Select Language

Kamis, 05 September 2013

Indonesia Percepat Kekuatan Pokok Militer

(SH/Don Peter)
Purnomo Yusgiantoro.
Tahun ini Kemenhan memperoleh anggaran sebesar Rp 81,92 triliun untuk memenuhi kebutuhannya.

Kementerian Pertahanan menargetkan tiga rencana strategi (renstra) untuk pembangunan alat utama sistem senjata (alutsista) menuju kekuatan pokok militer (minimun essential force). Namun seiring perjalanan, Kementerian Pertahanan yang terus memperoleh kenaikan anggaran signifikan setiap tahun menyatakan percepatan pemenuhan alutsista dapat tercapai dalam dua renstra. Tahun ini Kemenhan memperoleh anggaran sebesar Rp 81,92 triliun untuk memenuhi kebutuhan, termasuk belanja alutsista.
Seperti apa bentuk percepatan, dan jenis alutsista apa saja yang menjadi prioritas? Berikut petikan wawancara khusus wartawan Sinar Harapan, M Bachtiar Nur dan Web Warouwdengan Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro si ruang kerjanya, pekan lalu.

Bagaimana proses pemilahan renstra mencapai MEF?
Awalnya 2010 kita mendesain jenis ancaman apa saja selama 10-15 tahun mendatang di Indonesia, baik dari luar atau dalam, tradisional atau nontradisional, simetris-non simetris, asimetris. Kemudian dibuat apa yang perlu dilakukan untuk menangkal.
Ada empat hal pokok, yaitu menggenai kelembagaan, personel (SDM), sarana dan prasarana, serta alat utama sistem senjata (alutsista). Kita buat master list kebutuhan. Kita hitung rasional dengan perkiraan anggaran 2010 dihitung dengan tiga renstra, yaitu renstra pertama 2010-2014, renstra kedua 2019, dan renstra ketiga 2019-2024.
Kita buat master list apa yang akan kita lakukan untuk membangun kekuatan pertahanan kita. Yang dibangun kekuatan pokok dahulu, karena kita menyadari budget tersedia bukan hanya untuk Kementerian Pertahanan.
Kita bagi, renstra pertama keluar daftarnya. Dari daftar itu kita bergerak untuk membangun kekuatan pokok kita. Dalam perjalanannya 2010-2013, anggaran kita diberikan kepercayaan oleh pemerintah cukup baik. Meningkat, belanja modal hampir 20 persen setiap tahun. Dengan itu kemudian kita menghitung kembali.

Setiap renstra awalnya dibagi sekitar 30 persen pemenuhan alutsista. Bagaimana Kementerian Pertahanan begitu optimistis percepatan ini dapat terwujud?
Saya beri contoh percepatan. Dari Angkatan Udara, renstra 1 hanya ingin menambah enam F16, sekarang kita bisa menambah empat kali lipat. Ada lagi skuadron tempur kita, yang tadinya kita hitung tertentu tapi ternyata dapat lebih satu skuadron.
Skuadron transport, tadinya ingin hanya mendapatkan beberapa unit tambahan CN 295, tapi ternyata dapat 9-10 unit, ditambah lagi kita akan dapat tambahan 10 unit C130 Hercules. Belum lagi skuadron helikopter kita.
Untuk Angkatan Laut, kita merencanakan membangun kapal cepat rudal (KCR) 40-60 meter. Kita lengkapi dengan rudal multilauncher yang jaraknya bisa mencapai 150 km. Kita juga akan mendapatkan tambahan fregat baru (Multi Role light Fregat). Itu percepatan, tadinya tidak masuk renstra satu tapi akhirnya bisa hadir di renstra satu. Di luar dari Kapal perusak.
Untuk Angakatan Darat, awalnya kita hanya menargetkan main battle tank (Leopard). Tadinya kita hanya punya light battle tank (Scorpion). Sekarang ini tidak hanya main battle tank, tetapi juga medium battle tank (marder).
Dengan dana yang ada kita bisa mendapatkan 100 tank. Jadi kita punya yang heavy, medium dan light. Divisi tank kita akan kuat. Kongres Amerika juga telah menyetujui kita mendapatkan apache. Ada juga tambahan roket multilauncher kita. 
Penempatan Leopard sempat dikritik karena dikhawatirkan dapat merusak infrastruktur. Di mana Leopard akan ditempatkan?
Ada namanya pembangunan kekuatan pokok pertahanan. Di situ kemudian dijabarkan Mabes dan setiap matra. Kemhan bertugas bantuan kekuatan (bankuat), Mabes TNI penggunaan kekuatan (gunkuat), angkatan fungsinya pembinaan kekuatan (binkuat).
Karena penggunaan kekuatan ada di Mabes TNI, penempatan itu ada di Mabes TNI, apakah ditempatkan di perbatasan, pulau Jawa atau lainnya. Mabes TNI yang mengatur strateginya untuk menjaga kedaulatan kita.

Bagaimana potensi kekuatan Industri Pertahanan yang bisa tercapai di renstra awal?
Kita juga ingin memberdayakan industri dalam negeri, termasuk swasta tentunya. Perjalanan industri pertahanan kita, yang sekarang sudah leading adalah senjata serbu 1 (SS 1), SS 2, landing platform dock (LPD) yang bisa mengangkut helikopter dan tank, anoa (kendaraan taktis), pesawat CN 235.
Di bawahnya ada kapal selam (kerja sama dengan Korea) yang diharapkan untuk unit kedua dapat dibangun di Indonesia, kapal perusak, kapal cepat rudal, KFX/IFX (riset dengan korea), pabrik propelan di Subang, UAV untuk surveilance, combat management system, alat komunikasi, radar, rudal 705, pengembangan pesawat CN 295, pesawat tempur T 50.

Postur pertahanan yang ingin ditonjolkan, udara, darat, atau laut?
Desain pertama kita modernisasi udara dan laut, untuk darat kita mantapkan (perkuat). Tapi dalam perjalanannya kita lakukan semua, darat, laut dan udara. Proses pembangunan kekuatan, presiden ikut dalam kegiatannya. Selain mengetahui kebutuhan militer, ini menyangkut budget yang besar makanya dibahas dalam sidang kabinet terbatas. Ada tujuh sidang kabinet terbatas yang sudah kita lakukan.
Kita selalu evaluasi (update) dari waktu ke waktu untuk melihat perkembangan situasi. Misalkan, saat ini strategic defence review situasi Laut Cina Selatan. Jepang sekarang sudah bangun kekuatan juga.

Kapan Indonesia mencapai postur ideal pertahanan?
Saat ini (renstra 1), transisi menjadi postur ideal. MEF bukan hanya membangun alutsista, tapi juga organisasi kelembagaannya, prasarana seperti barak prajurit misalnya, dan kesejahteraan. Pada 2025-2029 postur pertahanan kita sudah ideal.

Harapan sebelum masa tugas Kabinet Indonesia Bersatu II selesai?
Kita berharap 45 jenis alutsista akan datang diantaranya 11 dari dalam negeri dalam rangka pengembangan teknologi industri pertahanan seperti Komodo (kendaraan taktis menyerupai hammer). 
Sumber : Sinar Harapan

0 komentar:

Posting Komentar

hackerandeducation © 2008 Template by:
SkinCorner