Select Language

Kamis, 27 Juni 2013

Penerbang Tempur Lanud Iswahjudi Latihan Pengeboman

LATIHAN pengeboman ”Air to Ground” yang dilaksanakan di AWR Pulung Desa Suren, Mlarak, Ponorogo, oleh penerbang tempur Lanud Iswahjudi bukanlah suatu rutinitas, akan tetapi dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kemampuan sebagai penerbang tempur yang handal dan profesional.
 
Secara bergantian tiga jenis pesawat tempur yang ber-home base di Lanud Iswahjudi diantaranya pesawat F-16/Fighting Falcon, F-5/Tiger II dan Hawk MK-53, menguji kemampuan melakukan pengeboman dengan menggunakan bom praktice BDU 33, dengan  sasaran darat (Air to Ground) berupa skip yang berada di Air Weapon Range (AWR)  Pulung di desa Suren, Mlarak, Ponorogo.   Sedangkan ”take off” dan ”landing” langsung dari landasan pacu Lanud Iswahjudi.

Latihan pengeboman ”Air to Ground” tersebut, merupakan Program Kerja Lanud Iswahjudi, khususnya bidang operasi dan latihan yang dilaksanakan mulai Senin (10/6) hingga Kamis (21/6). Sedangkan maksud dari latihan tersebut untuk mengasah kemampuan para penerbang-penerbang muda sekaligus untuk meningkatkan profesionalitas sebagai penerbang tempur TNI Angkatan Udara.

Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI Yuyu Sutisna, S.E., berpesan kepada para penerbang dan ground crew maupun pendukung lainnya selama latihan berlangsung, selalu berhati-hati dan melakukan pengecekan ulang terhadap pesawat, sehingga latihan dapat berjalan lancar sesuai yang dijadwalkan.

Perhatikan pula Keselamatan Terbang dan Kerja (Lambangja), sehingga hal-hal sekecil apapun yang tidak diharapkan tidak terjadi dan ”Zero Accident” tetap menjadi prioritas utama. Demikian penekanan Dalanud Iswahjudi kepada para penerbang dan ”crew” yang menjadi acuan dalam latihan tersebut.

Terkendala Solar, Radar TNI-AL Mangkaliat Sering 'Nganggur'

SANGATTA -- Radar Integrated Maritime Surveliance System (IMSS) milik TNI -AL yang terpasang di Mangkaliat Kecamatan Sandaran Kabupaten Kutai Timur Kaltim, hanya bisa beroperasi dua hari dalam seminggu karena terkendala kesulitan bahan bakar Minyak BBM jenis Solar.

Komandan Markas Komando Pangkalan TNI-AL (Danlanal) Sangatta, Letkol Laut (P) Sigit Santoso, mengatakan, radar TNI-AL di Mangkaliat yang dibangun tahun 2010, kondisinya sangat baik, kendalanya BBM Solar tidak ada. "Karena BBM Solar agak susah, ada keinginan kami untuk mengusulkan diganti Tenaga Surya (Solar Cell)," kata Danlanal Letkol Laut Sigit Santoso, Senin (10/5).

Menurut Danlanal Letkol Sigit Santoso, bahan bakar solar sebenarnya tidak langka, tetap ada, namun yang menjadi hambatan adalah kendaraan transportasi yang bisa membawa solar ke Mangkaliat.

Danlanal Letkol Laut Sigit Santoso, di sela-sela menghadiri acara Isra Miraj di masjid Agung Sangatta, menjelaskan, kalau cuaca buruk dan musim gelombang, tidak ada kendaraan yang bisa membawa solar kesana. "Satu-satu transportasi yang bisa digunakan ke Kecamatan Sandaran termasuk Mangkaliat adalah laut, sedangkan akes darat belum ada," ujarnya menambahkan.

Ia mengatakan, kebutuhan solar untuk menggerakkan mesin listik dalam mendukung operasi radar sangat besar, dan biaya sangat tinggi juga. Dikatakan Danlanal, untuk mengoperasikan radar selama 24 jam sehari semalam, maka salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah pengadaan tenaga matahari atau solar cell.

"Saya akan mencoba melakukan pendekatan dengan petinggi TNI-AL dan juga Pemkab Kutai Timur, agar menggunakan listrik tenaga surya," katanya.

Radar Integraal Maritime Surveliance System (IMSS) milik TNI AL di Mangkaliat, untuk memantau dan mengontrol kapal-kapal asing yang melintasi perairan Alur Laut Kepulauan Indonesia) II terutama aksi illegal loging dan illegal pishing dan kegiatan kejahatan lainnya. Namun menurutnya, meskipun radar Mangkilat hanya beroperasi dua hari dalam seminggu, perairan Kutai Timur dan Kaltim tetap terpantau oleh radar-radar lain yang ditempatkan di beberapa tempat.

"Ada radar TNI-AL yang lain membackup dan memantau perairan alki II termasuk Kutai Timur, seperti dari Tarakan dan Sulawesi," katanya.

Sumber : Republika

TNI Borong Rudal Anti-Tank Buatan Amerika Serikat

Angkatan bersenjata Indonesia memborong peluncur rudal anti-tank (ATGM) canggih buatan Amerika Serikat. Rudal ini mampu mengunci sasaran dan mengikuti kemanapun target berjalan dengan daya ledak yang luar biasa.

Anti tank baru bernama Javelin ini dipamerkan dan diperagakan penggunaannya usai pembukaan latihan gabungan Garuda Shield TNI Angkatan Darat dengan Tentara AS di Pasifik (USARPAC), Senin 10 Juni 2013. 

Letnan Satu TNI Bonny Octavian yang memperagakan penggunaan Javelin mengatakan, jarak tembak rudal ini mencapai 2,5 kilometer. Javelin dilengkapi dengan pelacak canggih yang mampu mengunci dan menembak sasaran yang bergerak. "Waktu reload rudal ini cukup cepat, yaitu 40 detik saja," kata Bonny.

Bonny mengatakan, TNI telah memesan 25 alat pembidik dan 189 rudal anti tank Javelin buatan perusahaan Raytheon dan Lockheed Martin ini. Namun senjata ini masih dalam tahap produksi dan belum dikirim.

Selain canggih, alat ini sangat ringan dan dapat ditempatkan di bahu penyerang. Menurut laman Inetres.com, rudal Javelin berbobot 11,8 kilogram sementara alat pembidik dan peluncur hanya 6,4 kilogram. "Senjata ini selain canggih juga simpel dan ringan," kata Bonny.

Senjata ini telah dikembangkan sejak tahun 1998 oleh perusahaan Raytheon dan Lockheed Martin dengan nama proyek Javelin Joint Venture. Produksinya sendiri dimulai tahun 1994 dan dikirimkan ke barak militer di Fort Benning, Georgia pada tahun 1996.

Laman army-technology.com menuliskan, Javelin digunakan tentara AS dan Australia pada perang di Irak antara Maret dan April 2003. Saat ini, senjata ini digunakan di Afganistan. Lebih dari 2.000 rudal Javelin telah ditembakkan AS dan tentara koalisi di negara ini.

Negara asing pertama pembeli Javelin adalah Inggris pada Januari 2003 dengan pemesanan awal sebanyak 18 peluncur dan 144 rudal. Negara lainnya yang telah menggunakan ini adalah Taiwan, Lithuania, Yordania, Australia, Selandia Baru, Norwegia, dan Irlandia. Beberapa negara lainnya tengah mengantre untuk mendapatkannya.

Inetres.com memaparkan, satu buah peluncur dan pelacak Javelin dibanderol US$126.000 atau sekitar Rp1,2 miliar, sementara rudal Javelin satuannya seharga US$78.000, setara Rp756 juta.


Sumber : Vivanews

“CROSSDECK EXERCISE” HELO LYNX BRAZIL NAVY LANDING DI KRI DIPONEGORO

Helikopter Angkatan Laut Brazil LYNX AH-11A, on board di KRI Diponegoro-365 dalam rangka serial latihan Cross Deck antara dua kapal perang unsur MTF, KRI Diponegoro-365 (Indonesia) dan BRNS Constituicao F-42 (Brazil) di Area of Maritime operation (AMO) Laut Mediterania, Lebanon.

Unjuk kebolehan pilot heli kedua negara tersebut ditunjukkan bersamaan dengan terbangnya kedua heli secara bersilang, dengan skenario BO-105 NV 409 (Indonesia) terbang dari KRI Diponegoro, melaksanakan landing di BRNS Constituicao. Sebaliknya Lynx AH-11A terbang dari BRNS Contituicao dan landing di KRI Diponegoro.

Kedua heli tersebut melaksanakan kegiatan tiga kali “touch and go“ dengan metode recovery yaitu satu kali IMC (Instruments Meteorological Condition) dengan SCA (Ship Control Approach) dan dua kali VMC (Visual Meteorological Condition).

Komandan KRI Diponegoro Letkol Laut (P) Hersan, S.H., mengatakan latihan Cross Deck merupakan latihan muat dan angkut personel atau barang dengan sarana heli dari kapal satu menuju kapal lain karena suatu keadaan tertentu maupun kondisi darurat.

“Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme pilot dan seluruh tim helideck party dalam melaksanakan peran heli dengan baik tanpa ragu-ragu dan untuk meningkatkan kerja sama serta tukar pengalaman di medan tugas,” jelas Komandan lulusan AAL 1994 tersebut.

Latihan tersebut terlaksana dalam waktu satu setengah jam dan berjalan dengan aman dan lancar. Setelah pelaksanaan latihan tersebut, kedua komandan saling memberikan apresiasi melalui email. Diharapkan latihan sejenis dapat dilaksanakan secara rutin di masa yang akan datang.
(Pen Satgas Maritim TNI Konga XXIII-E UNIFIL 2013)
Sumber : TNIAL

100 Prajurit Paskhas Latihan bersama dengan United States of Air Force (USAF)

TNI AU melibatkan dua pesawat C-130 H Hercules dari Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma dan Skadron Udara 32 Lanud Abdurachman Saleh Malang dan 100 prajurit Paskhas  prajurit, sementara dari USAF melibatkan pesawat Hercules dengan type MC-130 Ps dari Skadron 353 dengan 106 personel.
 
TNI Angkatan Udara menggelar Latihan bersama dengan United States of Air Force (USAF) dengan sandi “Teak Iron” tahun 2013, yang dilaksanakan selama 16 hari dari tanggal 4 - 19 Juni 2013, dalam pelaksanaan dan tempat latihan Lanud Husein Sastranegara dan Lanud Sulaiman Bandung.

Tujuan dari gelar latihan Teak Iron tahun 2013 ini adalah meningkatkan hubungan dan kerjasama antara Angkatan Udara dan kedua negara dalam melatih dan meningkatkan taktik dan teknik prosedur dropping, sementara sasaran yang ingin dicapai terjalinnya hubungan persahabatan lebih erat para prajurit peserta latihan khususnya dan TNI AU dan USAF umumnya.  Dalam upaya profesionalisme personil dalam pelaksanaan tugas-tugas yang diemban.

Latihan tersebut meliputi materi Subject Matter Expert Exchange (SMEE) dengan sasaran diantaranya bidang operasi yaitu Computed Air/High altitude Release Point (C/HARP), Combat Mission Planning, Aircraft peformance Data.

Maintenace meliputi Foreign Object Damage (POD) Prevention, Dropped Object Prevention, Tool Control, Aircraft Inspection Systems and Prosdures. Sedang bidang Drop Zone Prosedures meliputi Verbal Initiated Release System (VIRS), Ground Marker Release System (GMRS). 

Serta Specia Tactics Squadron/Paskhas meliputi Call Fpro Fire (CFF), ATC, Static Line, High Altitude Low Opening (HALO) and High Attitude High Opening (HAHO) dan Tactical Combat Casualty Care (TCCC).

Sedangkan dalam Field training Exercise (FTX) meliputi Static Drop, High Altitude Low Opening (HALO) and High Attitude High Opening (HAHO) Drop, Static Training Bundle (STB), Around The West Java Area at Husein Air Base (WICC) and Sulaiman Air Base (WICK).

Keterangan gambar:  para prajurit Paskhas dan prajurit United States of Air Force (USAF) Amerika sedang menyaksikan pelaksanaan terjun statik yang dilaksanakan pada saat gelar Latihan bersama antara TNI AU dengan United States of Air Force (USAF) di Ran Way, Lanud Sulaiman, Bandung. (pentak husain sastranegara)

Tentara AS-Indonesia Latihan Perang Bersama

Angkatan Darat Indonesia dan Amerika Serikat menggelar latihan perang bersama yang dimulai hari ini, 10 Juni 2013. Latihan gabungan ini adalah salah satu kemitraan kedua negara dalam upaya menjaga perdamaian di kawasan.

Latihan bernama sandi "Garuda Shield" ini dibuka di Markas TNI Infanteri 1 Kostrad Divisi di Depok, Jawa Barat, dan akan berlangsung selama 12 hari, dari tanggal 10 Juni hingga 21 Juni 2013.
Wakil Komandan Jenderal Tentara Garda Nasional AS di Pasifik (USARPAC), Gary M Hara, mengatakan mereka memboyong 312 personel untuk turut serta dalam latihan. Sementara dari Indonesia 300 personel.

"Latihan ini merupakan kegiatan penting yang memungkinkan AS dan Indonesia terlibat bukan hanya di urusan militer, tetapi sebagai mitra di kawasan Asia-Pasifik," kata Hara.

Kata dia, Garuda Shield mendemonstrasikan penekanan dan pengakuan bersama atas pentingnya keamanan dan stabilitas wilayah Asia-Pasifik.
Hara menegaskan, dalam latihan ini AS dan Indonesia akan berkolaborasi dalam lingkungan pelatihan sebagai satu tim. Kedua angkatan bersenjata akan belajar bersama berbagi pengalaman, taktik dan teknik.

"Seperti yang telah disampaikan Presiden Obama ketika berkunjung ke negara yang luar biasa ini tahun 2010, 'ini adalah kemitraan yang setara, didasarkan pada kepentingan bersama dan rasa saling menghormati'," tegas Hara.
Tingkatkan Kapasitas TNI AD

Latihan Garuda Shield terdiri dari Latihan Brigade Gabungan Tingkat Posko (CPX), korps operasi tingkat angkatan udara (ABN) yang memfokuskan pada Kegiatan Pelatihan Lapangan, Aksi Teknisi Sipil untuk Kemanusiaan (ENCAP), Pertukaran Para Ahli Teknik (SMEE), dan Program Pemahaman Budaya dan Kemahiran Bahasa (CULP).

"Para prajurit akan melakukan latihan lapangan (operasi udara), berpartisipasi dalam latihan pos komando fiksi perdamaian dan kemanusiaan dan melakukan Engineer Civic Action Project-Subject Matter Exchange (ENCAP-SMEE)," ujar pernyataan TNI AD.

Tujuan latihan gabungan ini adalah meningkatkan kapasitas TNI-AD untuk menolak organisasi kekerasan ekstremis atau pemberontakan dan respon terhadap bantuan kemanusiaan bencana internasoinal. Selain itu, latihan ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat interoperabilitas taktis dengan AS.

"Mempertahankan kapasitas TNI AS untuk memimpin dan berpartisipasi dalam operasi bilateral dalam mendukung operasi perdamaian," ujar TNI.
Sumber : Vivanews

KN Singa Laut Menyusul KN Bintang Laut

KN Singa Laut 4802 secara resmi diluncurkan setelah satu hari sebelumnya KN Bintang Laut 4801 diluncurkan oleh Laksamana Madya TNI Bambang Suwarto sebagai Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Keamanan Laut. Dalam kegiatan ini, 
Kalakhar Bakorkamla di damping oleh didampingi oleh Seslakhar Bakorkamla, Laksma Maritim Dicky R. Munaf, Kepala Pusat Operasi Laksma Maritim Roedy Santoso, Kepala Pusat Informasi, 
Hukum dan Kerjasama Laksama Maritim Tri Yuswoyo, Kepala Pusat Penyiapan Kebijakan Laksma Maritim Satrio F. Maseo beserta pejabat Bakorkamla yang lain meluncurkan Kapal Negara Bintang Laut 4801 di Batam, tanggal 8 Juni 2013.
Pada prinsipnya, KN Singa Laut 4802 ini memiliki spesifikasi teknik yang hamper sama dengan KN Bintang Laut 4801. Kapal yang direncanakan akan beroperasi pada bulan Juli 2013, untuk mendukung operasi Bakorkamla.


Sumber : Bakorkamla

Tegang ! Sandera Perempuan Dibarter Satu Helikopter

HARI kedua penyanderaan oleh jaringan Abdul Kemprut di Medan belum ada tanda-tanda penyelesiannya, bahkan semakin tegang. Setelah Teroris meminta dikirim makanan, dan disiapkan satu wartawan Internasional untuk meliput, maka ketegangan meredah, setelah permintaanya di penuhi.

Namun dua jam kemudian tepatnya jam 10 30 Wib, teroris kembali menelopon lagi negosiator untuk disiapkan puluhan ton solar untuk kapal yang dibajak yang berada di Belawan Medan dan minta disiapkan Helikopter di Hotel Arya Duta medan.

Teroris berjanji apa bila permintaan tersebut dipenuhi satu sandera perempuan akan di bebaskan. Setelah dipenuhi permintaan teroris maka satu jam kemudian satu sandera perempuan warga Negara Malaysia dibebaskan dalam keadaan sehat.

Sementara negosiator berjalan terus dengan seiring waktu berjalan, namun belum ada teroris untuk menyerah atau membebaskan para sandera.

CJTF-CT(Combine Joint Task Force Counter Terrorism) sudah terbentuk guna mepersiapkan diri apa bila menghadapi hal yang terburuk, sesuai petujuk Panglima TNI hanya diberikan batas waktu 7 hari para sandra dibebaskan.

Dan teroris dapat dibekuk guna ditindak dengan tegas sesuai hukum yang berlaku di Indonesia, karena pemerintah mengedepankan diplomasi dan dialog agar para sandra yang tidak berdosa bisa diselamatkan dalam keadaan sehat tegas Panglima TNI kepada komandan CJTF-CT (Combine Joint Task Force Counter Terrorism).

Kemungkinan yang terburuk Komandan CJTF-CT (Combine Joint Task Force Counter Terrorism) Sudah menyiapkan pasukan untuk melakukan peyergapan teroris yang membajak pesawat Malaysia Airliner yang parkir di Bandara Polinia Medan.

Penyergapan ini akan ditangani tim Bravo Paskhas milik TNI AU dan Tentra Udara Diraja Malaysia, persiapan berikutnya Komandan CJTF-CT (Combine Joint Task Force Counter Terrorism) menyiapkan pasukan elit TNI AD Kopassus dan dari ATM (Angkatan Tentera Malaysia GGK (Ghrup Gerak Khas).

Dan berikutnya  juga menyiapkan pasukan untuk pembebasan sandra yang berada di Kapal Niaga yang berbendera Malaysia di Pelabuhan Lanal Medan oleh Denjaka Marinir TNI –AL dan ATM Tentera Laut Malaysia.

Komandan CJTF-CT (Combine Joint Task Force Counter Terrorism) menegaskan, penyergapan teroris di tiga titik akan bersamaan waktunya, sehinga menurut Komanda CJTF-CT teroris bisa terdadak dan tidak ada perlawanan, untuk menghindari korban baik dari sandra maupun dari pihak lainya tegas Komandan CJTF-CT.

Dari hasil informasi inteljen dan sandera yang dibebaskan diketahui bahwa keluarga Dubes ada tiga orang dan 27 orang lagi penghuni Hotel Arya Duta jadi total sandra yang berada di Hotel Arya Duta berjumlah 30 orang disekap diruangan kamar Hotel.

Sedangkan nama pimpinan teroris yang di Hotel Arya Duta atas nama Patur Gondes  dan bersenjatakan 2 dua pucuk pistol kaliber 22 mm, senjata UZI 2 pucuk kaliber 9 mm, AK 47 4 pucuk, PM 4 pucuk dan satu Bom paket yang siap ledak satu buah.

Teroris yang berada di Kapal belum diketahui namun mereka menyandera 28 orang termasuk ABK, dan bersenjatakan AK 84 5 buah pucuk, UZI 4 buah pucuk dan HK 53  buah pucuk.
Sementara teroris yang berada di Pesawat dipimpin oleh Desmon Gondes dengan 3 orang teroris jadi jumlah teroris yang berada di pesawat berjumlah 4 orang dengan menyandera 25 orang diantaranya 12 orang laki-laki dewasa, 9 wanita dewasa dan 4 anak-anak dengan membawa senjata pistol 1 pucuk, UZI 2 pucuk, AK 47 2 pucuk FM 4 pucuk MPS 7 pucuk.

Tim dari negosiator atas nama Nikolas staf Kementerian Luar Negeri mengatakan, bahwa teroris sudah memperlakukan kasar terhadap sandera-sanderanya. Sandera laki-laki dewasa sebagian mukanya lebam dan berdarah-darah akibat perlakukan kasar teroris sehingga stres, terutama sandera perempuan dan anak-anak.

Kemudian teroris mengajukan permintaan uang tunai sebesar lima ratus miliar rupiah kepada pemerintah Indonesia.

"Situasi saat ini para teroris tidak ada untuk menyerah atau membebaskan para sandera, kemungkinan sandera akan diperlakukan kasar dan bahkan akan dibunuh," kata Nikolas.

Situasi demikian, tambahnya, sudah dilaporkan kepihak  TNI dan ATM, namun rencana TNI dan ATM kami tidak mengetahui tegas Nikolas.

Inilah skenario lanjutan dalam  rangka Latgabma Malindo Darsasa-8AB/2013 yang dibuka oleh Panglima TNI Laksaman Agus Suhartono SE Jumat 7 Juni 2013 di Lapangan Apel Lanud Soewondo Medan dan ditutup Rabu tanggal 12 Juni 2013 mendatang.
Sumber : Pelitaonline

Teroris Malaysia Membunuh Sandera di Medan




KELOMPOK jaringan Abdul Kemprutut dengan wilayah operasi di Malaysia melakukan serangan teror di Medan, Jumat (7/6/2013). Secara berturut-tur jaringan  Abdul Kemprut telah berhasil mem bajak Kapal Laut niaga yang berbendera Malaysia.
Kapal niaga tersebut sedang berlayar di Selat Malaka dari India menuju Sabah dibelokan ke Belawan Medan Sumatra Utara.
Tidak lama kemudian kelompok yang sama telah berhasil membajak pesawat milik maskapai Malaysia Airlines yang sedang terbang dari Colombo menuju Kuala Lumpur dan dibelokan oleh jaringan kelompok Kemprut  Medan dan mendara di Bandara  Polonia.
Kelompok Kemprot yang sudah membajak Peswat Terbang  dan Kapal Niaga  di Hotel JW Marriott Arya Duta Medan telah terjadi penyanderaan staf Kedutaan Malaysia di Medan beserta keluarganya oleh  jaringan Kemprot.
Peristiwa penyandraan oleh jaringan Abdul Kemprot, berusaha menghubungi pemerintah Indonesia melalui  telpon, dan jaringan Kemprot berhasil menghubungi Kementerian Luar Negeri yang diterima salah satu staf Kemlu yang tidak mau disebutkan identitasnya.
Informasi telah terjadi serangan teroris disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia dan Presiden langsung menghubungi Perdana Menteri Malaysia untuk menyampaikan rasa prihatin terhadap serangan teror yang dilakukan terhadap aset dan rakyat Malaysia.
Sekaligus menyampaikan tawaran untuk membentuk Komando Gabungan Bersama Malaysia-Indonesia dalam menghadapi serangan teror yang sedang berlangsung, Perdana Menteri menyambut baik tawaran bapak Presiden Indonesia.
Jaringan Abdul Kemprut, menuntut dibebaskanya Abdul Kemprut beserta pengikutnya yang di tahan oleh pemerinta Malaysia karena telah melakukan teror sebelunya di Malaysia satu tahun yang lalu di pusat kota Kualalumpur Malaysia.
Apa bila tuntutan tersebut tidak  segera dipenuhi satu persatu sandra akan dibunuh tegas pimpinan teroris, informasi sandra yang berada di Pesawat Malaysia Airlines sebanyak 30 orang 25 orang warga Negara Malaysia dan sisanya berasal dari India dan Fakistan.
Sedangkan teroris sebanyak 5 orang bersenjata api laras panjang dan membawa bahan peledak yang sudah siap meledak. Sementara pembajakan kapal milik Malaysia belum diketahui jumlah yang isandra.
Namun penyandran keluarga kedubes Malaysia di medan satu orang bapak, satu orang ibu dua orang anak dan satu pembatu rumahtangga
Selanjutnya Presiden Indonesia mengadakan rapat terbatas dengan Panglima TNI untuk membicarakan peristiwa teroris di Kota Medan, sehingga peristiwa teror Medan segera ditangani secara militer.
Sementara Perdana Menteri Malaysia melakukan hal yang sama memangil Panglima ATM (Angkatan Perang Malaysia) untuk segera kordinasi dengan Panglima TNI membicarakan penanganan teroris dengan segera membentuk Komando Gabungan bersama yaitu Malindo Darsasa (Darat, Laut dan Angkasa).
Sehingga kedua Panglima bertemu di Jakarta Indonesia guna membicarakan pembentukan Combined Joint Task Force – Counter Terronsm (CJTF-CT) CONPLAN/RENKON anti penanggulangan teroris Malindo.
Panglima TNI setelah dipanggil Presiden ke Istana Jl Merdeka Utara, langsung mengadakan rapat staf beserta para Asisten Panglima dan para Kabalak di jajaran Mabes TNI.
Rapat ini untuk segera pembentukan satuan Gabungan dengan pihak Tentera Malaysia untuk menghadapi dan menyelamatkan sandera yang berada ditangan teroris dari kelompok jaringan Abdul Kemprut yang berasal dari Malaysia.
Panglima TNI mendapatkan masukan dari Asintel Panglima TNI tentang anatomi teroris yang sedang menyandra di Medan dan dari Asops Panglima TNI.
Selanjutnya Panglima TNI memberikan taklimat  agar segera merencanakan pembebasan sandra di Medan bersama pasukan dari Malaysia.
Hitungan waktu dari perencanaan Panglima TNI memberikan batas waktu 7 hari agar sandra-sandra segera di bebaskan dalam keadaan selamat.
Sementara teroris minta disiapkan makanan karena didalam pesawat persediaan makanan sudah habis. Permintaan teroris sementara dipenuhi guna untuk menyelamatkan para sandra yang berada di Pesawat Malaysia Airlinen sambil menyusupkan  seorang agen untuk melakukan observasi.
Proses upaya negosiator dilaksanakan oleh pihak Malindo telah gagal karena pihak teroris mengetahui bahwa negosiasi yang dilaksanakan semata-mata hanya untuk mengulur-ulur waktu, maka teroris mulai membunuh seorang sandera asal Malaysia di pesawat terbang. Setelah ada sandera yang telah dibunuh apa rekasi dari Malindo ?.

KAPAL PATROLI : Makan Biaya Rp 58 Miliar, KN Bintang Laut 4801 Siap Beroperasi

BATAM—PT Palindo Marine Batam telah menyelesaikan pengerjaan satu unit kapal patroli milik Bakorkamla senilai Rp58 miliar.
 
Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Keamanan Laut atau Bakorkamla Laksamana Madya TNI Bambang Suwarto di Batam, meresmikan peluncuran Kapal Negara Bintang Laut 4801 untuk mendukung kepentingan patroli.

“Ini merupakan yang pertama, kita membuat sendiri menggunakan biaya APBN,” kata Bambang Suwarto seusai peluncuran, Sabtu 8/6/2013).

Ia mengemukakan bahwa KN Bintang Laut 4801 buatan PT Palindo Marine Batam, merupakan kapal patroli Bakorkamla pertama yang didanai APBN.

Sedang kapal-kapal Bakorkamla yang lain merupakan bantuan dari instasi lain.
Menurut Bambang, kapal itu nantinya akan dilengkapi senjata di depan dan belakang. Senjata itu dinilai cukup, karena KN Bintang Laut hanya menjaga keamanan, bukan untuk pertahanan negara.

Bambang menjelaskan bahwa kapal yang diperkirakan beroperasi mulai Juli 2013 itu dilengkapi kamera jarak jauh 20 km dan teknologi satelit sehingga kegiatannya bisa langsung dimonitor dari Jakarta.

“Ini termasuk yang tercanggih, sudah terintegrasi dengan sistem di Jakarta,” kata dia.
Kapal berkekuatan mesin tiga kali 1.400 horse power itu juga mampu memantau plankton untuk mengetahui daerah potensi ikan.

“Jadi nanti bisa memberitahu HNSI daerah yang banyak ikan,” kata dia.
Pembuatan kapal negara itu, menurut dia, menghabiskan dana sekitar Rp58 miliar yang seluruhnya dianggarkan APBD 2013.

Hingga 2014, katanya, Bakorkamla berencana membuat enam kapal, tiga lainnya pada 2013, yaitu Bintang Laut 4801, Singa Laut 4802 yang masih dikerjakan di Citra Shipyard Batam dan akan diluncurkan Minggu (9/6) dan satu lagi baru akan selesai September 2013 oleh PT Palindo Marine.

Direktur Palindo Marine Harmanto mengatakan pembuatan kapal itu memakan waktu sekitar setahun. Kapal dirancang dan dikerjakan oleh sekitar 35 orang yang seluruhnya warga Indonesia.

Menurut dia, stabilitas KN Bintang Laut 4801 merupakan yang terbaik, karena rangka lambung bawah menggunakan baja dan bagian atas terbuat dari alumunium.

“Bisa dilihat saat peluncuran tadi, tidak ada goyang, stabilitasnya bagus,” kata dia.
Menurut Harmanto, kapal itu memuat 60% konten lokal. Hanya mesin dan alat navigasi yang diimpor.(ant/yop) 

Sumber : Bisniskepri

Foto News : Armada Baru Bakorkamla

Pekerja memperhatikan Kapal Bintang Laut 4802 milik Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) ketika peluncuran di galangan Palindo Marine, Tanjung Uncang, Batam, Sabtu (8/6). 

Kapal yang menelan anggaran Rp. 50 miliar itu didukung dengan kamera jarak 20 kilometer, kanon kaliber 12,7 mm dan 20 mm, dan terhubung dengan 16 stasiun pantai nusantara melalui jaringan ISAT, serta mampu melaju hingga 20 knot. 

Sumber : Antara

Tangkal Teroris, Indonesia-Malaysia Latihan Perang

Tentara Nasional Indonesia dan Angkatan Tentera Malaysia (ATM) menggelar Latihan Gabungan Bersama Malaysia Indonesia Darat Samudera Angkasa (Latgabma Malindo Darsasa) - 8AB/2013 di Medan mulai Jumat (7/6/2013) hingga Rabu (12/6/2013) mendatang.
Tujuannnya untuk memadukan kekuatan kedua negara dalam mengatasi masalah di perbatasan dan wilayah tertentu yang di nilai terkait kepentingan bersama. Tahun ini, latihan difokuskan untuk tingkatan pasukan khusus.


"Latihan ini merupakan tindak lanjut dari keputusan bersama pada sidanghigh level committee beberapa waktu lalu. Khusus untuk pasukan khusus," kata Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono seusai upacara pembukaan acara di Lanud Soewondo Polonia Medan, Jumat (7/6/2013).



Kedua pasukan akan menguji dan mengimplementasikan strategi penanggulangan teror. Latihan akan dimulai di pos komando. Selanjutnya, pada Selasa dan Rabu berlanjut di lapangan. Lokasinya di Belawan, Lanud Soewondo dan Hotel Arya Duta Medan.
"Sasarannya adalah pengujian bersama Protap 16 dan 18 penganggulangan teror," kata Agus.

Latihan ini melibatkan 1.228 personel dari kedua negara, terdiri dari 319 orang untuk Komando Gladi, 315 pelaku dan 594 pendukung. Masing-masing angkatan mengerahkan alutsista dan perlengkapannya untuk digunakan dalam latihan. Angkatan Darat mengerahkan 1 heli Bell-412, 1 heli MI-17, 1 armour halilintar, 2 armour, 1 ambulans, 4 Land Rover Command, 2 truk 3 tin, 2 kendaraan anjing perang, 4 sepeda motor, 1 bus, 2 Decco trailer, 1 rantis, dan 2 truk NPS.
Sedangkan Angkatan Laut menyertakan KRI Makassar-590, KRI IBL 383, 1 kapal sasaran (tanker), 4 sea rider, 4 rubber boat, 1 heli bell, 1 heli Bolco, 2 truk, 5 Land Rover, 1 ambulans. Sementara itu, Angkatan Udara mengerahkan Hercules C-130, 1 Boeing, 1 Fokker-28, 4 Ransus, 2 sepeda motor, 2 Komob, 2 bus, 2 truk, 1 mobil jihandak, 2 mobil PM, 1 mobil Damkar, dan 2 ambulans.
Sementara itu, Panglima ATM Jenderal Tan Sri Dato Sri Zulkifeli Bin Mohd Zin menilai kedua belah pihak siap mengikuti pelatihan ini. "Melihat kesiapan latihan, saya gembira. Saya percaya dan yakin, latihan akan terlaksana baik," katanya.
Sebelumnya, Direktur Latihan Malindo Darsasa-8AB/2013 Brigjen TNI Buyung Lalana mengatakan, masalah teroris identik dengan kemiskinan, kesenjangan sosial, marjinallisme dan radikalisme. TNI dan ATM menghimbau agar masyarakat tidak terpengaruh ajakan teroris.
Selain melakukan latihan, militer kedua negara itu juga akan menggelar pengobatan gratis bagi masyarakat Kota Medan. Pengobatan digelar di dua tempat dengan target 5.000 pasien, antara lain pengobatan gigi 200 pasien, pembagian kacamata 200 pasien, KB 200 pasien dan pembagian tangan serta kaki palsu untuk 200 orang.
"Kegiatan ini akan melibatkan 26 dokter umum, 8 dokter gigi dari TNI, ATM dan dokter dari Kota Medan," jelas Buyung.
Sumber : Kompas

Ketika Pasukan Gerilya Pak Dirman Disergap P-51 Mustang

Pada bulan Desember 1948 militer Belanda yang masih bercokol  di Indonesia khususnya di Pulau Jawa melancarkan agresi militer kedua bersandi Operation Kraai

Serbuan militer yang dirancang oleh Kepala Staf Angkatan Darat Belanda yang berkuasa di Indonesia, Jenderal Simon Spoor, itu langsung menggegerkan rakyat Indonesia yang baru tiga tahun memproklamirkan kemerdekaan.

Agresi militer Belanda kedua  yang disebut sebagai Aksi Polisional (Politionele Acties)  yang dilancarkan pada 19 Desember 1948 itu diklaim militer Belanda sebagai upaya melumpuhkan aksi kekerasan yang terus berlangsung sejak Perjanjian Linggarjati di Istana Merdeka, Jakarta  pada 15 Desember  1946 disusul kesepakatan damai melalui  Perjanjian Renville. 

Salah satu poin Perjanjian Linggarjati adalah Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia  yang meliputi Pulau Jawa, Sumatra, dan Madura.
Karena pada prinsipnya semangat Pemerintah Kerajaan Belanda adalah menguasai kembali seluruh wilayah Indonesia yang pernah dijajahnya, Operation  Kraai pun memiliki semangat serupa. 

Operation Kraai  yang dilaksanakan di Jawa dan Sumatra  itu bertujuan melumpuhkan kekuatan militer Indonesia dan sekaligus menawan para pemimpin RI, Presiden Sukarno, Wapres Mohammad Hatta, dan Perdana Menteri Sutan Syahrir. Ketiga petinggi itu berkantor di Yogyakarta yang telah dijadikan ibukota RI sejak 4 Januari 1946.

Sebagai ibukota negara dan markas Tentara Kemanan Rakyat (TKR) yang dipimpin oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman, Yogyakarta menjadi sasaran utama Operation Kraai. Agresi militer Belanda II di Yogyakarta  berdasar pada operasi intelijen yang cermat sehingga dalam operasi yang bersifat dadakan (blitzkrieg) itu sasaran musuh akan bisa dikuasai dalam tempo kilat dengan korban di pihak penyerang seminimal mungkin. Pasukan Belanda yang bertugas menyerbu Yogyakarta dipusatkan di Pangkalan Udara Andir, Bandung dan dipimpin oleh Jenderal Meyer. 

Kekuatan pasukan terdiri dari 800-900 pasukan Para Komando dan didukung oleh 23 pesawat transpor Douglas DC, sejumlah pesawat pembom B-25 Mitchell, pesawat tempur P-51 Mustang, dan P-40 Kittyhawk.

Serbuan udara terhadap Kota Yogyakarta dimulai pada waktu pagi hari tepat pukul 05.45 terhadap Lapangan Udara Maguwo yang minim pertahanan. Saat itu Badan Keamanan Rakyat (BKR) Udara baru terbentuk pada 5 Oktober 1945 dan dipimpin Komodor Udara Suryadarma. Kondisi BKR Udara saat itu masih minim  sumber daya manusia serta peralatan terbang. 

Namun demikian di Lanud Maguwo telah berdiri Sekolah Penerbang yang berdiri sejak 1 Desember 1945 menggunakan pesawat-pesawat bekas Jepang yang sudah dimodifikasi. 
Ketika berlangsung serbuan udara yang dilancarkan oleh pesawat-pesawat tempur  Militaire Luchtvaart (ML)-KNIL, di pangkalan terdapat  tiga pesawat Zero bekas Jepang dan sekitar 37 kadet (siswa penerbang) serta sekitar 150 pasukan pertahanan pangkalan yang dalam kondisi tidak siap tempur. Hanya ada beberapa senapan dan satu senapan antiserangan udara kaliber 12.7 mm.

Semua pesawat MI-KNIL  terbang dari Lanud Andir. Dan agar penerbangan puluhan pesawat itu berlangsung rahasia, semua pesawat terbang di atas Lautan Samudra Hindia dan begitu berada di atas Pantai Selatan, Yogyakarta mereka langsung melesat ke utara  menuju Maguwo. 

Dalam hitungan detik pesawat-pesawat Mustang dan Kitty Hawk langsung menghujani pangkalan udara dengan bom serta tembakan senapan mesin. Serangan udara militer Belanda itu sengaja menghindari kerusakan pada landasan agar bisa digunakan mendaratkan pesawa-pesawat  transpor.

Sejumlah “pasukan Para” berupa boneka tiruan juga diterjunkan untuk mendeteksi asal tembakan yang dilepaskan pasukan BKR Udara di darat sehingga pesawat-pesawat tempur bisa menyapunya menggunakan senapan mesin. Serbuan udara yang berlangsung sekitar 25 menit segera melumpuhkan pertahanan yang berada di Lanud Maguwo. 

Pada pukul 06: 45 pasukan Para Komando mulai diterjunkan dalam dua gelombang dan untuk selanjutnya mengoperasikan Lanud Maguwo sebagai pusat pangkalan aju untuk menguasai Yogyakarta dan sekitarnya. Setidaknya 128 pasukan RI gugur dalam opersai serbuan kilat itu sedangkan dari pihak Belanda belum ada satu personel pasukan pun yang gugur.

Perang gerilya

Operasi serbuan udara dilanjutkan serbuan darat oleh pasukan Belanda itu segera diketahui oleh Panglima Besar Sudirman (Pak Dirman) yang sedang berada di markasnya, Jalan Bintaran, Yogyakarta, sebelah selatan Keraton Yogyakarta. 

Pada saat itu Pak Dirman sedang dalam kondisi sakit setelah menjalani operasi paru-parunya akibat terserang penyakit TBC. Tindakan operasi itu memutuskan untuk tidak mengaktifkan salah satu paru-paru sehingga Sudirman hanya bisa menggunakan salah satu paru-parunya dan masih dalam kondisi sangat lemah.

Menanggapi serangan Belanda itu, Pak Dirman kemudian mengeluarkan Perintah Siasat agar semua pasukan BKR tetap melakukan perlawanan melalui perang gerilya. Sudirman juga sempat menghubungi presiden, wapres, dan para stafnya untuk segera meninggalkan Yogyakarta, tapi himbauan Pak Dirman itu ternyata ditolak. 

Presiden Sukarno dan para staf seperti sejumlah menteri memilih bertahan di kota dan akhirnya ditawan oleh militer Belanda untuk selanjutnya diasingkan di Sumatra serta Bangka.

Salah seorang anggota staf penting di lingkungan Sekretariat Markas Panglima Besar yang juga pengawal pribadi Pak Dirman, Kapten  Tjokropranolo yang lebih akrab dipanggil Pak Nolly, segera mengontak Penasehat Politik Panglima Besar, Harsono Tjokroaminoto, yang juga mantan Menteri Muda Pertahanan semasa Kabinet Sjahrir III (1946-1947) untuk segera menghadap. 

Kebetulan Harsono waktu itu juga sedang terserang penyakit desentri dan selama seminggu hanya bisa terkapar di tempat tidur. Isteri Harsono yang menerima telepon dari Nolly kemudian menjawab bahwa suaminya belum bisa bangkit.

Tapi karena kondisi sedang genting Nolly tetap mengharuskan Harsono hadir di markas dan akan dijemput oleh sopir menggunakan mobil Panglima Besar. Harsono tak bisa menolak ketika mobil yang menjemputnya tiba. Dengan susah payah ia pun berangkat. 

Rute perjalanan yang ditempuh mulai dari Jalan Taman Yuwono - Jalan Malioboro - Istana Presiden – lalu belok kiri melintasi Kantor Pos-Pakualaman - dan Jalan Bintaran. Selama perjalanan menuju Bintaran bom-bom yang dijatuhkan dari pesawat tempur Belanda terutama di sisi timur kota di seputar kawasan Maguwo ledakannya terasa makin mendekat.

Tujuan bombardemen Belanda itu selain mencari sasaran yang bernilai militer juga bertujuan meruntuhkan moril tempur pasukan Indonesia agar tidak bisa memberikan perlawanan. Tapi karena Bintaran lokasinya masih dekat keraton dan militer Kerajaan Belanda masih sangit menghormati Keraton Yogyakarta sebagai wilayah netral, tak ada stu bom pun yang jatuh di seputar kawasan keraton. 

Ketika tiba di kediaman Pak Dirman, Harsono langsung menuju kamar tidur Pak Dirman yang waktu itu ditunggui oleh Nolly.

Dalam kondisi fisik yang lemah  Pak Dirman menceritakan semua peristiwa yang baru saja terjadi di Yogya dan sebagai panglima besar yang juga menjadi incaran militer Belanda, ia memutuskan meninggalkan Kota Yogyakarta. Tujuan utama perjalanan Pak Dirman dan rombongannya adalah daerah Gunung Kidul, kawasan berbukit-bukit yang sangat efektif untuk bersembunyi sekaligus melancarkan perang gerilya. 

Namun untuk meninggalkan Yogyakarta yang mulai dikepung pasukan Belanda dan bombardemen yang terus berlanjut tidak mudah. Sebagai penasehat, Harsono lalu menyarankan agar rombongan Pak Dirman mencari tempat persinggahan di luar benteng Keraton Yogyakarta yang dikenal sebagai Mangkubumen.

Berdasarkan kesepakatan, rombongan Pak Dirman yang terdiri dari dokter pribadinya, Dr Suwondo, Tjokropranolo, ajudan Supardjo Rustam, dan Harsono lalu berangkat ke Mangkubumen yang saat itu ditinggali ibu-ibu dari Keraton. 

Sebagai bangunan milik Sultan Yogyakarta, Mangkubumen masih merupakan properti yang tidak diganggu oleh militer Belanda sehingga persinggahan rombongan Pak Dirman dijamin aman. 

Untuk menghindari patroli militer Belanda  yang saat itu sudah berada di daerah Kauman dan hanya berjarak beberapa ratus meter dari Mangkubumen, rombongan Pak Dirman yang menggunakan sejumlah jip sengaja berangkat sore hari. Mobil jeep Pak Dirman yang dikemudikan sopir pribadinya, Ateng, ditumpangi  Supardjo Rustam yang duduk di sebelah kanan pengemudi. 

Sedangkan Pak Dirman duduk di tengah diapit Dr Suwondo di sebelah kanan dan Harsono di sebelah kiri. Sedangkan Tjokropranolo yang bertugas sebagai penunjuk jalan duduk di atas spakbor.

Bagi Tjokropranolo kawasan selatan Yogya bukan merupakan daerah asing karena sewaktu masih bersekolah di Yogya, ia sering bermain di Bantul apalagi pamannya pernah menjabat sebagai Bupati Bantul. 

Semula Tjkropranolo berniat membawa Pak Dirman ke Pantai Parangtritis (Bantul) dan bersembunnyi di goa, tapi karena Pak Dirman sedang sakit rencana itu dibatalkan dan kemudian diputuskan untuk bersembunyi di kawasan Gunung Kidul. (A Winardi)

Sumber : Angkasa
hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner