita lihat selama beberapa tahun terakhir adalah kapasitas mereka terus mengembangkan dan memperluas, dan itulah mengapa saya sekarang memulai melakukan review," kata Obama.

Menanggapi keberatan serta ancaman dari Jerman karena berita penyadapan Kanselir Angela Merkel, Presiden Obama memberikan jaminan bahwa penyadapan terhadap pemimpin Jerman itu telah dihentikan dan tidak akan dilakukan lagi dimasa mendatang.

Bagaimana dengan Australia? PM Tonny Abbot nampaknya tetap bersikukuh tidak bersedia mengungkapkan operasi klandestin ASD dan juga menyatakan bahwa penyadapan terhadap negara lain adalah hal biasa, untuk mempererat hubungan. Memang aneh juga sikap yang ditunjukkannya. Jelas Australia tidak takut, karena mereka melakukan penyadapan dengan kendali dan perintah NSA. Dimasa lalu bahkan Australia senang dengan julukan wakil sherif AS di kawasan Asia Tenggara. Mereka tahu bahwa ulahnya mendapat perlindungan Amerika.

Yang mengherankan, Tonny Abbot tetap bersikukuh tidak mau menjelaskan penyadapan yang dilakukan oleh badan intelijennya, kurang jantan untuk mengakuinya. Mengapa dia tidak meniru Presiden Barack Obama yang langsung melakukan review dan membuat pernyataan menghentikan dan menjamin tidak akan melakukan penyadapan ulang. Tetapi nampaknya Australia sudah kepalang basah dimana kasus imigran gelap berperahu masih menjadi ganjalan dengan Indonesia. Ditambah dengan isu penyadapan, maka hubungan kedua negara nampaknya akan semakin memburuk.

Indonesia tidak perlu khawatir dengan sikap Australia, kita sudah memiliki perkuatan alutsista militer, yang mana kemampuan pesawat tempur kita sudah jauh berada diatas kemampuan Australia. Dan TNI AU serta Komando Pertahanan Udara Nasional sudah menggelar radar di kawasan Indonesia Timur yang mampu mendeteksi setiap pergerakan pesawat Australia apabila memasuki ruang udara Indonesia. Kita tidak menginginkan konflik, tetapi dalam masalah harga diri sebagai bangsa yang besar kita harus berani unjuk gigi. Kalau wilayahnya kita kunci, Australia akan terisolir pastinya. Posisi Indonesia jauh lebih strategis dibandingkan Australia, itu pasti. Jadi sudah waktunya bangsa Indonesia bersatu, jangan kita kisruh terus, dan para politisi juga harus bersatu.

Mari-mari, "anda mau jual yah kita beli", inilah ungkapan anak Betawi kalau ditantang oleh siapapun, termasuk yang namanya Ustrali itu. Amerika saja mau mengakui menyadap, eh negeri kanguru ini tetap bersikeras nolak, memang mau baribut ya?Lama-lama jadi ikutan gemes juga. Bagaimana anda?

Sadap Indonesia, Australia Harus Bayar Mahal

Sadap Indonesia, Australia Harus Bayar MahalCanberra  Mantan Menteri Luar Negeri Australia, Alexander Downer, menyayangkan penyadapan yang dilakukan negaranya terhadap presiden dan pejabat tinggi Indonesia. Menurut dia, hal ini sangat merugikan Australia. "Ini situasi yang mengejutkan di mana Australia akan membayar harga yang sangat mahal," katanya kepada Sky News. Hal ini, katanya, sangat merusak hubungan baik dua negara bertetangga itu.

Menurut ABC News, nilai perdagangan Indonesia-Australia mencapai US$ 13,7 miliar pada tahun 2012. Menteri Perdagangan Australia Andrew Robb bersama mitranya dari Indonesia tengah merampungkan draf persetujuan perdagangan bebas kedua negara itu.

Berita penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia menjadi pembicaraan hangat di Negeri Kanguru itu. Hampir seluruh media besar menuliskannya di halaman depan. Terungkapnya penyadapan Australia atas Indonesia berasal dari dokumen yang dibocorkan mantan kontraktor intelijen Amerika Serikat, Edward Snowden. Dalam dokumen yang juga diperoleh oleh harian Australia, Sydney Morning Herald, ia mengungkapkan, ada beberapa file penyadapan para pejabat Indonesia, termasuk percakapan pribadi ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan, ada satu file yang berisi seluruh percakapan SBY selama 15 hari pada bulan November 2009.

Anggota parlemen Australia asal Tasmania, Andrew Wilkie, mengatakan dirinya mendukung tindakan Snowden membeberkan dokumen materi sensitif tentang Presiden Indonesia itu. "Saya tidak ragu untuk menyebut dia bertindak dalam kepentingan publik ketika dia mengungkapkan informasi itu," katanya kepada wartawan di Canberra. "Ini langkah bagus."

Bagi Australia, kata Wilkie, juga menjadi masukan penting. "Kita jadi tahu bagaimana intelijen kita bekerja," katanya. Ia menyatakan kinerja lembaga intelijen yang menghabiskan anggaran tak sedikit itu harus dievaluasi dengan terbongkarnya kasus ini.

Di Australia, Wilkie adalah anggota Parlemen yang cukup diperhitungkan. Ia adalah mantan analis intelijen yang mengundurkan diri dari pekerjaannya di Kantor Kajian Nasional pada tahun 2003 karena kekhawatiran atas keterlibatan Australia dalam invasi ke Irak.

Senator dari Partai Greens, Scott Ludlam, mengatakan pengumpulan informasi oleh intelijen Australia bersama program pengawasan Amerika Serikat berada di luar kendali. "Apakah kita secara serius percaya bahwa Presiden Indonesia, istrinya, dan tim kepemimpinannya merupakan ancaman keamanan nasional bagi Australia?" katanya.

Mewakili Partai Greens, ia menyatakan harus ada penyelidikan langsung atas hal ini. "Diplomasi, kepercayaan bisnis, dan perlindungan privasi pribadi harus menjadi perhatian utama," katanya.

  ♞ Tempo 

Sudahkan Pembelian Alutsista TNI Sesuai Kebutuhan?

Tjahyo Kumolo anggota Komisi I DPR RI mengatakan, DPR meminta agar alat utama sistem persejantaan (alutsista) yang dimiliki TNI harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan.

Dia mencontohkan Rusia dan Korea Selatan yang sekarang ini mulai menjadi "kiblat" baru pembelian alutsista dari Indonesia.


Menurutnya dua negara ini adalah produsen alutsista yang canggih dan teruji. Selain itu harganya juga cukup murah jika dibandingkan dengan membeli pada Amerika Serikat misalnya.


"Tetapi harus dievaluasi apakah jenis-jenis tertentu cocok atau tidak untuk digunakan di Indonesia. Di negara asal alutsista dan juga di negara-negara lain yang menggunakan alutsista itu mungkin cocok. Tapi belum tentu di Indonesia," ujarnya, Senin (18/11/2013).


Dia mencontohkan tank Leopard yang baru saja dibeli, dinilai kurang cocok kalau dipakai di Indonesia. Selain terlaku berat, juga sistem pengendaliannya tidak terlalu sesuai dengan medan di banyak tempat Indonesia.


"Jadi harus ada evaluasi yang komplit. Bukan hanya sekedar alutsista ini canggih, ini sudah banyak dipakai saja. Tetapi juga dilihat fungsinya cocok tidak dipakai disini. Jangan juga pembelian alutsista karena untuk memenuhi ide salah satu kesatuan saja," jelasnya.


Dia juga mengaku selama ini memang ada kesatuan yang niat untuk membeli alutsista jenis tertentu sangat besar. Hal itu dia nilai sangat merepotkan.


"Kami sudah mengingatkan bila keluar dari kesepakatan sama saja melanggar prosedur. Itu juga bisa melanggar Undang Undang. Karena itu kedepannya evaluasi total harus dilakukan," pungkasnya.(ran/rst)



  ● Suara Surabaya  

Memandang Matahari Kilo 2014

Di penghujung tahun 2013 banyak hal yang bisa kita renungkan tentang analisis pertahanan dan perkuatan alutsista TNI. Gambaran hits nya kira-kira begini : Lagu “Leopard Dua” yang selama beberapa bulan menjadi hits di tangga lagu-lagu alutsista yang di pesan dan datang.  Maka di awal Desember yang basah ini “Leopard Dua” ditaklukkan oleh lagu “Kilo Membahana” yang menjadi puncak histeria dari penantian yang ditunggu-tunggu untuk memperkuat  alutsista strategis bawah air laut Indonesia.

Main Battle Tank Leopard tinggal menunggu kedatangan gelombang demi gelombang dan itu ada di tahun 2014 yang selangkah lagi di depan mata.  Sedangkan untuk kapal selam Kilo masih harus melalui tahapan demi tahapan sampai menuju sign kontrak. Dan itu diperkirakan terjadi di tahun 2014.  Tetapi mengapa khusus untuk keputusaan membeli sejumlah kapal selam Kilo dari Rusia begitu menggemparkan forum militer tanah air dan forum militer jiran, tak lain karena daya getar dan gentarnya yang mengancam seluruh kapal perang berjenis kelamin apapun di kawasan ini.
Keputusan membeli sejumlah kapal selam Kilo dari Rusia merupakan langkah yang dipuji dan disanjung banget. Ini adalah keputusan paling cemerlang ditinjau dari segala dimensi. Misalnya dari dimensi kesetaraan alutsista strategis kita sudah mampu mensejajarkan diri dengan negara jiran seperti Vietnam, Singapura dan Australia.  Dari dimensi perspektif dengan dinamika perkembangan klaim Laut Cina Selatan, Ambalat dan perkuatan militer di Cocos dan Christmas, pengadaan kapal selam “Herder” ini tepat guna dan tepat arah.

Lalu bagaimana dengan kapal selam Changbogo yang saat ini sedang dibuat di Korsel.  Ya jalan terus dong. Proyek Changbogo sesuai rencana membuat 3 kapal selam dimana kapal selam ketiga akan dibuat di PT PAL Surabaya tahun 2017.  Sementara itu sedang berjalan, kita juga masih sangat perlu untuk membuat program paralelisasi pengadaan kapal selam. Sebagaimana yang pernah diulas dalam tiga artikel terdahulu bahwa disamping proyek Changbogo kita berpendapat masih perlu perkuatan kapal selam dari kelas Herder.  Akhirnya sebagaimana analisis dan prediksi kita kala itu, Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan mengambil keputusan untuk membeli kapal selam Kilo dari Rusia. Plong sudah.

Jika proyek Changbogo berjalan ramai lancar, tidak padat merayap atau macet total sebagaimana proyek jet tempur KFX/IFX, maka mulai tahun 2016 kita sudah mendapat 1 kapal selam baru. Dengan asumsi itu maka tahun 2018 sudah ada 3 kapal selam Changbogo dimana kapal selam ketiga dibuat oleh tenaga ahli Indonesia dibawah supervisi Korsel. Program alih teknologi ini diharapkan akan menghasilkan kapal selam buatan dalam negeri seutuhnya mulai tahun 2020 mendatang.
Nah, dengan tambahan 3 Changbogo itu kekuatan kapal selam kita menjadi 5 unit tetapi tentu daya gempur  2 “Cakra Class” di tahun 2018 sudah tak sepadan lagi.  Oleh sebab itu pengadaan Kilo yang berkemampuan meluncurkan peluru kendali dari bawah laut dengan jarak tembak 300 km merupakan keputusan bersejarah. Kelak akan dicatat oleh generasi penerus sebagai langkah monumental dan mampu mewibawakan postur militer dan diplomatik Indonesia di kawasan regional.  Kehadiran kapal selam Kilo disamping mengejar target kuantitas kebutuhan kapal perang bawah air juga untuk menggapai kualitas setara teknologi kapal selam yang dimiliki TNI AL.

Memang sudah selayaknya Indonesia memperkuat alutsista strategis di perairan yang luasnya merupakan dua pertiga dari luas NKRI.  Dengan beberapa ALKI strategis sebagai pintu masuk kapal dagang dan kapal perang negara lain maka pintu-pintu itu harus dijaga.  Dengan kekuatan minimal 12 kapal selam pada tahun 2020 yang diprediksi demam tinggi terjadi di Laut Cina Selatan maka kekuatan armada kapal selam itu diniscayakan mampu memperkuat barikade pertahanan Indonesia.

Kita sangat berharap Kementerian Pertahanan bisa mendapatkan minimal 6 kapal selam Kilo seluruhnya atau kombinasi 4 Kilo dan 2 Amur atau sebaliknya meski tidak seluruhnya baru. Sejumlah tim teknis Kemhan dan TNI AL yang akan berangkat bulan Januari 2014 ke Rusia untuk melihat dan mengkaji barang yang ditawarkan Rusia itu diyakini diberangkatkan dengan doa dan harapan yang menggebu.  Oleh karena itu penting untuk disampaikan bahwa tim itu membawa misi kebanggaan nilai.  Jangan sampai nilai kebanggaan itu yang sudah didambakan dan digadang-gadang selama hampir 8 tahun berubah menjadi skeptis.

Proyek Kilo akan menjadi ujian kesungguhan dan ebtanas pemerintahan SBY khususnya mengenai perkuatan alutsista TNI.  Kita meyakini bahwa dalam tiga bulan ke depan sudah ada kontrak pengadaan sejumlah kapal selam tangguh itu sehingga tahun 2015 dan seterusnya kita akan menyaksikan barangnya satu persatu berdatangan di perairan Indonesia.  Jika ini terwujud nyata maka sudah selayaknya kita menyematkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Presiden SBY dan menganugerahinya sebagai “Bapak Modernisasi Militer Indonesia”.  Bagaimana ?
****
Jagvane / 29 Desember 2013

Mungkinkah Proxy War di Laut Cina Timur? (Bag-3)

Implementasi Asumsi GFI dan KENARI
Sebagaimana uraian sebelumnya, bahwa memanasnya suhu politik beberapa negara di sekitar perairan Cina, selain tak lepas akibat “isue” dan “tema” yang ditebar (asymmetric strategy) kolonialisme Barat terkaitgeopolitical shift dari Jalur Sutera ke Asia Pasifik, juga silahkan simak rumusan GFI, Jakarta (2013), pimpinan Hendrajit, perihal garis besar konflik-konflik yang terjadi di dunia. Inilah asumsinya:

"Bahwa mapping konflik dari kolonisasi yang dikembangkan oleh Barat, hampir dipastikan segaris/satu route bahkan pararel dengan jalur-jalur SDA terutama bagi wilayah (negara) yang memiliki potensi besar atas minyak, emas dan gas alam”.
Demikian pula sesi-sesi diskusi di Forum Kepentingan Nasional RI (KENARI), Jakarta, pimpinan Dirgo D. Purbo, pakar perminyakan, kerapkali memetik pointers yang hampir identik dengan rumusan GFI di atas, yaitu: “conflict is protection oil flow and blockade somebody else oil flow”.
Bila mencermati konflik-konflik di Tanah Air, lalu mencoba menselaraskan dengan asumsi GFI dan KENARI, bahwa penanganan konflik oleh Tim Terpadu baik di pusat maupun daerah oleh Kementerian Polhukam selaku leading sector, seyogyianya tak cuma mengkedepankan model penanganan dan pengelolaan konflik atas hal-hal yang timbul di permukaan semata, namun wajib mencermati secara jeli what lies beneath the surface. Apa yang terkandung di bawah permukaan.
Ada asumsi lagi: “konflik lokal merupakan bagian konflik global”. Artinya, konflik di suatu kawasan bukanlah faktor tunggal yang berdiri sendiri, tetapi seringkali merupakan bagian dari skema besar para adidaya. Maka meramu beberapa asumsi di atas, seyogyianya Tim Terpadu harus mengantongi jawaban atas pertanyaan: adakah kepentingan geopolitik asing terkait minyak, emas, gas bumi, dan/atau bagaimana upaya pihak luar menguasai geostrategi kawasan tertentu di Bumi Pertiwi?
Konflik Sampang contohnya, jangan cuma dilihat dari sisi pertentangan budaya antara Syiah-Sunni yang dipenuhi virus takfiri (mengkafir-kafirkan kelompok lain), aroma sektarian, bener e dewe, dan lain-lain. Tim Terpadu hendaknya menelusur hingga ke dasar masalah di hulu persoalan --- bukannya akar persoalan di permukaan (hilir) saja. Adakah geopolitik Madura cq Sampang terkait kepentingan asing; berapa perusahaan luar beroperasi dan adakah persaingan di antara mereka sendiri; bagaimana pola perluasan area suatu perusahaan jika rencananya menabrak lokasi kelompok tertentu yang mutlak harus ‘diungsikan’? Atau pada wilayah konflik lain baik di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku, dll mutlak harus dipertanyakan dahulu: adakah potensi SDA-nya; bagaimana leverage geostrategi kawasan tersebut dari perspektif geopolitik global? Sekali lagi, conflict is protection oil flow!
Asumsi GFI dan KENARI jelas menyiratkan makna, bahwa konflik manapun yang meletus di “jalur basah”, kuat indikasi ia diciptakan terkait kepentingan geopolitik para adidaya. Sudah tentu, hal ini selain pararel dengan kajian Deep Stoat (if you would understand world geopolitic today, follow the oil), juga sebenarnya tergantung insight (menyelam)-nya survey serta ketajaman Tim dalam menganalisa untuk mengurai masalah, lalu menyelesaikan konflik yang muncul secara tuntas.
Lihatlah ethnic cleansing di Rohingya, Myanmar; tengoklah bentrokan antar suku di Balinuraga, Lampung; cermati benturan antara Syiah-Sunni di Madura, dst kenapa selalu dipicu oleh pola yang sama yaitu pelecehan seksual, berlanjut bentrok massa dan selalu berujung program relokasi penduduk (‘terusir’) yang hidup di atasnya. Sejauh ini, adakah kajian menyelam hingga di bawah permukaan?
Geopolitical Leverage
Untuk daya lenting, kemanfaatan atau leverage sebuah geopolitik yang layak disimak ialah kedahsyatan Papua dari aspek geostrategi. Catatan kecil dalam Perang Dunia (PD) ke-2 mengajarkan, bahwa ia memiliki nilai strategis bagi militer AS. Masa-masa PD dahulu, letak dan “posisi geografis”-nya sangat mendukung taktik lompat katak(leap frog)-nya Jenderal Douglas MacArthur, Panglima AS, sehingga dalam PD mampu unggul daripada tentara Jepang. Inilah kedahsyatan geopolitical leverage jika dimaksimalkan. Termasuk dalam hal ini ialah Selat Hormuz di Iran, Selat Malaka bagi Singapura, atau mungkin juga Selat Sunda, Selat Lombok, dll. Kendati untuk dua Selat terakhir (Selat Sunda dan Lombok) masih “terlantar“, artinya selama ini tak pernah diberdayakan oleh para pengambil kebijakan di republik ini guna kepentingan yang lebih besar.
Dengan demikian, telah bisa dibaca bahwa hasrat Barat (AS dan sekutu) terhadap Papua selain kepentingan what lies beneath the surface (hal-hal terkandung di bawah permukaan) juga tak kalah penting ialah penguasaan geostrategy positiondalam konstelasi geopolitik global. Tampaknya, Paman Sam ingin mengulang kembali kesuksesan PD ke-2 apabila geopolitical shift yang tengah berlangsung bermuara serta berubah menjadi perang (militer) secara terbuka.
Kembali ke Laut Cina Selatan. Entah siapa memulai, siapa duluan memancing. Ketegangan politik di perairan Asia Pasifik terpantau hampir memuncak. Retorika pun muncul: apakah penetapan Air Defence Identification Zone (ADIZ) oleh Negeri Tirai Bambu di Kep Diaoyu atau Senkaku ---kepulauan sengketa--- ujud dari ‘kegenitan’ Cina ingin segera tampil menjadi superpower? Atau insiden kecil tanggal 5 Desember 2013 di Laut Cina Selatan, dimana Kapal USS Cowpens (mengabaikan peringatan) menerobos tempat latihan Armada Laut Cina merupakan isyarat, bahwa Paman Sam pun sejatinya ingin cepat-cepat bertempur?  
(Bersambung Bag-4)
hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner